BAIT KE-17 DAN KE-18: HADIS MUNQAṬI’ DAN HADIS MU’ḌAL

100
BAIT KE DAN KE HADIS MUNQAṬI DAN HADIS MUḌAL
Perkiraan waktu baca: 2 menit

SYARAH MUDAH MATAN AL-BAIQŪNI[1]
BAIT KE-17 DAN KE-18: HADIS MUNQAṬI’ DAN HADIS MU’ḌAL

Imam al-Baiqūni:

وَكُلُّ مَا لَمْ يَتَّصِلْ بِحَالِ … إسْنَادُهُ مُنْقَطِعُ الْأَوْصَالِ

Artinya:
“Setiap hadis yang sanadnya tidak bersambung, dalam keadaan apa pun, itu adalah hadis munqaṭi’”

Definisi:

Al-munqaṭi’[2] adalah hadis yang tidak bersambung sanadnya disebabkan satu atau beberapa rawinya hilang di satu atau beberapa tempat dengan syarat tidak hilang secara berurutan.

Contoh:

Abu Dāwūd meriwayatkan dalam Sunan-nya[3] dengan berkata bahwa Sulaimān bin Dāwūd al-Mahri berkata bahwa Ibn Wahb memberitahukan kepada kami dari Yūnus bin Yazid dari Ibn Syihāb bahwa ‘Umar bin al-Khaṭṭāb raḍiyallahu’anhu berkata -sedang beliau di atas mimbar-,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ الرَّأْيَ إِنَّمَا كَانَ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مُصِيبًا لِأَنَّ اللهَ كَانَ يُرِيْهِ وَإِنَّمَا هُوَ مِنَّا الظَّنُّ وَالتَّكَلُّفُ

Artinya:
“Wahai para manusia, sesungguhnya jika pendapat itu berasal dari Rasulullah ṣallallāhu‘alaihiwasallam maka ia benar, sebab Allah memperlihatkan kepadanya, dan pendapat yang berasal dari kita hanyalah prasangka dan takalluf (membebani diri).”

Imam al-Munziri[4] berkata, “Hadis ini munqaṭi’. Al-Zuhri (yakni Ibn Syihāb) tidak bertemu dengan ‘Umar raḍiyallahu’anhu sehingga sanadnya tidak bersambung.

Imam al-Baiqūni:

والُمعْضَلُ السَّاقِطُ مِنْهُ اثْنَانِ … وَمَا أَتَى مُدَلَّسًا نَوعَانِ

Artinya:
Mu’ḍal adalah (hadis) yang hilang dua (rawi) dari (sanad)nya. Adapun hadis yang mudallas ada dua jenis.”

Definisi:

الْمُعْضَلُ (al-mu’ḍal)[5] adalah hadis yang dalam sanadnya hilang dua orang rawi atau lebih secara berurutan dalam satu tempat yang sama di tengah-tengah sanad tersebut. Syekh ‘Abdullāh bin Ibrāhīm al-‘Alawi memberikan definisi yang sangat baik untuk hadis mu’ḍal[6] yaitu,

Baca juga:  BAIT KE-26: HADIS MUDRAJ

وَمُعْضَلٌ مِنْ رَاوِيَيْنِ خَالِي … فَصَاعِدًا لَكِنْ مَعَ التَّوَالِي

Artinya:
Mu’ḍal adalah (hadis) yang hilang darinya dua rawi atau lebih tetapi secara berurutan.”

Contoh:

Al-Ḥākim meriwayatkan hadis[7] dengan sanadnya kepada al-Qa’nabi dari Malik bahwa telah sampai kepada beliau bahwa Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

لِلْمَمْلُوكِ طَعَامُهُ وَكِسْوَتُهُ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا يُكَلَّفُ مِنْ الْعَمَلِ إِلَّا مَا يُطِيقُ

Artinya:
“Seorang budak berhak memperoleh makanan dan pakaian secara makruf dan tidak dibebani pekerjaan kecuai yang dia mampu.”

Al-Ḥākim berkata, “Ini adalah hadis mu’ḍal dari Mālik. Beliau menyebutkannya demikian secara mu’ḍal dalam al-Muwaṭṭa.[8]

Hadis tersebut mu’ḍal sebab dua rawinya secara berurutan hilang, antara Mālik dan Abu Hurairah raḍiyallahu’anhu, yaitu Muḥammad bin ‘Ajlān dan ayahnya.[9]

الْمُدَلَّس (al-mudallas)[10] -dengan lam berharakat fatah dan bertasydid- adalah hadis yang disembunyikan cacat yang ada dalam sanadnya agar menjadi tampak baik.

Secara bahasa, tadlīs dalam jual beli bermakna menutupi cacat barang dari pembeli.[11]

 

 


Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab al-Ta’liqāt al-Aariyyah ‘ala al-Manẓūmah al-Baiquniyyah karya Syekh ‘Ali bin Ḥasan al-Ḥalabi al-Aṡari rahimahullāh.

[2] Lihat: al-Tadrīb (1/207), ‘Ulūm al-Ḥadīṡ (h. 15), dan al-Waḍ’ fi al-Ḥadīṡ (1/90) karya ‘Umar Fullānah.

[3] No. 3586.

[4] Mukhtaṣar Sunan Abi Dāwūd (5/211) karya al-Munẓiri.

[5] Lihat: ‘Ulūm al-Ḥadīṡ (54), Ḥāsyiyah al-Ajhūri (58), dan al-Tadrīb (1/211).

[6] Raf’ al-Astār (h. 87) karya Ḥasan Muḥammad al-Musyāṭ.

[7] Ma’rifah ‘Ulūm al-Ḥādīṡ (h. 46) karya al-Ḥākim al-Naisābūri.

[8] Muwaṭṭa al-Imām Mālik (2/980 dalam riwayat Yaḥya dan 2/160 dalam riwayat Abu Muṣ’ab al-Zuhri). Muslim menyambung hadis ini (1662) dari jalur Ibn Wahb dari ‘Amr bin al-Ḥāriṡ dari Bukair bin al-Asyaj dari ‘Ajlān dari Abu Hurairah. Ibn ‘Abd al-Bar berkata dalam al-Tamhīd (24/283), “Ibrāhim bin Ṭahmān dari Mālik dari Ibn ‘Ajlān dari ayahnya dari Abu Hurairah, riwayat ini didukung oleh riwayat al-Nu’mān bin ‘Abd al-Salām dari Mālik. Lihat: al-Istiżkār (27/283) karya Ibn ‘Abd al-Barr dan Syarḥ al-Zarqāni (4/395). Lihat pula: al-Talkhīṣ al-Ḥabīr (4/13) karya Ibn Ḥajar.

Baca juga:  POLEMIK SEPUTAR HADIS AHAD (BAGIAN III)

[9] Lihat: al-Tadrīb (1/174) dan Tauḍīḥ al-Afkār (1/327).

[10] Lihat: al-Taqyīd wa al-Īḍāḥ (78) dan al-Tadrīb (1/223).

[11] Lisān al-‘Arab (6/86)

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments