DEFINISI ILMU HADIS

573
SERIAL BELAJAR MUDAH MUSTHALAHAH HADIS DEFINISI ILMU HADIS
SERIAL BELAJAR MUDAH MUSTHALAHAH HADIS DEFINISI ILMU HADIS
Perkiraan waktu baca: 3 menit

SERIAL BELAJAR MUDAH MUSTHALAH HADIS (1)

Ilmu hadis ialah ilmu untuk mempelajari kaidah-kaidah yang dipakai guna mengetahui kedudukan rawi (sanad) dan yang diriwayatkan (matan).(2)

Ulama yang lain berpendapat bahwa ilmu hadis ialah ilmu akan aturan-aturan yang dengannya dapat diketahui keadaan-keadaan sanad dan matan.(3)

Daftar Isi:

PENJELASAN MAKNA:

Sanad ialah silsilah orang-orang yang terhubung ke matan. Sedangkan matan merupakan kalimat yang disebutkan pada akhir sanad (setelah sanad disebutkan, pent-)

Contohnya:

Hadis yang disebutkan oleh Imam al-Bukhari di dalam kitabnya al-Shahih, Bab Bagaimana Proses Permulaan Turunnya Wahyu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (jilid 1, hal 5):

حَدَّثَنَا الحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الأَنْصَارِيُّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ، أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ، يَقُولُ: سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى المِنْبَرِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا، أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ»

Beliau (Imam al-Bukhari) berkata: Telah menceritakan kepada kami al-Humaidi Abdullah bin al-Zubair, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Sufyan yang berkata: bahwa telah menceritakan kepada kami Yahya bin Said al-Anshari berkata: telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim al-Taimi bahwa dia pernah mendengar Alqamah bin Waqash al-Laitsi berkata: saya pernah mendengar Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu di atas mimbar berkata: saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan. Siapa saja yang niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang dia diniatkan.”

Maka sanad dari hadis di atas adalah, lafaz:

Baca juga:  JENJANG ILMU ILAL HADIS

Telah menceritakan kepada kami al-Humaidi Abdullah bin al-Zubair, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Sufyan yang berkata: bahwa telah menceritakan kepada kami Yahya bin Said al-Anshari berkata: telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim al-Taimi bahwa dia pernah mendengar Alqamah bin Waqash al-Laitsi berkata: saya pernah mendengar Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu di atas mimbar berkata:

Sedangkan matannya adalah:

Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan. Barang siapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan.”

Adapun tujuan terpenting dari mempelajari ilmu ini ialah mengetahui kabar-kabar yang sahih dari yang selainnya (tidak sahih/tidak valid).

DEFINISI AL-HADITS, AL-KHABAR, DAN AL-ATSAR

Al-Hadits (hadis) adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam baik itu berupa ucapan, perbuatan, takrir (persetujuan, pen-) maupun sifat.

Al-khabar (kabar) ialah sesuatu yang bersumber dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan selainnya, baik dari kalangan sahabat beliau, tabiin, atau generasi setelah mereka.

Al-atsar merupakan sesuatu yang datang dari selain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, baik itu datang dari sahabat, tabiin, atau generasi setelah mereka.

Contoh hadis yang berupa ucapan (sabda):

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

Semua perbuatan tergantung niatnya...”(4)

Contoh hadis berupa perbuatan:

Hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah radiallahu ‘anha,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ وَهُوَ جُنُبٌ غَسَلَ فَرْجَهُ وَتَوَضَّأَ لِلصَّلاَةِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jika hendak tidur sedangkan beliau dalam keadaan junub, maka beliau membersihkan kemaluannya kemudian berwudu seperti wudunya ketika ingin salat.”(5)

Baca juga:  MENGENAL LEBIH DEKAT MATAN AL-BAIQUNY

Contoh hadis berupa takrir:

Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radiallahu ‘anhuma,

أَنَّ خَالَتَهُ أَهْدَتْ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمْناً وَأَضْبًا وَأَقْطاً فَأَكَلَ مِنَ السَّمْنِ وَمِنَ الْأَقْطِ وَتَرَكَ الْأَضْبَ تَقَذُّرًا وَأُكِلَ عَلَى مَائِدَتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَوْ كَانَ حَرَاماً مَا أُكِلَ عَلَى مَائِدَةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Bahwa bibinya memberi hadiah kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berupa mentega, daging biawak, dan keju, lalu beliau memakan mentega dan keju dengan meninggalkan daging biawak karena merasa jijik, tetapi daging itu dimakan di meja makan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Seandainya haram maka tak akan dimakan di meja Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”(6)

Contoh hadis sifat:

Yaitu hadis yang memuat sifat pribadi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadis yang diriwayatkan dari Anas radiallahu ‘anhu,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَبْعَةً لَيْسَ بِالطَّوِيلِ وَلَا بِالقَصِيرِ، حَسَنَ الجِسْمِ، أَسْمَرَ اللَّوْنِ، وَكَانَ شَعْرُهُ لَيْسَ بِجَعْدٍ وَلَا سَبْطٍ، إِذَا مَشَى يَتَكَفَّأُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang laki-laki yang berperawakan sedang, tidak tinggi dan tidak pendek, postur tubuhnya bagus, dan berkulit putih kemerah-merahan. Rambut beliau tidak keriting dan tidak lurus, jika berjalan seakan-akan turun ke bawah.(7)


Footnote:

(1) Diterjemahkan dan disadur dari kitab “Taysir Ulum al-Hadits lil Mubtadiin” karya Syekh Amru Abdul Mun’im Salim.

(2) Al-Nukat ‘ala Ibn al-Shalah, karya alHafizh Ibnu Hajar (1/225).

(3) Tadrib al-Rawi, karya Imam al-Suyuti (1/41)

(4) H.R. Bukhari (no. 1) dan Muslim (no. 1907).

(5) H.R. Bukhari (no. 288) dan Muslim (no. 305).

(6) H.R. Bukhari (no. 2575) dan Muslim (no. 1945), namun lafaz hadis di atas sesuai periwayatan Abu Daud (no. 3793).

Baca juga:  SYARAT-SYARAT HADIS SAHIH (SYARAT PERTAMA DAN KEDUA)

(7) H.R. Bukhari (no. 3547) dan Muslim (no. 2330), namun lafaz hadis di atas sesuai periwayatan Tirmidzi (no. 1754).

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments