عن حَكِيم بْن حِزَامٍ رضي الله عنه قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ أُمُورًا كُنْتُ أَتَحَنَّثُ بِهَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ مِنْ صِلَةٍ وَعَتَاقَةٍ وَصَدَقَةٍ هَلْ لِي فِيهَا مِنْ أَجْرٍ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَسْلَمْتَ عَلَى مَا سَلَفَ مِنْ خَيْرٍ
Dari Hakim bin Hizam radhiyallahu anhu berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan perkara-perkara kebaikan yang pernah saya lakukan pada masa Jahiliah seperti menyambung tali kekerabatan, memerdekakan budak dan sedekah, apakah saya mendapatkan pahala darinya?” Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Setelah kamu masuk Islam, kamu akan mendapatkan pahala atas kebaikan yang pernah kamu lakukan.”
Daftar Isi:
Takhrij Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Shahih-nya, Kitab al-Adab, Bab “Seseorang yang Bersilaturahmi pada Saat Musyrik Kemudian Masuk Islam,” nomor 5992 dan jug diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shahih-nya, Kitab al-Iman, Bab “Amalan Seorang yang Kafir Apabila Masuk Islam Setelahnya”, nomor 123.
Biografi Sahabat Perawi Hadis(1):
Nama lengkapnya: Hakim bin Hizam bin Khuwailid bin Asad bin Abdil Uzza bin Qushay bin Kilab al-Qurasyi al-Asadi radhiyallahu anhu. Ibunya bernama Shafiyyah, ada juga yang mengatakan Fakhitah dan versi lain menyebut: Zainab binti Zuhair bin bin al-Harits bin Asad bin Abdil Uzza. Kuniah dari Hakim: Abu Khalid, beliau adalah keponakan dari Ummul Mukminin Khadijah bintu Khuwailid radhiyallahu anha dan sepupu dari sahabat mulia Zubair bin al-Awwam radhiyallahu anhu. Beliau dilahirkan 13 tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam di dalam bangunan Ka’bah. Beliau termasuk pemuka Quraisy yang dikenal dengan kecerdasan dan kemuliaannya di masa Jahiliah. Hakim juga termasuk teman Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebelum beliau diutus menjadi Nabi. Hakim masuk Islam pada saat Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah) di tahun 8 H dan menjadi salah seorang sahabat yang mulia serta terkenal dengan kedermawanannya. Beliau ikut dalam perang Hunain dan al-Thaif di tahun 8 H. Hadis yang diriwayatkannya sebanyak 40; ada 4 di antaranya diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Hakim bin Hizam wafat di kota Madinah tahun 54 H dalam usia 120 tahun, radhiyallahu anhu.
Faedah dan Kesimpulan:
1. Disyariatkannya bertanya tentang amal saleh dan pahalanya.
2. Seorang hamba sepatutnya khawatir jika amalan yang selama ini dilakukannya tidak mendapatkan balasan pahala di sisi Allah azza wa jalla.
3. Keutamaan Hakim bin Hizam radhiyallahu anhu di mana beliau terkenal sebagai seorang sahabat yang dermawan baik semasa Jahiliah dan terlebih lagi pada saat telah masuk Islam.
4. Sebagian orang di luar Islam gemar melakukan ibadah yang sifatnya sosial berupa membantu orang yang lemah atau susah, silaturahmi dan lainnya.
5. Orang kafir yang melakukan kebaikan-kebaikan sosial akan mendapatkan balasan yg sifatnya duniawi namun tidak akan mendapatkan apa-apa di akhirat selama mereka tidak masuk Islam.
6. Ada beberapa tafsiran dan penjelasan ulama dari jawaban Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam kepada Hakim bin Hizam radhiyallahu anhu, di antaranya(2):
a. Makna eksplisit hadis ini adalah setiap musyrik jika masuk Islam maka dicatat baginya pahala setiap kebaikan yang diamalkannya sebelum masuk Islam dan sebaliknya tidak dicatat atasnya dosa dan kesalahan yang pernah dilakukannya ketika masih musyrik karena Islam menghapuskan kesalahan yang dilakukannya ketika masih syirik.(3)
b. Kebiasaan baikmu semasa Jahiliah akan terpelihara dan akan menjadi kebiasaan yang tidak terpisah darimu setelah masuk Islam.
c. Perbuatan kebaikanmu di masa Jahiliah menjadikan orang memujimu serta menyenangimu dan hal itu terus akan Anda dapatkan setelah masuk Islam.
d. Perbuatan kebaikan semasa Jahiliah merupakan salah satu faktor utama sehingga kamu mendapat hidayah masuk Islam.
e. Perbuatan kebaikanmu itu menyebabkan engkau mendapat rezeki yang luas.
7. Besarnya keutamaan dan pemberian Allah subhanahu wa ta‘ala kepada para hamba-Nya; di mana Dia tidak menyia-nyiakan pahala siapa saja yang berbuat kebaikan termasuk seorang yang kafir, jika akhirnya orang tersebut mendapatkan taufik dan hidayah untuk masuk Islam.
Footnote:
(1) Lihat: Mu’jam al-Shahabah oleh Abu al-Qasim al-Baghawi (2/ 112), Mu’jam al-Shahabah oleh Ibnu al-Qani’ (1/ 165), Ma’rifah al-Shahabah oleh Abu Nuaim (2/ 701), al-Isti’ab fi Ma’rifah al-Ashab (1/ 362), Usdu al-Ghabah (2/ 58), Siyar A’lam al-Nubala (3/ 44) dan al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah (2/ 97).
(2) Lihat: Al-Bahru al-Muhith al-Tsajjaj fi Syarhi Shahih al-Imam Muslim bin al-Hajjaj (3/ 499).
(3) Lihat: Syarhu Shahih al-Bukhari oleh Ibnu Baththal (3/ 437).