HADIS KEDUA PULUH SEMBILAN: SUNAH NABI DI HARI IDULFITRI

52
HADIS KEDUA PULUH SEMBILAN SUNAH NABI DI HARI IDULFITRI
Perkiraan waktu baca: 3 menit

Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Abi Syaibah, dengan sanadnya dari Imam al-Zuhri raḥimahumallāh, bahwasanya Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam pernah keluar pada hari Raya Idulfitri, lalu beliau bertakbir sampai tiba di tempat salat hingga selesai salat. Apabila telah selesai salat beliau memutus takbir.” (H.R. Ibnu Abi Syaibah, sanadnya sahih dan mursal, dan memiliki jalur periwayatan lain hingga menguatkan hadis ini)

Hadis ini merupakan landasan dalil tentang disyariatkannya takbir secara terbuka dan secara jahar selama perjalanan menuju tempat salat Idulfitri, hingga salat Idulfitri selesai dilaksanakan.

Allah subḥānahu wa ta’ālā telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bertakbir ketika telah sempurna hitungan bulan Ramadan, dari mulai tenggelamnya matahari malam Idulfitri hingga selesainya pelaksanaan salat Idulfitri.

Allah ta’ālā berfirman dalam Surat al-Baqarah ayat 185,

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ  تَشْكُرُون

“Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur.”

Lafaz dan sifat takbir adalah,

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

“Allāhu akbar, Allāhu akbar, lā ilāha illallah wallāhu akbar. Allāhu akbar walillāhil ḥamdu.”

Artinya, “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya.”

Allah subḥānahu wa ta’ālā juga telah mensyariatkan salat Idulfitri kepada hamba-hamba-Nya sebagai bentuk menyempurnakan syukur dan zikir kepada Allah ta’ālā. Salat Idulfitri adalah ibadah sunah yang tidak patut ditinggalkan oleh seorang muslim. Sebagian dari para ulama berpendapat bahwa hukum salat Idulfitri adalah wajib, berdalil dari ṣaḥābiyah mulia, Ummu ‘Aṭiyah raḍiyallāhu ‘anhā, dia berkata, “Diperintahkan kepada kami – oleh Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam – untuk mengajak keluar pada dua hari raya para perempuan balig dan para gadis perawan. Beliau juga memerintahkan agar perempuan yang sedang haid dipisahkan dari tempat salat kaum muslimin.”

Baca juga:  HUKUM SESEORANG YANG TIDAK MAMPU BERTAHARAH SECARA SEMPURNA

Perintah Rasulullah untuk keluar (pada Idulfitri dan Iduladha) menunjukkan perintah (kewajiban) untuk salat bagi siapa saja yang tak memiliki uzur atau halangan. Jika saja Rasulullah memerintahkan wanita (untuk keluar salat), maka perintah ini terlebih ditekankan lagi untuk laki-laki.

Dianjurkan keluar menuju tempat salat dengan penampilan yang paling baik, berhias diri dengan sesuatu yang mubah, memakai pakaian yang paling indah, dalam rangka mengikuti dan meneladani Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Sudah sepatutnya di akhir bulan Ramadan ini setiap muslim memperhatikan hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam agama, seperti berhias dengan sesuatu yang haram, mencukur jenggot, memanjangkan ujung kain celananya (isbal) dan hal lainnya dari sesuatu yang Allah ta’ālā telah haramkan, bahkan pada hari itu patut baginya untuk bertobat dengan sebenar-benarnya. Semoga Allah menerima amal kebaikannya.

Dianjurkan untuk bergegas menuju tempat salat agar mendapatkan tempat yang lebih dekat dari imam dan memperoleh pahala menunggu salat. Disunahkan untuk mengambil jalan berbeda ketika berangkat dan pulang, berdalil dari hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Jabir bin Abdullah raḍiyallāhu ‘anhu, dia berkata, “Adapun Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam ketika hari raya Idulfitri lewat jalan yang berbeda.”

Disunahkan pula untuk makan kurma dengan jumlah yang ganjil -tiga atau lima buah, atau lebih banyak dari itu namun tetap dengan jumlah ganjil- berdalil dari hadis sahabat Anas bin Malik raḍiyallāhu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam tidak keluar pada hari Idulfitri (ke tempat salat) sampai beliau makan beberapa kurma terlebih dahulu.” (H.R. Bukhari, 986) Lafaz lainnya, “Beliau memakannya dengan jumlah yang ganjil.” (H.R. Bukhari, 953)

Hadis Ummu ‘Aṭiyah raḍiyallāhu ‘anhā -yang telah disebutkan sebelumnya- menunjukkan bolehnya bagi kaum perempuan untuk hadir salat Idulfitri dengan syarat berkomitmen dengan adab Islam dalam berpakaian dan menjauhi apa saja yang menyebabkan fitnah, baik bahaya fitnah buat dirinya maupun orang lain, seperti dengan keluar dari rumahnya tanpa wewangian, tanpa bersolek dan berhias, serta jauh dari tempat kaum laki-laki dan khalayak umum.

Baca juga:  HADIS KE-37 Al-ARBA’IN: BENTUK KASIH SAYANG ALLAH DALAM AMALAN HAMBANYA

Selanjutnya, berkumpulnya banyak orang di hari Idulfitri, menjadikan kaum muslimin mengingat akan adanya perkumpulan yang maha besar di satu tempat di hari kiamat, Padang Mahsyar. Kala itu, seluruh manusia, dari yang pertama sampai yang terakhir, akan berkumpul dan menunggu balasan Allah ta’ālā. Allah ta’ālā berfirman,

يَوْمَ يَقُومُ ٱلنَّاسُ لِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

“Hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.” (Q.S. al-Muṭaffifīn : 6)

Tingkatan sebagian golongan atas sebagian lainnya yang berbeda-beda saat berkumpul di hari Idulfitri, menjadikan kaum muslimin mengingat akan adanya tingkatan yang lebih besar keutamaannya dan lebih tinggi derajatnya antara mereka di akhirat.

ٱنظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ وَلَلْآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَٰتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلًا

“Perhatikanlah bagaimana Kami melebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.” (Q.S. al-Isra: 21)

Setiap muslim sepatutnya menjaga dirinya dari kelalaian dan kelengahan dari mengingat Allah (berzikir) dan bersyukur, serta mengisi waktu-waktu ini dengan ketaatan, amal saleh, dan tidak melewatkan umurnya  dalam kelalaian dan hal sia-sia sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan dari manusia di zaman sekarang, cukuplah Allah sebagai penolong, wallāhu a’lam.

Ya Allah, teguhkan kami di atas iman dan ampunilah kami dari dosa-dosa yang lalu dan sekarang. Ya Allah, sempurnakan kepada kami bulan Ramadan dengan rida-Mu, jadikanlah tempat kembali kami adalah surga-Mu, dan sertakan kami selalu dengan karunia dan ihsan-Mu. Ya Allah, ampunilah kami, orang tua kami, dan seluruh kaum muslimin dengan rahmat-Mu, ya Arḥamarrāḥimīn.

 

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments