SUNAN IBNU MĀJAHPerkiraan waktu baca: 6 menit

SIBNU MAJAH

SERIAL MENGENAL KITAB-KITAB HADIS[1]

SUNAN IBNU MĀJAH

Biografi Penulis

Beliau adalah seorang ulama yang digelari al-Ḥāfiẓ al-Kabīr, nama lengkapnya adalah Abū ‘Abdillāh Muḥammad Bin Yazīd al-Raba’ī  maulāhum al-Qazwinī. Dikenal sebagai Ibnu Mājah, diambil dari panggilan bapaknya, Yazīd, yang sering dipanggil dengan julukan Mājah.

Imam Ibnu Mājah dilahirkan pada tahun 209 H. Imam Ibnu Mājah merupakan sosok imam yang dikenal dengan keilmuannya sehingga tak heran beliau dikenal sebagai salah seorang ulama yang punya kontribusi besar di dalam Islam khususnya dalam bidang ilmu hadis. Dalam perjalanan menuntut ilmunya sebagaimana kebiasaan para ulama terdahulu bahwasanya mereka dikenal dengan rihlahnya dalam mencari ilmu sehingga hal demikian dilakukan oleh Imam Ibnu Mājah. Beliau mendengarkan dari para imam besar dari sahabat Imam Mālik dan Laiṡ bin Sa’ad. Beliau juga mendengarkan dan mengambil ilmu dari para ulama yang berada di Khurasan, al-Hijaz, Irak, Mesir, Syam, dan juga wilayah-wilayah yang lain yang dikenal bahwa di dalamnya ada seorang ulama.

Imam Ibnu Mājah sebagaimana disebutkan sebelumnya merupakan seorang Imam yang punya semangat menuntut ilmu yang luar biasa sehingga tak heran bahwa beliau juga memiliki guru-guru yang begitu banyak. Di antara gurunya yang terkenal adalah Abū Bakar bin Abī Syaibah (w. 235 H), Muḥammad  bin Rumhī bin al-Muhājir al-Tujaibi al-Misrī (w. 242 H), Muḥammad  bin ‘Abdillāh bin an-Numair al-Hamdanī al-Kūfī (w. 234 H), dan juga ‘Abdullāh bin Muḥammad  bin Ibrāhīm bin Uṡmān al-‘Absī (w. 235 H). Adapun murid-muridnya yang terkenal adalah Abū Ṭayyib Aḥmad bin Rūḥ al-Bagdādī, Abū ‘Amr Aḥmad bin Muḥammad  bin Hakim al-Madinī, dan juga Abū Ḥasan ‘Ālī bin Ibrāhīm al-Qaṭṭan yang merupakan salah seorang murid yang meriwayatkan kitab Sunannya, dan masih banyak yang lainnya.

Abū Ya’lā al-Khalīlī menilainya sebagai seorang yang ṡiqah, seorang ulama yang disepakati, seorang yang bisa dijadikan hujah, punya pengetahuan tentang ilmu hadis, seorang ulama yang memiliki karya pada cabang ilmu hadis, tafsir, dan tarikh, dan merupakan sosok yang ahli dalam bidang ini.

Al-Ḥāfiẓ al-Mizzī mengatakan bahwa beliau merupakan sosok ulama yang memiliki banyak karya yang bermanfaat dan juga orang yang memiliki pengalaman menuntut ilmu yang luas.[2]

Imam Żahabī mengatakan bahwa Imam Ibnu Mājah adalah seorang hafiz yang agung, hujah, mufasir, penulis kitab al-Sunan, tarikh dan tafsir serta ḥāfiẓ Qazwin di zamannya tanpa ada yang memperselisihkannya.[3]

Baca juga:  SUNAN ABŪ DĀWUD

Al-Ḥāfiẓ Ibnu Ḥajar mengatakan bahwa Imam Ibnu Mājah adalah salah seorang imam yang hafiz merupakan sosok imam yang memiliki karya di antaranya kitab al-Sunan, tafsir, dan tarikh.[4]

Imam Ibnu Mājah wafat di hari Senin dan dikuburkan pada hari Selasa bertepatan pada bulan Ramadan pada tahun 273 H.

Nama Kitab dan Kedudukannya

Imam Ibnu Mājah menamakan bukunya dengan nama al-Sunan sebagaimana yang diriwayatkan oleh para periwayat kitab ini. Ibnu Mājah tidak menyebutkan secara eksplisit sebab penulisan buku ini namun tampaknya beliau ingin mengumpulkan sunah dan hadis hukum sebagaimana tradisi ulama pada zamannya.

Kitab Sunan adalah sebuah kitab hadis yang disusun berdasarkan bab-bab fikih yang mencakup di dalamnya fikih ibadah dan muamalat.

Kitab ini merupakan salah satu kitab yang termasuk induk dalam kitab-kitab hadis. Di mana al-Ḥāfiẓ Ibnu Ṭāhir al-Maqdisī memasukkannya sebagai enam dari kitab-kitab induk hadis. Bahkan beliau sendiri memberikan komentar mengatakan,

إِنَّ كِتَابَ أَبِي عَبْدِ اللهِ ابْنِ مَاجَهْ، مَنْ نَظَرَ فِيهِ عَلِمَ مَنْزِلَةَ الرَّجُلِ مِنْ حُسْنِ التَّرْتِيبِ، وَغَزَارَةِ الْأَبْوَابِ، وَقِلَّةِ الْأَحَادِيثِ، وَتَرْكِ التَّكْرَارِ.

Artinya:

“Sesungguhnya kitab Abū ‘Abdillāh Ibn Mājah, barang siapa menelaahnya maka dia akan mengetahui kedudukan (keilmuaan Ibnu Mājah) dari bagusnya susunan, banyaknya bab, sedikit hadisnya, dan menghindari pengulangan hadis dalam kitabnya.”[5]

Imam al-Ḥāfiẓ Ibnu Kaṡīr juga memberikan pujian dengan mengatakan,

ابْنُ مَاجَهْ الْقَزْوِينِيُّ. صَاحِبُ السُّنَنِ…وَهِيَ دَالَّةٌ عَلَى عَمَلِهِ وَعِلْمِهِ وَتَبَحُّرِهِ وَاطِّلَاعِهِ وَاتِّبَاعِهِ لِلسُّنَّةِ النَّبَوِيَّةِ فِي الْأُصُولِ وَالْفُرُوعِ، وَيَشْتَمِلُ عَلَى اثْنَيْنِ وَثَلَاثِينَ كِتَابًا، وَأَلْفٍ وَخَمْسِمِائَةِ بَابٍ، وَيَحْتَوِي عَلَى أَرْبَعَةِ آلَافِ حَدِيثٍ، ‌كُلُّهَا ‌جِيَادٌ ‌سِوَى ‌الْيَسِيرِ.

Artinya :

“Ibnu Mājah al-Qazwinī merupakan penulis Kitab al-Sunan… yang menunjukkan karya dan ilmunya, serta keluasan dan kedalaman ilmunya, dan juga menunjukkan perhatiannya dalam mengikuti sunah terhadap perkara yang pokok maupun dengan yang cabang. Dalam kitabnya mencakup 32 kitab, 1500 bab dan 4000 hadis, semuanya hadis yang baik kecuali sedikit.”[6]

Metodologi Penulisan Kitabnya

Berikut metodologi penulisan kitab al-Sunan :

  1. Kitab ini disusun dalam bab-bab fikih.
  2. Dimulai dengan menuliskan mukadimah dengan judul bab al-Imān dan al-‘Ilm, kemudian mencantumkan di dalamnya 24 bab, 266 hadis, kemudian setelahnya disebutkan bab-bab terkait ibadah, bab nikah dan talak, dan seluruh bab-bab fikih serta beliau tutup dengan kitab Zuhud.
  3. Konsisten dalam mencantumkan hadis yang sanadnya bersambung kepada Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam dan sangat jarang mencantumkan aṡar dari para sahabat ataupun tabiin.
  4. Hadis yang dicantumkan di dalam kitabnya tidak berulang dan tidak pula di ta’līq (dipotong sanadnya) kecuali sangat sedikit.
  5. Dalam penyebutan hadis di setiap bab, beliau mendahulukan menyebutkan hadis yang dianggap paling kuat dan hadis-hadis yang lemah diakhirkan penyebutannya di setiap bab.
Baca juga:  SUNAN AL-NASĀ’Ī

Sebagai contoh, di dalam Kitab Ṭahārah dalam bab Mā jā’a fī Miqdāri al-Wuḍū’. Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam berwudu dengan satu mud dan mandi dengan satu ṣa’. Hadis ini dicantumkan dengan empat jalur sahabat. Jalur pertama selaras dengan Imam Muslim di takhrīj-nya. Hadis yang kedua dan ketiga jalur periwayatannya selaras dengan Asḥābussunan, adapun yang keempat maka Imam Ibnu Mājah meriwayatkan jalur hadis ini secara sendiri. Hal ini membuktikan bahwa dalam mencantumkan hadis, beliau lebih mendahulukan hadis yang kuat dari pada yang lemah.

  1. Beliau mencantumkan hadis-hadis yang lemah dalam sebuah bab jika beliau tidak mendapatkan hadis selainnya yang cocok dengan judul bab.
  2. Kebanyakan hadis-hadis lemah yang dicantumkan itu pada perkara targīb , tarhīb, dan faḍā’il ‘a’mal.
  3. Dalam beberapa momentum, beliau kadang mengomentari sendiri kecacatan hadis yang beliau cantumkan dalam kitabnya.

Statistik Sunan Ibnu Mājah

  1. Jumlah hadis yang ada di dalam kitab al-Sunan adalah 4341 hadis dan 3002 hadis di antaranya juga dikeluarkan oleh penulis kitab Sunan yang lain.
  2. Jumlah bab ada 37 bab yang dimulai dengan pembahasan Iman kemudian ditutup dengan kitab al-Zuhd.
  3. Jumlah hadis yang terindikasi sebagai hadis palsu dalam kitab Sunan. Imam al-Ḥāfiẓ Ibnu al-Jauzī dalam kitabnya, al-Mauḍu’āt, menyebutkan bahwa dalam kitab Sunan Ibnu Mājah ada 29 hadis palsu dan Imam Tirmiżī menyetujui 6 hadis diantara 29 hadis tersebut bahwa hadisnya palsu.

Adapun hadis-hadis yang disandarkan kepada Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam dengan menyebutkan secara khusus keutamaan Qazwīn dan Iskandariyah maka hadis-hadis ini merupakan hadis palsu dan merupakaan hadis yang didustakan. Meskipun Imam Ibnu Mājah meriwayatkan beberapa hadis tentang keutamaan Qazwīn dalam kitabnya namun hadis tersebut juga diingkari oleh para ulama hadis. Dengan demikian, inilah yang menjadikan kedudukan kitab Sunan Ibnu Mājah lebih dibawah sedikit dibandingkan dengan kitab Sunan Abī Dāwud dan Sunan al-Nasā’ī.

Syekh al-Albānī menyebutkan hadis palsu dalam kitabnya, Ḍaīf Sunan Ibnu Mājah, ada sekitar 45 hadis yang terindikasi palsu.

Periwayat Kitab al-Sunan

Ulama yang terkenal meriwayatkan kitab al-Sunan adalah:

  1. Abū al-Ḥasan al-Qaṭṭan merupakan ulama yang paling masyhur meriwayatkan kitab ini. Beliau memiliki beberapa komentar atau ta’liqāt. Namun tambahan tersebut tetap dijelaskan dan dinisbahkan kepada beliau dengan dituliskan  “Abū al-Ḥasan berkata”, hal tersebut dapat kemudian kita lihat di dalam kitab sunannya dengan tahkik Syekh Muḥammad Fu’ad ‘Abdul Baqi pada hadis no. 22, 84, 241,252, 256,dan 261.
  2. Sulaimān bin Yazīd.
  3. Abū Ja’far Muḥammad bin ‘Īsā.
  4. Abū Bakr Ḥamīd al-Abharī.
Baca juga:  MENGENAL LEBIH DEKAT MATAN AL-BAIQUNY

Cetakan Sunan Ibnu Mājah

Kitab Sunan Ibnu Mājah telah diterbitkan sejak lama dengan beberapa cetakan, di antaranya:

  1. Cetakan yang ditahkik oleh Muḥammad Fu’ad ‘Abdul Baqi, diterbitkan dalam 2 jilid.
  2. Cetakan yang diawasi dan diteliti Prof. Dr. Aḥmad Ma’bad ‘Abdul Karīm, ini adalah cetakan terbaik.
  3. Cetakan yang ditahkik oleh Syu’aib al-Arnauṭ dan beberapa rekannya serta diterbitkan oleh al-Risalah al-‘Alamiyyah.

Kitab yang Disusun Terkait Sunan Ibnu Mājah

Para ulama telah memberikan perhatian khusus kepada Sunan Ibnu Mājah dalam bentuk meriwayatkannya, menuliskannya, menjelaskan kedudukan para perawinya serta mensyarahnya. Di antara syarahnya yang paling penting:

  1. Syarḥu Sunan Ibn Mājah karya ‘Alauddīn al-Mughulṭai (w. 762 H) dan telah dicetak dengan beberapa tahkik di antaranya oleh Kamīl al-‘Uwaiḍah.
  2. Hawasyi ‘ala Sunan Ibn Mājah karya Burhānuddīn al-Halabī atau yang dikenal Sibṭ al-‘Ajamī (w. 841 H).
  3. Hasyiah al-Suyūṭi ‘alā Sunan Ibn Mājah.
  4. Hasyiah al-Sindi ‘alā Sunan Ibn Mājah.
  5. Ihda’ al-Dibajah bi Syarḥi Sunan Ibn Mājah karya Ṣafa al-Dhawi Aḥmad al-‘Adawī.
  6. Injaz al-Hajah bi Syarḥi Sunan Ibn Mājah karya Muḥammad ‘Ālī Jan Bāz.
  7. Syarḥu Sunan Ibn Mājah karya Muḥammad al-Amīn al-Harawi al-Buwaiṭī.
  8. Masyāriq al-Anwār al-Wahhajah wa Maṭāli’ al-Asrār al-Bahhajah fī Syarḥi Sunan Ibn Mājah karya Muḥammad bin ‘Ālī bin Adam al-Iṡyubi, baru tercetak 4 jilid pembahasan bab Iman dan Ilmu serta belum selesai hingga wafatnya beliau tahun 1442 H, –raḥimahullāh-.

Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari beberapa kitab, di antaranya: al-Kutub Sittah, karya Dr. ‘Abdulazīz bin ‘Abdillāh bin Muḥammad al-Syayi’ -hafiẓahullāh-, Tadwīn al-Sunnah al-Nabawiyyah, karya Prof. Dr. Muḥammad bin Maṭar al-Zahrānī –raḥimahullāh– dan al-Mu’īn fī Ma’rifah Manāhij al-Muhaddiṡīn, karya Dr. Khālid bin Qāsim al-Raddādī               –raḥimahullāh-.

[2] Tahżīb al-Kamal (27/40).

[3] Siyar al-A’lam al-Nubalā’ (13/277) dan Tārīkh Islām (6/625)

[4] Taqrīb al-Tahżīb (no. 6409).

[5] Abū Zur’ah al-Rāzī wa Juhūduhu fi al-Sunnah al-Nabawiyyah karya Dr. Sa’di bin Mahdi al-Hasyimī (3/1019).

[6] Al-Bidāyah wa al-Nihāyah (14/608).

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments