MENJENGUK ALLAH?

843
MENJENGUK ALLAH
Perkiraan waktu baca: 3 menit

40 Hadis Qudsi – Hadis 05– Menjenguk Allah?

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ : يَا ابْنَ آدَمَ مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِي قَالَ : يَا رَبِّ كَيْفَ أَعُودُكَ؟ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ قَالَ : أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِي فُلَانًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ ، أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِي عِنْدَهُ ، يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِي قَالَ : يَا رَبِّ وَكَيْفَ أُطْعِمُكَ؟ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ قَالَ : أَمَا عَلِمْتَ أَنَّهُ اسْتَطْعَمَكَ عَبْدِي فُلَانٌ فَلَمْ تُطْعِمْهُ ، أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ أَطْعَمْتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي ، يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِي قَالَ : يَا رَبِّ كَيْفَ أَسْقِيكَ؟ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ قَالَ : اسْتَسْقَاكَ عَبْدِي فُلَانٌ فَلَمْ تَسْقِهِ ، أَمَا إِنَّكَ لَوْ سَقَيْتَهُ وَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي

Daftar Isi:

Terjemah Hadis

Abū Hurairah berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Hai anak Adam! Aku sakit, mengapa kamu tidak menjenguk-Ku’?

Anak Adam menjawab, ‘Wahai Tuhanku, bagaimana mengunjungi Engkau, padahal Engkau Tuhan semesta alam’?

Allah berfirman, ‘Apakah kamu tidak tahu bahwa hamba-Ku si fulan sakit, mengapa kamu tidak mengunjunginya? Apakah kamu tidak tahu, sekiranya kamu menjenguknya kamu akan mendapati-Ku di sisinya’?

‘Hai, anak Adam! Aku minta makan kepadamu, mengapa kamu tidak memberi-Ku makan’?

Anak Adam menjawab, ‘Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi engkau makan, sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam’?

Allah berfirman, ‘Apakah kamu tidak tahu, bahwa hamba-Ku si fulan minta makan kepadamu tetapi kamu tidak memberinya makan? Apakah kamu tidak tahu seandainya kamu memberinya makan, niscaya engkau mendapatkannya di sisi-Ku’?

 ‘Hai, anak Adam! Aku minta minum kepadamu, mengapa kamu tidak memberi-Ku minum’?

Baca juga:  DEMAM ADALAH API-KU DI DUNIA

Anak Adam menjawab, ‘Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi Engkau minum, sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam’?

Allah menjawab, ‘Hamba-Ku si fulan minta minum kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya minum. Ketahuilah, seandainya kamu memberinya minum, niscaya kamu mendapatkannya di sisi-Ku’.”

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim (2569) dan Ibnu Ḥibbān (269, 944, 7366) melalui jalur Abū Rāfi’.

Diriwayatkan pula oleh Imam Aḥmad (9365) dan al-Ṭabrānī di al-Mu’jam Al-Ausaṭ (8722) melalui jalur Kaisān Abū Sa’īd al-Maqburī.

Diriwayatkan pula oleh al-Ṭabrānī dalam al-Mu’jam al-Ausaṭ (8722) melalui jalur al-Ḥasan bin Abi al-Ḥasan al-Miṣrī.

Ketiganya meriwayatkan dari Abū Hurairah, dari Nabi ﷺ.

Di dalam riwayat Imam Aḥmad dari Kaisān disebutkan,

مَرِضْتُ فَلَمْ يَعُدْنِي ابْنُ آدَمَ ، وَظَمِئْتُ فَلَمْ يَسْقِنِي ابْنُ آدَمَ ، فَقُلْتُ : أَتَمْرَضُ يَا رَبِّ

“… ‘Aku sakit, anak Adam tidak menjenguk-Ku, Aku kehausan, anak Adam tidak memberi-Ku minum’. Aku (Nabi) pun berkata, ‘Apakah engkau sakit wahai Tuhan’?”

Kandungan Hadis

  1. Di dalam hadis ini, Allah menisbahkan sakit pada-Nya. Ini bukan berarti bahwa Allah sakit, para ulama mengatakan bahwa yang sakit adalah hamba-Nya, Allah menisbahkan sakit itu pada-Nya untuk menunjukkan bahwa Dia dekat dengan hamba-Nya dan sebagai bentuk pemuliaan bagi sang hamba.[1]
  2. Firman-Nya, “… sekiranya kamu menjenguknya kamu akan mendapati-Ku di sisinya,” yang dimaksud dengan ‘mendapati-Ku’ adalah mendapati pahala dan pemuliaan dari-Ku. Seorang muslim yang menunaikan hak muslim lainnya dengan menjenguknya akan mendapatkan ganjaran pahala besar di sisi Allah.
  3. Memuliakan budak berarti memuliakan tuannya, memuliakan hamba Allah adalah bentuk lain dari memuliakan Allah.
  4. Allah berbicara dan menanyai hamba-hambanya pada hari kiamat kelak.
  5. Hendaknya seorang muslim tidak meremehkan kebaikan apapun bentuknya.
  6. Hadis ini mengajarkan seorang mukmin untuk berderma harta dengan memberi makan dan minum. Hadis ini juga mengajarkan seorang muslim untuk berderma waktu dengan memberi perhatian kepada saudaranya yang sedang sakit atau kesusahan.
  7. Terdapat hadis-hadis lain yang menunjukkan keutamaan menjenguk orang sakit, di antaranya:
Baca juga:  HAMBA YANG BERDUSTA TENTANG TUHANNYA

عَائِدُ الْمَرِيضِ فِي مَخْرَفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجِعَ

“Orang yang mengunjungi orang sakit, dia senantiasa berada dalam sebuah kebun surga sampai dia pulang kembali.”[2]

‘Ālī bin Abī Ṭālib berkata,

مَا مِنْ رَجُلٍ يَعُودُ مَرِيضًا مُمْسِيًا إِلَّا خَرَجَ مَعَهُ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَسْتَغْفِرُونَ لَهُ حَتَّى يُصْبِحَ وَكَانَ لَهُ خَرِيفٌ فِي الْجَنَّةِ ، وَمَنْ أَتَاهُ مُصْبِحًا خَرَجَ مَعَهُ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَسْتَغْفِرُونَ لَهُ حَتَّى يُمْسِيَ ، وَكَانَ لَهُ خَرِيفٌ فِي الْجَنَّةِ

“Tidaklah seorang laki-laki menjenguk orang yang sakit pada sore hari melainkan akan keluar tujuh puluh ribu malaikat yang memintakan ampunan untuknya hingga pagi hari, baginya pula kebun di surga. Barang siapa yang menjenguknya pada pagi hari, maka keluar bersamanya tujuh puluh ribu malaikat yang memohonkan ampunan baginya hingga sore hari, baginya pula kebun di surga.”[3]

عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ وَعَادَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ مُحْتَسِبًا بُوعِدَ مِنْ جَهَنَّمَ مَسِيرَةَ سَبْعِينَ خَرِيفًا قُلْتُ يَا أَبَا حَمْزَةَ وَمَا الْخَرِيفُ قَالَ الْعَامُ

Ṡabit al-Bunānī meriwayatkan dari Anas bin Mālik, ia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Barangsiapa yang berwudu kemudian menyempurnakan wudunya dan menjenguk saudaranya sesama muslim dengan mengharapkan pahala, ia akan dijauhkan dari jahanam sejauh perjalanan tujuh puluh kharīf.’ Aku (Ṡabit) bertanya, ‘Wahai Abū Hamzah (Anas bin Mālik), apakah kharīf itu’? Ia berkata, ‘Tahun’.”[4]

Dalam hadis Abū Hurairah disebutkan,

مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللهِ نَادَاهُ مُنَادٍ أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ ، وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْزِلًا

“Barang siapa yang menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah semata, seorang penyeru akan menyeru, ‘Engkau telah berbuat baik dan berjalanmu pun baik serta engkau telah mengambil sebuah tempat di surga’.”[5]

  1. Para ulama berbeda pandangan terkait hukum menjenguk orang sakit. Jumhur ulama berpendapat bahwa menjenguk orang sakit hukumnya adalah mustahab, dapat menjadi wajib tergantung kedudukan orang yang sakit.[6]
Baca juga:  TERCELA YANG MENCELA ZAMAN

 

 


Footnote:

[1] Lihat: Syarḥ aḥīḥ Muslim karya Imam al-Nawawi (16/97).

[2] H.R. Muslim (2568).

[3] H.R. Abu Dawud (3098), sahih secara mauqūf, sedangkan marfū’ tidak sahih.

[4] H.R. Abu Dawud (3097), terdapat al-Faḍl bin Dalham dalam sanadnya, layyin (lemah).

[5] H.R. Tirmiżi (2008), Ibnu Majah (1443) dan Aḥmad (8441), Imam Tirmiżi berkata, “Hadis ini hasan gharīb.” Riwayat hadis ini berporos pada Abu Sinān al-Qasmalī, layyin (lemah).

[6] Lihat: al-Mausū’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah (31/76).

Subscribe
Notify of
guest
1 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Supii

Ustadz, mohon ilmunya, semoga Allah memberi kami hidayah melalui Antum. Dalam memaknai hadits ini Antum memalingkan makna haqiqi ke makna majazi. Padahal kita harus menerima perkataan Rasul apa adanya. Lalu kenapa hadits nuzul kok tidak antum maknai sebagaimana memaknai hadits ini? Bahwa yang turun bukan dzat Allah setiap malam tapi rahmat-Nya yang turun. Kan mirip hadits ini? Jazakumullah khairan.