SIRAH NABI ṢALLALLĀHU ‘ALAIHI WA SALLAM PERIODE MEKAH

144
PERIODE MEKAH
Perkiraan waktu baca: 4 menit

SIRAH NABI ṢALLALLĀHU ‘ALAIHI WA SALLAM PERIODE MEKAH[1]

Daftar Isi:

PERIODE MAKKAH

Gangguan Kaum Musyrikin Kepada Nabi dan Para Sahabatnya

Ketika kaum musyrikin melihat kebenaran dakwah Nabi ﷺ dan berkumpulnya manusia di sekeliling beliau, mereka pun berusaha mengganggu kaum muslimin dengan gangguan yang sangat menyakitkan. Di antara bentuk gangguan mereka:

  • Mereka menyebarkan isu bahwa Nabi ﷺ adalah tukang sihir agar membuat manusia lari dan takut dari beliau.
  • Mereka menyebarkan isu bahwa Nabi ﷺ adalah orang gila, agar manusia menganggap beliau orang bodoh.
  • Mereka menyebarkan isu bahwa Nabi ﷺ itu pendusta, padahal tuduhan tersebut terbantahkan dengan sendirinya, karena Nabi ﷺ dikenal di tengah-tengah mereka sebagai al-amin karena kejujuran dan amanahnya.
  • Beliau ﷺ dan risalah yang dibawanya senantiasa dicemooh.
  • Membuat kekacauan dan kegaduhan untuk menghalangi manusia dari mendengarkan wahyu dan apa yang dibawa oleh Nabi ﷺ.
  • Menyambut orang yang datang dari luar kota Mekah untuk ibadah umrah, haji atau selainnya dengan tujuan memperingatkan mereka agar menjauhi Nabi ﷺ.
  • Gangguan terhadap fisik Nabi ﷺ, sebagaimana yang dilakukan oleh ‘Uqbah bin Abi Mu’aith yang telah menarik baju beliau sampai hampir mencekiknya, kemudian dihalangi oleh Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu, dan pernah melemparkan (kotoran) isi perut unta ke atas tubuh Nabi ﷺ, lalu diangkat oleh putri beliau Fathimah radhiyallahu ‘anha.
  • Percobaan pembunuhan atas beliau ﷺ, dengan menawarkan kepada Abu Thalib selaku paman Nabi agar ditukarkan dengan Umarah bin Al-Walid sehingga mereka dapat membunuhnya, sebagaimana mereka juga pernah berusaha membunuh Nabi ﷺ di saat beliau hendak berhijrah.
  • Menindas orang-orang lemah dari kalangan kaum mukminin, dan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, sebagaimana yang mereka lakukan dahulu kepada Bilal bin Robah meletakkan batu di atas perutnya, juga terhadap Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhum, dan yang lainnya.
Hijrah Ke Negeri Habasyah

Ketika kaum kuffar khawatir dengan semakin banyaknya jumlah kaum muslimin, mereka pun semakin gencar meningkatkan gangguan siksaannya kepada Nabi ﷺ dan siksaannya kepada kaum mereka. Rasulullah ﷺ mengizinkan kaum muslimin untuk berhijrah ke negeri Habasyah, beliau ﷺ bersabda,

Baca juga:  SYAMĀ’IL NABI ṢALLALLĀHU ‘ALAIHI WA SALLAM (BAGIAN KEEMPAT)

إِنَّ ‌بِأَرْضِ ‌الْحَبَشَةِ ‌مَلِكًا لَا يُظْلَمُ أَحَدٌ عِنْدَهُ

Artinya: “Sesungguhnya di sana ada seorang Raja yang tidak berbuat zalim kepada manusia yang ada di sekitarnya”.2

Hijrah Pertama

Yang berangkat pada hijrah pertama ada 12 orang laki-laki dan 4 wanita. Di antaranya adalah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, bahkan beliau adalah orang yang pertama kali hijrah bersama istrinya Ruqayyah binti Rasulullah ﷺ. Mereka pun tinggal di negeri Habasyah dalam keadaan tentram. Kemudian mereka mendapat berita bahwa kaum Quraisy telah memeluk agama Islam, padahal ini adalah kabar dusta. Akhirnya Mereka pun kembali ke kota Mekah, ketika sampai kepada mereka kabar bahwa keadaan justru lebih parah dari sebelumnya, maka sebagian dari mereka kembali ke negeri Habasyah, dan sebagian lagi tetap masuk ke kota Mekah, sehingga mereka mendapatkan siksaan yang pedih dari kaum Quraisy, dan di antara yang tetap masuk kota Mekah adalah Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

Hijrah Kedua

Yang berangkat pada hijrah kedua ada 83 laki-laki dan 18 wanita. Mereka pun tinggal di naungi oleh raja Najasyi dalam keadaan aman dan tentram. Kemudian berita tersebut sampai kepada kaum Quraisy, dan mereka pun mengutus ‘Amru bin Al Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah dalam satu kafilah bertujuan menjebak kaum muslimin di hadapan Raja Najasyi, dan akhirnya Allah mengembalikan tipu daya mereka dan menjadikannya sia-sia.

Islamnya Hamzah Dan Umar

Pada tahun ke 6 kenabian, Hamzah radhiyallahu ‘anhu memeluk agama Islam. Beliau dulu disebut sebagai “orang Quraisy yang paling mulia”, sehingga Rasulullah ﷺ merasa semakin mulia dengan keislamannya. Adapun Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu beliau memeluk agama Islam disebabkan keberkahan doa Nabi ﷺ. Orang-orang beriman semakin merasa kuat dengan keislaman mereka berdua, dan mereka pun terlindungi dari gangguan kaum Quraisy.

Baca juga:  SYAMĀ’IL NABI ṢALLALLĀHU ‘ALAIHI WA SALLAM (BAGIAN PERTAMA)
Syi’b Abu Thalib

Gangguan kaum Quraisy kepada Nabi ﷺ semakin berat, mereka berusaha mengepung beliau bersama keluarganya di syi’b (lembah sempit) Abu Thalib selama tiga tahun. Di dalam lembah tersebut Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma dilahirkan. Kaum kafir pun berhasil menyiksa Nabi ﷺ dengan siksaan yang pedih. Beliau bebas dari kepungan tersebut di saat umur beliau mencapai 49 tahun

Wafatnya Abu Thalib Dan Khadijah

Beberapa bulan setelah peristiwa pengepungan tersebut terjadi, paman beliau ﷺ diwafatkan pada umur 87 tahun, kemudian selang beberapa waktu setelahnya Khadijah radhiyallahu ‘anha pun wafat, maka gangguan orang-orang Kafir kepada beliau ﷺ semakin bertambah berat.

Perjalanan Menuju Kota Thaif

Beliau ﷺ keluar menuju kota Tha’if bersama Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu dalam rangka berdakwah di jalan Allah Ta’ala, beliau sempat tinggal di sana beberapa hari akan tetapi penduduk kota tersebut tidak menyambut baik dakwah Nabi ﷺ, bahkan mereka mengganggu, mengusir, dan melempari Nabi ﷺ dengan batu sehingga membuat kaki beliau berdarah. kemudian Rasulullah ﷺ pun meninggalkan mereka kembali menuju kota Mekah, dan memasukinya di bawah perlindungan Muth’im bin ‘Adi.

Islamnya ‘Addas

Ketika beliau ﷺ dalam perjalanan pulang dari kota Thoif, beliau bertemu dengan ‘Addas seorang Nasrani yang kemudian percaya dan beriman kepada beliau ﷺ.

Berimannya Jin

Di tengah-tengah perjalanan pulang beliau ﷺ menuju kota Mekah, beliau melewati suatu tempat yang bernama Nakhlah, datanglah kepada beliau sekelompok jin yang berjumlah tujuh jin dari penduduk Nashiibiin, mereka mendengarkan Al qur’an dan akhirnya mereka pun masuk Islam

Isra’ dan Mi’ra

Kemudian beliau ﷺ diajak berisra’ dengan ruh dan jasadnya menuju masjid Al Aqsha, lantas beliau dimi’rajkan diangkat ke atas langit dengan jasad dan ruhnya menuju Allah Ta’ala, dan Allah pun berbicara kepadanya dan mewajibkan atasnya shalat.

Baca juga:  SYAMĀ’IL NABI ṢALLALLĀHU ‘ALAIHI WA SALLAM (BAGIAN KEDUA)
Beliau Mendakwahkan Islam Kepada Kabilah-Kabilah Arab

Selama beliau ﷺ tinggal di kota Mekah beliau senantiasa mendakwahi kabilah-kabilah Arab kepada Allah. Pada setiap musim haji beliau menawarkan dirinya kepada kabilah-kabilah tersebut, siapakah di antara mereka yang ingin memberi tempat bernaung baginya agar beliau dapat menyampaikan risalah Rabbnya dengan balasan bagi mereka Surga. Namun Tidak satu pun dari kabilah tersebut yang menyambut baik tawaran beliau. Maka Allah Ta’ala menyimpan kemuliaan tersebut untuk Kaum Anshar. Kemudian Nabi ﷺ bertemu dengan 6 orang dari mereka (kaum Anshar), akhirnya mereka menerima ajakan Allah dan RasulNya, lalu mereka kembali ke kota Madinah dan mengajak kaumnya memeluk agama Islam, hingga akhirnya agama Islam tersebar di tengah-tengah mereka sampai-sampai tidak ada rumah dari rumah-rumah kaum Anshar melainkan di dalamnya terdengar ajakan Rasulullah ﷺ.

Kaum Anshar Dan Bai’at ‘Aqabah

Bai’at Pertama

Setelah itu pada tahun berikutnya datanglah ke kota Mekah 12 lelaki dari kaum Anshar, di antaranya 6 orang yang telah datang pada tahun sebelumnya. Mereka pun membai’at Nabi ﷺ di ‘Aqabah dengan bai’at wanita yang tercantum dalam surat Al Mumtahanah, kemudian mereka pun kembali ke kota Madinah.

Bai’at Kedua

Setahun setelahnya datang kepada beliau ﷺ 73 lelaki dan 2 wanita dari kaum Anshar, dan merekalah yang menghadiri bai’at aqabah yang kedua. Mereka pun berjanji kepada Rasulullah ﷺ akan melindungi beliau sebagaimana mereka melindungi wanita-wanita mereka, anak-anak mereka, dan jiwa-jiwa mereka. Kemudian Rasulullah ﷺ memilih 12 perwakilan dari mereka.


Footnote

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab al-Mukhtaṣar al-Mufīd li Sirah al-Nabi al-Muṣṭafā ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam wa Syamā’ilihi karya Haiṡam bin Muḥammad Sarhan (Mantan Pengajar Ma’had Masjid Nabawi dan pengasuh situs: alsarhaan.com.

2 H.R. Baihaqi dalam al-Sunan al-Kubra (9/16), lihat al-Sirah al-Nabawiyyah al-Shahihah karya Dr. Akram Dhiya’ al-‘Umari (1/170).

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments