BAGIAN ALLAH DAN BAGIAN HAMBA DALAM AL-FĀTIḤAH

346
BAGIAN ALLAH DAN BAGIAN HAMBA DALAM AL FATIḤAH
Perkiraan waktu baca: 2 menit

40 Hadis Qudsi – Hadis 01 – Bagian Allah dan bagian hamba dalam Al-Fātiḥah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ، ثَلَاثًا غَيْرُ تَمَامٍ. فَقِيلَ لِأَبِي هُرَيْرَةَ: إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الْإِمَامِ؟ فَقَالَ: اقْرَأْ بِهَا فِي نَفْسِكَ؛ فإنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} [الفاتحة: 2]، قَالَ اللهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} [الفاتحة: 1]، قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ}، قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي – فَإِذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} [الفاتحة: 5] قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} [الفاتحة: 7] قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ

Daftar Isi:

Terjemah Hadis

Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Barang siapa salat tanpa membaca Ummul Qur’ān, maka salatnya tidak sempurna, tidak sempurna, tidak sempurna.” Abu Hurairah lalu ditanya, “Bagaimana bila kami berada di belakang imam?” Beliau menjawab, “Bacalah surah al-Fātiḥah dengan suara lirih, karena aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Allah berfirman, ‘Aku membagi salat antara Aku dengan hamba-Ku, dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta. Apabila seorang hamba membaca, ‘Alḥamdulillāhi rabbil ‘ālamīn’, Allah menjawab, ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku’. Saat seorang hamba membaca, ‘Arraḥmānirraḥīm’, Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah menyanjung-Ku’. Bila seorang hamba membaca, ‘Māliki yaumiddīn’, Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku’. Bila seorang hamba membaca, ‘Iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn’, Allah berfirman, ‘Inilah bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, sedangkan bagi hamba-Ku apa yang dia minta’. Saat seorang hamba membaca, ‘Ihdinaṣṣirāṭalmustaqīm, ṣirāṭal lażīna an’amta ‘alaihim gairil magḍūbi ‘alaihim walaḍḍāllīn’, Allah berfirman ‘Ini untuk hamba-Ku dan untuknya apa yang ia minta’.”

Baca juga:  KEHILANGAN MATA

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim (395), Abu Dawud (821), Tirmiżī (2953), al-Nasā`i dalam al-Sunan (908), dan Ibnu Mājah (383, 3784).

Kandungan Hadis

  1. Disyariatkannya membaca surah al-Fātiḥah di dalam salat. Jumhur ulama berpendapat bahwa hal itu adalah wajib. Surah al-Fātiḥah tidak dapat diganti dengan surah yang lain bagi orang yang mampu membacanya. Olehnya, nabi menyebut salat tanpa al-Fātiḥah sebagai salat yang kurang alias tidak sempurna. Para ulama memahami bahwa ketidaksempurnaan yang dimaksud adalah batal atau tidak sahnya salat. Perlu diketahui, berbeda dengan jumhur, Imam Abu Hanifah berpandangan bahwa yang wajib adalah membaca ayat dari Al-Qur’[1]
  2. Salat yang dibagi di dalam hadis di atas adalah al-Fātiḥah, disebut sebagai salat karena salat tidak sah jika tidak membacanya bagi orang yang mampu. Penyebutan al-Fātiḥah sebagai salat juga senada dengan sabda beliau,

الْحَجُّ عَرَفَةُ

“Haji itu Arafah.”

Pembagian al-Fātiḥah yang dimaksud berupa pembagian maknanya, bagian pertama al-Fātiḥah berisi pujian dan pengagungan kepada Allah, sedang bagian kedua berisi permohonan dan untaian doa.

  1. Hadis ini dijadikan sebagai salah satu argumen para ulama yang berpandangan bahwa basmalah bukan bagian dari pada surah al-Fātiḥah. Inilah pendapat Imam Malik dan Imam Al-Auzā’ī. Imam al-Syāfi’ī dan Imam Aḥmad berpandangan bahwa basmalah adalah bagian dari surah al-Fātiḥah.[2]
  2. Al-Fātiḥah disebut sebagai Ummul Qur’ān karena al-Fātiḥah mencakup makna yang dikandung al-Fātiḥah secara global. [3]
  3. Abu Hurairah ditanya, “Bagaimana bila kami berada di belakang imam?” Beliau menjawab, “Bacalah al-Fātiḥah dengan suara lirih.” Di dalam riwayat lain, rawi yang bernama Abū al-Sā`ib mengatakan,

فَقُلْتُ : يَا أَبَا هُرَيْرَةَ إِنِّي أَكُونُ أَحْيَانًا وَرَاءَ الْإِمَامِ ، قَالَ : فَغَمَزَ ذِرَاعِي وَقَالَ : اقْرَأْ بِهَا يَا فَارِسِيُّ فِي نَفْسِكَ

Baca juga:  HAMBA YANG BERDUSTA TENTANG TUHANNYA

“Aku berkata, ‘Wahai Abu Hurairah, saya terkadang (salat) di belakang imam’. Beliau pun mencubit lenganku seraya berkata, ‘Bacalah (al-Fātiḥah) wahai orang persia dengan lirih’.”[4] Maksudnya ialah dengan suara lirih yang dapat didengar oleh diri sendiri dalam suasana tenang.

  1. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dari berbagai jalur, melalui jalur al-‘Alā` dari ayah beliau, Abdurrahman bin Ya’kūb, dari Abu Hurairah, juga dari ‘Alā` dari Abū al-Sā`ib dari Abū Hurairah. Imam Tirmizi mengatakan,

سَأَلْتُ أَبَا زُرْعَةَ عَنْ هَذَا الحَدِيثِ، فَقَالَ: كِلَا الحَدِيثَيْنِ صَحِيحٌ

“Saya bertanya kepada Abū Zur’ah tentang dua hadis ini, beliau pun berkata, ‘Kedua hadis ini sahih’.”[5] Yang dimaksud oleh Abū Zur’ah ialah dua jalur di atas.

 

Wallāhu a’lam.

 


Footnote:

[1] Lihat: Syarḥ Ṣaḥīḥ Muslim (4/77).

[2] Lihat: ‘Aun Al-Ma’būd (1/301).

[3] Lihat: Al-Mufhim (2/25).

[4] H.R. Abu Dawud (821).

[5] Lihat : Sunan Tirmizi (2953(

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments