40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1]
عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِيْ وَقَّاصٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنه كَانَ يُعَلِّمُ بَنِيهِ هَؤُلاَءِ الكَلِمَاتِ كَمَا يُعَلِّمُ المُعَلِّمُ الغِلْمَانَ الكِتَابَةَ، وَيَقُولُ: إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَعَوَّذُ مِنْهُنَّ دُبُرَ الصَّلاَةِ: «اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ العُمُرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ». وفي رواية: «كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا هَؤُلاَءِ الكَلِمَاتِ، كَمَا تُعَلَّمُ الكِتَابَةُ»
Artinya:
“Dari Sa’ad bin Abi Waqqāṣ raḍiyallahu’anhu biasa mengajarkan anak-anaknya kalimat-kalimat (bacaan doa) sebagaimana seorang guru mengajarkan anak-anak kecil menulis, Sa’ad berkata, ‘Sesungguhnya Rasulullah ṣallallāhu‘alaihiwasallam berlindung dengan membaca kalimat-kalimat tersebut pada akhir salat (yang artinya), ‘Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut, aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan kepada serendah-rendahnya usia (pikun), aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur.’’ Dalam riwayat lain, ‘Nabi ṣallallāhu‘alaihiwasallam mengajarkan kami kalimat-kalimat tersebut sebagaimana pelajaran menulis.’”
Daftar Isi:
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhāri dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab al-Jihād wa al-Siyar Bab Berlindung dari Sifat Pengecut nomor 2822. Riwayat kedua juga diriwayatkan oleh al-Bukhāri dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab al-Da’awāt Bab Berlindung dari Fitnah Dunia nomor 6390.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ نَاسٌ مِنَ الْأَسْرَى يَوْمَ بَدْرٍ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ فِدَاءٌ، فَجَعَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِدَاءَهُمْ أَنْ يُعَلِّمُوا أَوْلَادَ الْأَنْصَارِ الْكِتَابَةَ، قَالَ: فَجَاءَ غُلَامٌ يَوْمًا يَبْكِي إِلَى أَبِيهِ، فَقَالَ: مَا شَأْنُكَ؟ قَالَ : ضَرَبَنِي مُعَلِّمِيْ، قَالَ: الْخَبِيثُ، يَطْلُبُ بِذَحْلِ بَدْرٍ! وَاللَّهِ لَا تَأْتِيهِ أَبَدًا
Artinya:
“Dari Ibn ‘Abbās raḍiyallahu’anhuma, ia berkata, ‘Apabila seorang tawanan pada perang Badar tidak bisa menebus dirinya, maka Rasulullah ṣallallāhu‘alaihiwasallam menjadikan tebusan mereka untuk mengajarkan kepada anak-anak kaum Ansar menulis.’ Ia berkata, ‘Pada hari itu datang seorang anak menangis kepada bapaknya, maka bapaknya bertanya:, ‘Apa yang terjadi padamu?’ Ia menjawab, ‘Pengajarku memukulku.’ Sang bapak berkata, ‘Si buruk itu, ia menuntut (balas) atas Perang Badar. Demi Allah jangan lagi engkau mendatanginya!’”
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Aḥmad dalam al-Musnad dalam Musnad Bani Hāsyim Bab Berlindung dari Sifat Pengecut nomor 2216. Di dalam sanadnya ada ‘Ali bin ‘Āṣim akan tetapi Imam Aḥmad tetapi riwayat ini di-mutaba’āh oleh Khālid bin ‘Abdillāh dalam Sunan al-Baihaqi nomor 12626 dan sanadnya hasan.
Pelajaran
- Pentingnya mengajarkan anak menulis.
- Disyariatkannya mengajarkan ilmu.
- Pentingnya ayah mengajar anak-anaknya, ia melakukannya apabila ia mampu, dan bersungguh-sungguh dalam hal itu.
- Seorang pendidik wajib mengajarkan agama kepada anak didiknya, di antaranya tentang perkara salat.
- Pentingnya mengajarkan anak-anak dengan doa-doa dalam syariat secara umum dan doa-doa salat secara khusus.
- Rasulullah ṣallallāhu‘alaihiwasallam senantiasa mengajari para sahabat agama sebagaimana seorang guru mengajarkan anak-anak menulis.
- Di antara sifat terpenting seorang pendidik adalah kesabaran dan kelapangan dada dalam mengajar anak didiknya.
- Mengajarkan ilmu kepada anak tidak bisa dilakukan sekaligus melainkan sedikit demi sedikit.
- Di antara cara terpenting dalam mengajar anak adalah dengan pengulangan.
- Kesungguhan dalam mendidik anak-anak dengan sifat pemberani.
- Pentingnya menyiapkan anak dengan amal saleh untuk melindungi dari azab kubur.
- Mendidik anak untuk menjauhi fitnah dunia.
- Di antara sunah adalah berdoa setelah tasyahud dan berselawat kepada Nabi ṣallallāhu‘alaihiwasallam sebelum salam menurut sabda beliau, “… kemudian ia memilih doa yang ia sukai dan ia berdoa.” (H.R. al-Bukhāri dan Muslim).
- Dubur al-ṣalāh artinya di bagian akhirnya, adapula yang mengatakan setelah salam. Yang rājiḥ adalah bahwa sebelum salam adalah doa dan setelah salam adalah Ini di-rājiḥ-kan oleh Ibn Bāẓ dan Ibn ‘Uṡaimīn.
Footnote:
[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab al-Arba’ūn al-Jiyād fi Tarbiyah al-Aulād (Empat Puluh Hadis Pendidikan Anak) karya Syekh ‘Abd al-‘Azīz bin Muḥammad al-Ḥuwaiṭān hafiẓahullāh.