Salah satu sosok sahabat yang tidak kalah menariknya untuk kita bahas dan mengetahui lebih dalam tentang biografinya adalah Abdullah bin Abbas radiyallahu anhuma. Kenapa tidak? Beliau adalah merupakan sahabat Nabi sallallahu alaihi wa sallam sekaligus merupakan anak dari paman Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam yang artinya beliau merupakan sepupu Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam. Dalam tulisan ini insyaallah penulis akan mencoba mengungkap secara singkat biografi beliau sehingga kita lebih mengenal dengan baik siapakah beliau, bagaimana kesehariannya, dan perhatiannya terhadap sunah, dan lainnya.
Daftar Isi:
A. Nama, Nasab, dan Kuniyah
Beliau adalah Abu Abbas Abdullah bin Abbas bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasyi al-Hasyimi. Ibu beliau bernama Lubabah bintu Al-Harits Al-Hilaliyah. Ibnu Abbas dikenal sebagai Habrul Ummah (alimnya umat ini), Turjuman al-Qur’an (ahli tafsir al-Qur’an), seorang yang fakih, imam tafsir, dan merupakan sepupu Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam radiyallahu ta’ala anhu.
B. Kelahiran dan Kebersamaannya dengan Nabi sallallahu alaihi wa sallam
Ulama berbeda pendapat tentang kelahiran Abdullah bin Abbas. Sebagian mengatakan bahwa beliau lahir di tahun hijrahnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam ke Madinah. Hal ini dikuatkan dengan riwayat dari Abu Bisyr, dari Said bin Jubair, dari Abdullah bin Abbas, beliau berkata,
تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَا ابْنُ عَشْرِ سِنِينَ
Artinya: “Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam meninggal pada saat umurku 10 tahun.”(1)
Sebagian yang lain mengatakan bahwa beliau lahir tiga tahun sebelum hijrahnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam ke Madinah.(2) Demikian juga disebutkan oleh Ibnu Hajar bahwa beliau lahir 3 tahun sebelum hijrahnya Nabi dan pada saat Nabi shallallahu alaihi wasallam wafat, umur beliau 13 tahun.(3) Sebagian yang lain mengatakan bahwa beliau lahir dua tahun sebelum hijrahnya Nabi sallallahu alaihi wa sallam.
Setelah beliau berhijrah ke Madinah, beliau memanfaatkan kesempatan untuk membersamai Nabi sallallahu alaihi wa sallam sebagaimana sahabat yang lain juga melakukan hal yang demikian, namun kebersamaan beliau dengan Nabi tidak begitu lama dibandingkan dengan sahabat yang lainnya hingga Nabi diwafatkan oleh Allah azza wajalla. Dikatakan bahwa beliau membersamai Nabi hanya kurang lebih 30 bulan saja. Akan tetapi, kesempatan yang singkat itu beliau manfaatkan dengan baik untuk menggali dan mengumpulkan ilmu dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam.
Dikarenakan beliau merupakan kerabat Nabi sallallahu alaihi wa sallam, kadang kala beliau bermalam di rumah Rasulullah yang di mana istri Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam yang bernama Maimunah binti Harits adalah bibi beliau dari pihak ibu sehingga beliau bisa melihat dan menceritakan kepada para sahabat yang lain tentang aktifitas Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam di dalam rumahnya dan pada malam hari.
Tidak hanya sampai di situ, beliau pernah menginap di rumah Nabi kemudian beliau meletakkan air wudu untuk Nabi. Maimunah lalu mengabarkan kepada Nabi bahwa Abdullah bin Abbas yang melakukakannya. Lalu Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam mendoakan beliau,
اللهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ، وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيلَ
Artinya: “Ya Allah jadikan dia fakih dalam din dan ajari tafsir.”(4)
Nabi juga memeluk beliau dan mendoakannya,
اللَّهُمَّ عَلِّمْهُ الكِتَابَ
Artinya: “Ya Allah ajarkan padanya Al-Qur’an.”(5)
Beliau membersamai Nabi sallallahu alaihi wa sallam hingga Rasulullah meninggal dunia.
C. Anak-anaknya
Abbas sebagai anaknya yang sulung, kemudian anaknya yang lain adalah Fadhl, Muhammad, Ubaidullah, Lubabah, Asma, dan Ali sebagai anaknya yang bungsu.
D. Guru-gurunya
Selain beliau banyak mengambil dan belajar langsung dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam, beliau juga mengambil hadis dan ilmu dari sahabat-sahabat yang lain seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Muadz bin Jabal, Abdurrahman bin Auf, Abu Sofyan Shakhr bin Harb, Abu Dzar, Ubay bin Kaab, Zaid bin Tsabit, dan masih banyak yang lainnya.
E. Murid-muridnya
Dari beliau lahir murid-murid dari kalangan tabiin yang begitu banyak, antara lain anaknya, Ali, Abdullah bin Ma’bad, Ikrimah, Urwah bin Zubair, Thawus, Ali bin Husain, Mujahid, Qasim bin Muhammad, Ibrahim bin Abdillah bin Ma’bad, Sya’bi, Said bin Musayyib, Muhammad bin Sirin, Muhammad bin Ka’ab Al-Qurazhi, Amru bin Dinar, dan masih banyak yang lainnya.
F. Keutamaannya
Beliau merupakan sahabat Nabi sallallahu alaihi wasallam sekaligus sepupu Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, dan juga termasuk sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam setelah Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, dan Aisyah binti Abu Bakar. Kurang lebih 1660 hadis yang beliau riwayatkan. Keutamaan yang lain adalah beliau mendapatkan doa khusus dari Nabi sallallahu alaihi wasallam. Terbukti setelah Nabi sallallahu alaihi wasallam wafat, beliau menjadi seorang yang fakih dan termasuk orang yang paling tahu tentang Al-Qur’an. Beliau juga termasuk ke dalam anggota majelis syura Umar bin Khattab di zaman kekhalifaannya. Anggota yang berada dalam majelis itu adalah dari kalangan sahabat-sahabat senior, namun Umar bin Khattab memandang Abdullah bin Abbas layak untuk berada di majelisnya dikarenakan kecerdasannya dan ilmu yang dimilikinya.
Pujian-pujian atasnya juga disebutkan oleh para muridnya dari kalangan tabiin, seperti yang disebutkan dari Ibnu Juraij, dari Thawus, beliau berkata,
ما رأيت أورع من ابن عمر ولا أعلم من ابن عباس
Artinya: “Aku tidak melihat orang yang lebih warak dari Abdullah bin Umar dan yang lebih berilmu dari Abdullah bin Abbas.”(6)
Demikian juga dikatakan oleh Mujahid,
ما رأيت أحدا قط مثل ابن عباس. لقد مات يوم مات وإنه لحبر هذه الامة
Artinya: “Aku tidak pernah melihat seseorang semisal dengan Ibnu Abbas, beliau saat wafat adalah ulamanya umat ini.”
Juga diriwayatkan oleh A’masy, dari Mujahid, beliau berkata,
كان ابن عباس يسمى البحر لكثرة علمه
Artinya: “Abdullah bin Abbas diberi gelar sebagai lautan dikarenakan banyaknya ilmunya.”(7)
G. Wafatnya
Di akhir hayatnya, Allah azza wajalla mengangkat nikmat penglihatan beliau sehingga beliau buta, dan meninggal dunia di Thaif sekitar tahun 68 hijriah dengan umur kurang lebih 71 tahun dengan beberapa karamah yang Allah perlihatkan kepada kita. Disebutkan bahwa tatkala beliau meninggal dan hendak dikuburkan, seekor burung berwarnah putih yang tidak pernah dilihat hal serupa dengannya datang dan masuk ke dalam kain kafan beliau lalu kemudian dikuburlah beliau. Kemudian terdengar suara yang melantunkan ayat Allah, ayat-ayat terakhir dalam surah al-Fajr yang tidak diketahui siapa yang membacanya. Hal ini disebutkan oleh Imam Ahmad,(8) Ibnu Asakir,(9) dan Ibnu Hajar(10) rahimahumullah ta’ala. Faradiyallahu ta’ala an Ibn Abbas wa jami’ ash-shahabah al-kiram.
Footnote:
(1) H.R. Ahmad (no. 2283), Syekh Syuaib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanadnya sahih dalam tahkik Musnad Ahmad (4/ 137)
(2) Hal ini disebutkan dalam kitab Tahdzibul Kamal (15/ 161).
(3) Lihat: Al-Ishabah (4/122)
(4) H.R. Ahmad (no. 2397) dan Syekh Al-Arnauth menyebut bahwa sanadnya kuat dalam tahkik Musnad Ahmad (4/ 225)
(5) H.R. Bukhari (no. 75)
(6) Disebutkan dalam buku Thabaqat Ibn Saad (2/366) dan juga dalam Siyar A’lam An-Nubala (3/350)
(7) Disebutkan oleh Imam Adz-Dzahabi dalam Siyar (3/350)
(8) Lihat: Fadhail Ash-Shahabah (no. 1907 dan 1908)
(9) Lihat: Tarikh Dimasyq (7/ 217-218)
(10) Lihat: Al-Ishahabah (4/ 130)