ṢAḤĪḤ MUSLIM

921
SHAHIH MUSLIM
Perkiraan waktu baca: 8 menit

SERIAL MENGENAL KITAB-KITAB HADIS(1)

ṢAḤĪḤ MUSLIM

Daftar Isi:

Biografi Penulis

Dia adalah seorang imam besar, hafiz, kritikus hadis dan hujah yang hakiki Abū al-Husain Muslim bin al-Ḥajjāj bin Muslim al-Qusyairī al-Naisaburī. Dilahirkan pada tahun 204 H atau 206 H.

Beliau salah seorang sosok ulama yang sibuk dengan hadis Nabi ṣallallāhu‘alaihiwasallam, rihlah untuk mencari dan mengumpulkannya, serta sosok yang mujtahid, sampai beliau melampaui para teman sebayanya dan mereka mengakui keunggulan dan keutamaannya. Salah seorang gurunya yang bernama Muhammad bin Basysyār (Bundār) pernah mengatakan, .” Ada 4 hafiz hadis di dunia ini: Abu Zur’ah al-Rāzī di Ray, Muslim di Naisābūrī, Abdullah al-Dārimī di Samarkand dan Muhammad bin Ismail di Bukhāra.”

Ahmad bin Salamah al-Naisābūrī berkata, “Saya melihat Abu Zur’ah dan Abu Hātim lebih mendahulukan Imam Muslim bin al-Ḥajjāj dalam penguasaan hadis sahih dibandingkan dengan masyāyikh yang lain di masanya.”

Imam Ibn Abdilbarr juga berkomentar tentang beliau, “Mereka sepakat atas keutamaan beliau, kepemimpinannya dalam masalah ilmu, dan tingginya kedudukannya. Diantara bukti yang sangat kuat tentang hal itu adalah kitabnya Ṣaḥīḥ Muslim, dimana tidak ada kitab sebelumnya dan juga setelahnya yang bisa menyamainya dari sisi baiknya sistematika penyusunannya, dan ringkasan jalur periwayatan hadisnya.”

Tidak diragukan juga bahwa Imam Muslim banyak belajar dari para ulama besar di zamannya. Di antara guru-gurunya yang terkenal adalah: Imam Ahmad bin Hambal, imam al-Bukhārī, Yahya bin Yahya at-Tamīmī, Iṣāq bin Rahūyah, Yahya bin Ma’īn, Abu Bakar bin Abi Syaibah dan masih banyak lagi.

Imam Muslim juga memiliki banyak murid, di antara murid-murid beliau yang masyhur adalah: Abu Hātim al-Rāzī, Imam Abū ‘Isa al-TirmiŻī, Ibn Khuzaimah, Abu ‘Awānah al-Isfirāyīnī, Makkī bin ‘Abdān, dan selainnya.

Imam Muslim juga memiliki beberapa karya tulis yang berharga, di antaranya: al-Jāmi’ al-Ṣaḥīḥ, al-Kunā wa al-Asmā’, al-Ṭabaqāt, al-Tamyīz, dan al-Munfaridāt wa alWuhdān.

Imam Muslim wafat pada bulan Rajab tahun 261 H, yaitu 5 tahun setelah wafatnya guru beliau imam al-Bukhārī –rahimahumāllahu-.(2)

Nama Kitabnya

Kitab ini dikenal dikalangan para ulama dengan nama: Ṣaḥīḥ Muslim.

Imam Ibn Ṣalāh mengatakan, “Diriwayatkan kepada kami dari Imam Muslim beliau mengatakan, ‘Saya menuliskan kitab ini al-Musnad al-Ṣaḥīḥ dari 300 ribu hadis yang telah didengarkan.”

Imam Ibn Ṣalāh juga mengatakan, “Sampai kepada kami berita dari Makkī bin ‘Abdān beliau mengatakan, Aku mendengar Muslim bin al-Ḥajjāj berkata, ‘Seandainya para ahli hadis menulis hadis selama 200 tahun maka niscaya akan berkisar pada kitab al-Musnad ini’, maksudnya kitab beliau al-Musnad al-Ṣaḥīḥ(3).

Berdasarkan penukilan dari Imam Ibn Ṣalāh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nama asli kitab ini menurut penulisnya (Imam Muslim) adalah: al-Musnad al-Ṣaḥīḥ, wallāhu a’lam.

Latar Belakang Penulisannya

Latar belakang penulisan kitab ini disebutkan secara langsung oleh Imam Muslim dalam mukadimah kitabnya(4). Beliau menyebutkan bahwa beliau menuliskan kitab ini dikarenakan 2 hal:

  1. Respons atas permintaan salah seorang muridny
  2. Banyaknya kitab ataupun tulisan yang tersebar di kalangan manusia waktu ini namun umumnya sarat berisikan hadis-hadis yang daif, mungkar dan sangat lemah.
Baca juga:  SUNAN AL-NASĀ’Ī

Beliau menuliskan kitabnya ini selama 15 tahun, sebagaimana yang disebutkan oleh salah seorang muridnya Ahmad bin Salamah bahwa beliau telah menemani Imam Muslim menuliskan kitabnya selama 15 tahun lamanya.

Manhaj Imam Muslim Dalam Kitabnya

Kitabnya merupakan jenis kitab al-Jāmi’, yaitu kitab yang mengumpulkan hadis dari Nabi ṣallallāhu‘alaihiwasallam dari berbagai bab dan permasalahan yang ada. Penulis hanya mencukupkan untuk menuliskan hadis yang sahih dari Nabi ṣallallāhu‘alaihiwasallam, menjauhi hadis yang lemah, dan tidak mencantumkan al-mauqūfāt (aṡar-aṡar dari para sahabat), begitu juga tidak yang al-maqṭu’āt (aṡar-aṡar dari para tabiin), dan tidak perkataan ulama beserta pandangan-pandangan fikih mereka. Namun terkadang ada saja didapatkan hal ini akan tetapi sedikit, dan itu dilakukan karena sebab tertentu.

Beliau memulai kitabnya dengan mukadimah dan menyebutkan di dalamnya latar belakang penulisan kitabnya, serta juga menjelaskan metodenya. Setelah itu beliau menyebutkan juga pembahasan hal-hal pokok terkait musṭalah al-hadi, lalu setelah menyebutkan mukadimah, beliau mulai menyebutkan kitab al-Īmān, lalu al-Ṭahārah, al-Haiḍ, al-Ṣalāh, al-Masājid dan seterusnya hingga ditutup dengan kitab al-Tafsīr. Beliau menyebutkan 54 kitab sesuai perhitungan Muhammad Fuād ‘Abd al-Bāqi dalam cetakan beliau terhadap Ṣaḥīḥ Muslim. Adapun dalam kitab Tuhfatul al-Asyrāf karya al-Mizzī disebutkan jumlahnya 42 kitab. Seluruh kitab ini menjelaskan dan membahas persoalan agama, yang mencakup di dalamnya masalah ibadah, muamalat, akhlak, sirah, faḍāil, zuhud, raqāiq (kelembutan hati), surga dan neraka, serta tafsir.

Setiap kitab beliau menyebutkan di bawahnya banyak hadis-hadis yang terpisah berdasarkan permasalahan babnya walaupun beliau tidak memberikan judul bab sebagaimana umumnya yang dilakukan oleh para penulis al-kutub al-sittah (enam kitab hadis pokok). Beliau menyusun dengan teliti bab-babnya, begitupula dengan hadis di dalamnya, dan beliau mengumpulkan jalur periwayatan yang banyak untuk satu hadis dalam satu tempat.

Adapun metodenya beliau menyebutkannya sendiri di dalam kitabnya bahwa beliau mencukupkan dengan hadis yang sahih dan mengindari penyebutan hadis secara berulang agar kitabnya tidak terlalu tebal dan panjang kecuali jika terdapat maslahat besar di situ, disebabkan keterkaitan dengan bab, atau untuk menjelaskan ilat di dalamnya, ataukah karena ada tambahan lafaz dalam hadis tersebut yang dibutuhkan dan selaras dalam judul bab yang beliau tuliskan.

Imam Muslim telah membagi periwayatan hadis yang beliau cantumkan di kitabnya menjadi 3 bagian, yaitu:

Pertama: Beliau mendahulukan penulisan hadis-hadis yang terbebas dari cacat dan aib yang tidak ada ikhtilaf kuat tentang tingkat validitas periwayatannya.

Kedua: Lalu beliau juga menuliskan dan meriwayatkan setelah itu hadis-hadis dari perawi yang lebih di bawah dari sisi kualitas hafalannya, seperti yang biasa dikenal dengan istilah ṣadūq dan setingkatnya.

Ketiga: Adapun tingkatan perawi yang dimana padanya ada tuduhan dari sisi hafalan (ḍabṭ) atau ‘adālahnya maka beliau tidak mencantumkan riwayatnya dalam kitabnya. Begitupula dengan perawi yang sebagian besar periwatannya adalah mungkar maka beliau juga tidak meriwayatkannya dalam kitabnya ini.

Imam Muslim menyebutkan sanad dari setiap hadisnya, membedakan setiap lafaz yang datang dari setiap riwayat, juga membedakan cara periwayatan perawi dari gurunya (ṣiyāgu al-ada’), kadang beralih ke jalur yang lain, dan menyebutkan matan hadis yang beliau inginkan dari perawi serta mengisyarakan jika terjadi pengulangan.

Baca juga:  SUNAN AL-TIRMIŻI

Kitab Ṣaḥīḥ Muslim dibagi ke dalam beberapa kitab sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, dan setiap kitab terdiri dari beberapa bab, dalam satu bab dicantumkan beberapa hadis sesuai kebutuhan, walaupun beliau tidak menyebutkan judul dalam setiap bab akan tetapi beliau telah menyusunnya dalam bab-bab fikih yang sangat cermat dan sistematis.

Kadang pula kita dapati beliau mendahulukan hadis yang mansukh lalu kemudian menjelaskannya dengan mendatangkan secara langsung setelahnya hadis yang menasikhkannya. Kadang kala beliau sendiri menjelaskan tentang aib atau ilat (cacat) dalam sebuah hadis, dan beliau sangat memperhatikan riwayat hadis sesuai dengan apa yang beliau dengar langsung dari gurunya, baik dari sisi sanad maupun matan, walaupun kadang kala dengan makna juga.

Al-‘Allāmah al-Mu’allimi raḥimahullāh berkata, “Di antara kebiasaan Imam Muslim adalah beliau menyusun riwayat hadis berdasarkan dengan tingkatan hadisnya, beliau mendahulukan yang paling sahih lalu setelahnya”(5).

Syarat Imam Muslim Dalam Kitabnya

Ibn al-Ṣalāh berkata, “Syarat Imam Muslim dalam kitabnya adalah hadis yang dikeluarkannya memiliki sanad yang bersambung, dinukil dari seorang ṡiqah ke ṡiqah, dari awal sampai akhir, terbebas dari syāŻ, dan ilat. Persyaratan ini sesuai definisi hadis sahih, sehingga manakala dalam sebuah hadis berkumpul di dalamnya sifat-sifat ini maka tidak diragukan lagi kesahihan hadis tersebut”(6).

Jumlah Hadisnya

Imam al-Żahabi mengatakan, “Ahmad bin Salamah berkata jumlahnya 12.000 hadis, maksudnya jika dihitung dengan yang berulang.”(7)

Adapun sesuai perhitungan Muhammad Fuad ‘Abd al-Bāqi maka jumlah hadis di dalam kitab Ṣaḥīḥ Muslim adalah 3033, tanpa ada pengulangan. Ini dengan hadis yang pokok bukan dengan hitungan yang di dalamnya mencakup mutabaāt dan syawāhid.

Berdasarkan cetakan Ṣaḥīḥ Muslim yang ditahkik Syekh Khalīl Ma’mūn Syīha jumlah hadisnya dengan yang berulang sebanyak 7479. Beliau menyesuaikan setiap sanad dengan yang tercantum dalam kitab Tuhfah al-Asyrāf.

Syekh Masyhūr Hasan Ālu Salmān telah mengumpulkan jumlah hadisnya dengan pengulangan berdasarkan perhitungan Muhammad Fuad ‘Abd al-Bāqi, beliau mendapati bahwa jumlahnya itu 5770 hadis, jumlah mutaba’āt dan syawāhid 1610 hadis selain tiga hadis yang disebutkan dalam mukadimah. Sehingga jumlah total hadisnya termasuk dengan pengulangan beserta mutabaāt dan syawāhid adalah 7375 hadis, belum termasuk 10 hadis yang disebut dalam mukadimah.

Kesimpulannya perhitungan ini bagian dari ijtihad, setiap orang berbeda dalam metode perhitungannya sehingga hasilnya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, hal ini telah disinyalir oleh al-Żahabī ketika mengomentari jumlah hadis yang sangat berbeda yang disebut oleh Ahmad bin Salamah sebelumnya(8), Wallāhu al-Muwaffiq.

Perawi Kitab Ṣaḥīḥ Muslim

Kitab Ṣahīh Imam Muslim ini memiliki banyak perawi yang meriwayatkannya namun riwayat yang sampai kepada kita melalui jalur periwayatan yang valid hanya dari 4 muridnya:

  1. Abu Iṣāq Ibrāhīm bin Muhammad bin Sufyān al-Faqīh ( 308 H).

Namun beliau tidak sempat mendengarkan Ṣaḥīḥ Muslim secara sempurna ada beberapa poin yang beliau tidak sempat dengarkan seperti dalam kitab al-Hajj, bagian awal kitab al-Waṣāyā, dan kitab al-Imārah wa al-Khilāfah, bagian terakhir ini yang paling banyak luput yaitu kurang lebih 18 lembar sebagaimana yang disebutkan oleh Ibn al-Ṣalāh dalam kitabnya Ṣiyānah Ṣaḥīḥ Muslim.

  1. Abu Muhammad Ahmad bin Ali al-Qalānisī.
  2. Makkī bin ‘Abdān bin Muhammad bin al-Tamimi an-Naisābūri ( 325 H).
  3. Abu Hāmid bin al-Syarqi Ahmad bin Muhammad bin al-Hasan An-Naisābūri (w.325 H).
Baca juga:  SHAHĪH AL-BUKHĀRĪ

Diriwayatkan pula dari Ibn Sufyan di daerah al-Masyriq: al-Julūdī (w. 368 H) dan al-Kisāi (w. 385 H) serta cabang dari keduanya, adapun di kawasan al-Magrib diriwayatkan Ibn Māhān dari Ahmad bin Muhammad bin Yahya al-Asyqar dari al-Qalānisī dari Imam Muslim.

Manuskrip Ṣaḥīḥ Muslim

Ṣahīh Imam Muslim tidak kalah terkenalnya dengan Ṣahīh Imam al-Bukhāri hal demikian dikarenakan banyaknya naskah manuskrip kitab ini yang tersebar di berbagai perpustakaan dunia.

Di antara naskah yang terkenal adalah naskah Ibn Khair al-Isybīlī (w. 575 H) yang banyak orang dengarkan dan riwayatkan, naskah ini terdapat di perpustakaan al-Qarawiyyin yang terdapat di kota Fas, negara Maroko. Naskah manuskrip ini yang terbesar di benua Afrika.

Cetakan Kitab Ṣaḥīḥ Muslim

Kitab ini sering dan banyak dicetak, diantara cetakan yang paling afdal adalah

  1. Cetakan Turki, al-‘Āmirah yang dicetak dalam 4 jilid besar
  2. Cetakan yang ditahkik oleh Muhammad Fuād ‘Abd al-Bāqi dan dicetak di Kairo pada tahun 1374 H, dalam 5 jilid.

Masih banyak lagi cetakan yang lain namun kurang memperhatikan sisi tahkik ilmiahnya.

Perhatian Ulama Terhadap Ṣaḥīḥ Muslim

Setelah besarnya perhatian ulama terhadap al-Qur’an maka di antara kitab sunah yang mendapatkan perhatian terbesar dari kalangan ulama adalah Sahih al-Bukhāri dan Ṣaḥīḥ Muslim, ada diantara mereka yang fokus untuk meringkas kitab ini, ada juga yang fokus menjelaskan kalimat-kalimat yang asing di dalam kitabnya, dan ada juga yang fokus untuk mensyarah kitab ini. Di antara syarah Ṣaḥīḥ Muslim adalah :

  1. Al-Mufhim fī Syarhi Muslim, karya ‘Abd al-Gāfir bin Isma’īl al-Fārisi ( 529 H).
  2. Al-Mu’lim fī Syarhi Muslim, karya Abu Abdullah Muhammad bin ‘Ali bin ‘Umar al-Māziri al-Māliki ( 536 H).
  3. Ikmāl al-Mu’lim bi Fawāid Syarhi Ṣaḥīḥ Muslim, karya al-Qāḍi Abu al-Faḍl ‘Iyāḍ bin Musa al-Yahṣubī ( 544 H).
  4. Syarhu ahih Muslim, karya Abu ‘Amr bin Uṡmān bin al-Ṣalāh ( 643H).
  5. Al-Mufhim Syarhu Talkhis ahih Muslim, karya Abu al-‘Abbās al-Qurṭubi ( 656H).
  6. Al-Minhāj fī Syarhi Ṣaḥīḥ Muslim bin al-Ḥajjāj, karya Abu Zakariya Yahya bin Syaraf al-Nawawi ( 676H). Kitab ini sudah dicetak berkali-kali, di antara cetakan yang terbaik cetakan Dār al-Ma’rifah dengan tahkik: Khalīl Ma’mūn Syīhā sebanyak 10 jilid.
  7. Ikmāl al-Ikmāl, karya ‘Isa bin Mas’ūd al-Zawāwi al-Māliki (w. 744H).

 

 


Footnote:

(1) Diterjemahkan dan disadur dari kitab “Tadwīn al-Sunnah al-Nabawiyyah.” karya Prof. Dr. Muhammad bin Mathar al-Zahrāni –rahimahullah- dan kitab “Al-Mu’īn fī Ma’rifah Manāhij al-Muhadditsīn.” karya Dr. Khālid bin Qāsim al-Raddādī –rahimahullah-.

(2) Siyar A’lām alNubalā(12/557) karya Imam al-Żahabī.

(3) Ṣiyānah Ṣaḥīḥ Muslim (hal. 67-68).

(4) Lihat: Mukadimah Ṣaḥīḥ Muslim (1/4-7).

(5) Al-Anwār al-Kāsyifah (hal.29 dan 230).

(6)iyānah Ṣaḥīḥ Muslim (hal. 72).

(7) Siyar A’lām al-Nubala’ (12/566).

(8) Lihat: Al-Imām Muslim wa Manhajuhu fi ahīhihī (hal. 108-114) dan Al-Imām Muslim bin al-Ḥajjāj āhib al-Musnad al-Ṣaḥīḥ wa Muhaddits al-Islām al-Kabīr (hal. 194).

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments