SYARAH KITAB ‘UMDAH AL-AHKĀM[1]
HADIS SIFAT WUDU LENGKAP
عَنْ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ -رضي اللهُ عنه-: أَنَّهُ رَأَى عُثْمَانَ –رضي الله عنه- دَعَا بِوَضُوءٍ، فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ مِنْ إنَائِهِ، فَغَسَلَهُمَا ثَلاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ أَدْخَلَ يَمِينَهُ فِي الْوَضُوءِ، ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاثاً، وَيَدَيْهِ إلَى الْمِرْفَقَيْنِ ثَلاثًا، ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ، ثُمَّ غَسَلَ كِلْتَا رِجْلَيْهِ ثَلاثًا، ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ -صلى الله عليه وسلم- يَتَوَضَّأُ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا، وَقَالَ: مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، لا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya:
Humrān mantan budak ‘Utsmān bin ‘Affān raḍiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa ia melihat ‘Utsmān raḍiyallahu’anhu minta diambilkan air wudu. Beliau pun lalu menuang bejana itu pada kedua tangannya, lalu ia basuh kedua tangannya tersebut tiga kali. Kemudian ia memasukkan tangan kanannya ke dalam air wudunya, kemudian berkumur, serta memasukkan air ke dalam hidung dan mengeluarkannya. Kemudian beliau membasuh mukanya tiga kali dan kedua lengannya hingga siku tiga kali, lalu beliau mengusap kepalanya lalu membasuh masing-masing dari kedua kakinya tiga kali. Setelah itu beliau berkata, “Aku telah melihat Nabi ﷺ berwudu seperti wuduku ini, beliau lalu bersabda, ‘Barang siapa berwudu seperti wuduku ini, kemudian dia salat dua rakaat dan tidak berbicara dengan dirinya sendiri saat melaksanakan salat, niscaya Allah mengampuni dosanya yang telah lalu.’”
Daftar Isi:
Takhrij Hadis:
Hadis Abu Huraiah raḍiyallahu’anhu ini diriwayatkan oleh Imam Bukhārī dalam Ṣaḥīḥ-nya; kitab al-Wuḍū’, Bab Wudu Tiga Kali Tiga Kali, no. 158, dan Imam Muslim dalam Ṣaḥīḥ-nya; kitab al-Ṭahārah, Bab Sifat Wudu dan Kesempurnaannya, no. 226.
Kedudukan Hadis:
Hadis ini termasuk hadis yang paling komplit membahas tata cara wudu Nabi ṣallallāhu‘alaihiwasallam. Di dalamnya disebutkan tentang kewajiban-kewajiban dan sunah-sunah wudu. Hadis ini juga merupakan hadis yang di dalamnya seorang sahabat mendeskripsikan wudu Nabi ṣallallāhu‘alaihiwasallam melalui perbuatan dan praktik langsung, metode ini tentu akan lebih berkesan dan tersimpan lama.
Faidah Yang Terkandung Di Dalam Hadis Ini
- Wudu yang sempurna mencakup beberapa hal di bawah ini:
-
- Mencuci kedua tangan pada permulaan wudu (hukumnya sunah)
- Lalu berkumur dan memasukkan air ke dalam hidung (istinsyāq) dan mengeluarkannya (hukumnya wajib).
- Lalu mencuci kedua lengan hingga siku, dan siku termasuk dalam area yang dibasuh.
- Lalu mengusap kepada sekali (hukumnya wajib), area yang diusap ialah dimulai dari lekukan jidat hingga bagian rambut yang menurun ke bawah. Makruh membasuh kepala, namun bila dibasuh wudunya tetap sah.[2]
- Kemudian, membasuh kedua kaki disertai dengan kedua mata kakinya.
- Seusai berwudu, disunahkan salat dua rakaat. Bila semua hal tersebut direalisasikan dengan benar, pahalanya ialah Allah mengampuni dosa. Terdapat beberapa hadis yang menunjukkan bahwa wudu adalah sebab ampunan dosa.
Di antara hadis-hadis yang dimaksud ialah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah raḍiyallahu’anhu secara marfuk,
إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ -أَوْ الْمُؤْمِنُ- فَغَسَلَ وَجْهَهُ خَرَجَ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا بِعَيْنَيْهِ مَعَ الْمَاءِ -أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ- فَإِذَا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَ مِنْ يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ كَانَ بَطَشَتْهَا يَدَاهُ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ فَإِذَا غَسَلَ رِجْلَيْهِ خَرَجَتْ كُلُّ خَطِيئَةٍ مَشَتْهَا رِجْلَاهُ مَعَ الْمَاءِ -أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ- حَتَّى يَخْرُجَ نَقِيًّا مِنْ الذُّنُوبِ
Artinya: “Apabila seorang muslim )atau mukmin( berwudu lalu membasuh wajahnya, akan keluar dari wajahnya setiap kesalahan yang dia lihat dengan kedua matanya bersamaan dengan air )atau bersama dengan tetesan air yang terakhir). Apabila dia membasuh kedua tangannya, keluar dari kedua tangannya setiap kesalahan yang dilakukan oleh kedua tangannya bersamaan dengan air )atau bersama dengan tetesan air yang terakhir). Apabila dia membasuh kedua kakinya, keluar setiap kesalahan yang dilakukan kakinya bersamaan dengan air )atau bersama dengan tetesan air yang terakhir) sehingga dia keluar dalam keadaan bersih dari dosa.”[3]
- Dosa-dosa yang diampuni ialah dosa-dosa kecil berdasarkan sabda beliau ṣallallāhu‘alaihiwasallam dalam hadis lain yang berbunyi,
إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
Artinya: “Apabila dia menjauhi dosa besar.”[4]
Adapun dosa besar, hanya bisa dihapus dengan tobat.
Footnote:
[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab Mūjaz al-Kalām ‘ala ‘Umdah al-Ahkām karya Dr. Manṣūr bin Muhammad al-Ṣaq’ūb hafizhahullāh.
[2] Lihat: Fatḥ Al-Bāri karya Ibn Rajab (1/239).
[3] HR. Muslim (no. 244).
[4] HR. Muslim (no. 233).