عَنْ عَبْد اللَّهِ بْن عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ أَبَا سُفْيَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَخْبَرَهُ أَنَّ هِرَقْلَ أَرْسَلَ إِلَيْهِ فَقَالَ يَعْنِي النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا بِالصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَالْعَفَافِ وَالصِّلَةِ
Artinya:
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma bahwa Abu Sufyan radhiyallahu anhu telah mengabarkan kepadanya bahwa Heraklius pernah mengutus utusannya untuk memanggil Abu Sufyan menemuinya dan bertanya tentang Nabi, lalu beliau menyampaikan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam memerintahkan mereka untuk menegakkan salat, bersedekah, menjaga kehormatan dan menjalin hubungan silaturahmi.
Daftar Isi:
Biografi Singkat Sahabat Perawi Hadis
Lihat: https://markazsunnah.com/abdullah-bin-abbas-ahli-tafsir-dan-hadis-umat-islam/
Faedah dan Kesimpulan
- Hadis ini adalah penggalan kisah ketika Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam pertama kali menyebarluaskan Islam di Makkah dan menyeru para pembesar di berbagai negeri untuk masuk Islam.
- Pada hakikatnya orang-orang di luar Islam memiliki keinginan untuk mengetahui dan mempelajari hakikat dakwah Islam yang ditebarkan.
- Terkadang orang di luar Islam akan berbicara dengan jujur dan menilai agama Islam secara objektif.
- Keutamaan sifat jujur dan akhlak mulia yang ditunjukkan oleh seorang dai sehingga orang di luar Islam akan mengakui dan berkata apa adanya tentang sifat-sifat tersebut.
- Dakwah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sangat lengkap dan menyeluruh.
- Islam memerintahkan kepada umatnya untuk senantiasa memperbaiki hubungan kepada Allah azza wajalla (hablun minallah) dan hubungan dengan sesama manusia (hablun minannas).
- Kesabaran dan kesungguhan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam menyebarkan dan mengajarkan Islam kepada keluarga dan kaumnya.
- Hadis ini menunjukkan bahwa meskipun persoalan akidah menjadi inti dakwah di fase Makkah namun bukan berarti Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak memerintahkan dan mengajarkan persoalan lainnya seperti ibadah dan akhlak.
- Hadis ini merupakan salah satu dalil yang digunakan oleh ulama Mushthalah al–Hadits dalam menjelaskan bahwa salah satu syarat hadis sahih adalah seorang perawi pada saat meriwayatkan hadis (al-adaa) haruslah seorang muslim, sedangkan pada saat mendengarkan hadis (al-tahammul) atau mengalami kejadian tersebut, tidak mengapa dalam keadaan kafir atau musyrik(1). Abu Sufyan radhiyallahu anhu menyampaikan kepada Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma hadis ini setelah beliau masuk Islam walaupun kejadiannya pada saat beliau masih musyrik.
- Begitu mulia dan mahalnya nikmat hidayah. Berapa banyak orang yang telah mengetahui kebenaran dan kemuliaan Islam namun mereka terlambat menerima dan masuk Islam sebagaimana Abu Sufyan radhiyallahu anhu. Bahkan di antara mereka, ada yang tidak mendapat hidayah hingga ajal menjemputnya, misalnya Heraklius(2).
Footnote:
(1) Lihat: Taudhih al-Afkar (2/ 84), Taujih al-Nazhar (1/ 145) dan Qawaid al-Tahdits (hal. 147).
(2) Baca sebab dan alasan Heraklius tidak masuk Islam padahal sudah ada kecenderungan untuk itu di kitab-kitab Sirah Nabawiyah muktabar dan juga penjelasan al-Nawawi dalam al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim bin al-Hajjaj (12/ 107) dan Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari (1/ 37).