هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Dialah (Allah) yang mengutus seorang rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah: 2)
عَنِ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِي كَرِبَ الْكِنْدِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَلَا إِنِّي أُوتِيتُ الْكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ، أَلَا إِنِّي أُوتِيتُ الْقُرْآنَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ.
Al-Miqdam bin Ma’di Karib al-Kindi radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sungguh telah diwahyukan kepadaku al-Kitab dan yang semisalnya, sungguh telah diwahyukan kepadaku al-Qur’an dan yang semisalnya.”[1]
⁕⁕⁕
Al-Thibi rahimahullah menyebutkan bahwa para ulama memiliki dua pandangan terkait apa yang semisal dengan Al-Qur’an. Yang pertama, bahwasanya Allah telah memberikan wahyu yang batin di dalam diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selain wahyu yang zahir dan sanggup kita baca berupa al-Qur’an. Yang kedua, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendapatkan karunia Allah untuk menjelaskan kandungan-kandungan Al-Qur’an.[2] Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ.
“Dan Kami (Allah) turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkannya.”[3]
Adapun perkataan beliau, maka beliau tidak mengucapkan sepatah katapun melainkan ia berasal dari wahyu Allah. Allah azza wajalla berfirman,
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى. إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى. عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى.
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu berdasarkan kemauan hawa nafsunya. Ucapannya tiada lain ialah wahyu yang diwahyukan kepadanya. Yang diajarkan kepadanya oleh Jibril yang sangat kuat.”[4]
Bukan hanya sekedar perkataan saja, tetapi juga sifat, perbuatan, bahkan penetapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap apa yang dilakukan oleh para sahabatnya. Semuanya merupakan kebenaran yang wajib diterima oleh seluruh kaum muslimin sebagai bentuk konsekuensi syahadat atas diri Rasulullah. Oleh karena itu, al-Thibi melanjutkan dalam syarah hadis di atas bahwasanya apa yang diberikan Allah berupa yang semisal dengan Al-Qur’an berarti memiliki kekuatan hukum yang sama dalam syariat islam. Allah ta’ala berfirman,
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ.
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukuman-Nya.”[5]
Bahkan Allah menafikan iman seseorang yang tidak menerima hukum Rasulullah dalam firman-Nya,
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikanmu (Rasulullah) sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan terhadap keputusanmu dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”[6]
Wahyu yang semisal al-Qur’an ini berdasarkan lafaznya, maka ia terbagi menjadi dua: Pertama, wahyu yang Allah berikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan diriwayatkan lafaznya dari Allah oleh beliau, namun ia bukanlah bagian dari Al-Qur’an, atau yang biasa disebut dengan hadis qudsi. Yang kedua, wahyu yang Allah berikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau sampaikan maknanya kepada umat manusia atau dikenal dengan istilah hadis Rasulullah. Oleh karena itu, kita dapat menarik kesimpulan bahwa terdapat tiga jenis wahyu yang Allah telah berikan kepada Baginda Rasulullah: al-Qur’an, hadis qudsi, hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Footnote:
[1] HR. Ahmad nomor 17174, disahihkan Syekh al-Albani dalam Shahih Jami’ Shagir nomor 2643.
[2] Syarah al-Misykat 2/629.
[3] QS. Al-Nahl ayat 44.
[4] QS. Al-Najm ayat 3-5.
[5] QS. Al-Hasyr ayat 7.
[6] QS. Al-Nisa ayat 65.