PEPERANGAN DAN PASUKAN UTUSAN NABI ṢALLALLĀHU ‘ALAIHI WA SALLAM[1]
Daftar Isi:
Perang Badar
Pada bulan Ramadan tahun ke-2 hijriah, Rasulullah ﷺ keluar bersama tiga ratus belasan orang dari kaum mukminin bertujuan menghalau kafilah (dagang) kaum Quraisy yang pulang dari negri Syam, maka Abu Sufyan mengalihkan kafilahnya dari jalur utama. Kemudian setan berhasil mempengaruhi kaum Quraisy sehingga mereka pun keluar untuk memerangi kaum mukminin. Kedua pasukan bertemu di Badr lalu terjadilah perang Badr Kubra yang dinamakan Hari Furqan (hari yang membedakan hak dan batil). Ketika kedua pasukan saling berhadapan, Rasulullah ﷺ berdoa dan memohon dengan sangat kepada Rabbnya, kemudian Allah ﷻ menolong kaum mukminin dengan mengirimkan malaikat untuk berperang bersama mereka, sehingga Allah ﷻ memenangkan mereka atas kaum kuffar serta meninggikan kalimat-Nya. Yang terbunuh dalam perang badr 70 orang dari kaum musyrikin, dan 14 orang yang syahid dari kaum mukminin.
Perang Qainuqa’
Pada tahun ke-3 hijriah Bani Qainuqa’ mengkhianati perjanjian damainya, maka Rasulullah ﷺ mengepung mereka selama 15 malam hingga mereka tunduk dengan hukum Nabi ﷺ, kemudian Nabi ﷺ pun membebaskan mereka, dan jumlah mereka 700 orang.
Perang Uhud
Pada Bulan Syawal terjadilah perang Uhud, saat kaum Quraisy keluar untuk membalas dendam atas banyaknya korban mereka yang gugur di perang Badr, mereka berangkat menuju kota Madinah dengan membawa sekitar 3000 pasukan. Adapun Nabi ﷺ membawa tujuh ratusan sahabatnya menanti kedatangan mereka di sekitar gunung Uhud, dan orang-orang Munafik pada waktu itu memisahkan diri mereka dari pasukan kaum muslimin.
Di awal peperangan kemenangan diraih oleh kaum muslimin, namun Allah ﷻ menguji mereka dan menjadikan kemenangan itu berbalik di kubu kaum musyrikin, bahkan mereka sampai melukai Rasulullah ﷺ dan mematahkan gigi seri beliau. Pada waktu itu para malaikat pun ikut berperang bersama beliau, 70 orang sahabat radhiyallahu ‘anhum syahid pada peperangan ini, di antaranya Hamzah bin Abdul Mutthalib, Mush’ab bin Umair, Anas bin Nadhr, Hanzhalah al-Ghasil, dan yang lainnya. Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu pada saat itu berjuang mati-matian hingga Rasulullah ﷺ bersabda, “Thalhah pasti masuk surga”. Akhirnya Rasulullah ﷺ bersama kaum Muslimin, berlindung di sisi gunung, dan Allah pun melindungi mereka dari serangan kaum Musyrikin.
Peristiwa Uhud merupakan sebuah cobaan dan penyaringan, di mana Allah ﷻ menguji orang-orang yang beriman, dan menampakkan orang-orang munafik, serta memberi kemuliaan kepada orang-orang yang dikehendakinya dengan mati syahid.
Setelah peperangan berakhir, Nabi ﷺ mendengar berita bahwa kaum Quraisy kembali untuk menyerang kaum Muslimin, beliau pun keluar bersama para sahabatnya untuk menghalau mereka meskipun masih dalam keadaan terluka. Ketika kaum Muslimin tiba di daerah Hamra’ al-Asad, kaum Quraisy menyadari hal tersebut dan mereka pun mundur dan kembali ke kota Mekah.
Tahun 4 H
Pada tahun ke-4 hijriah terjadi peristiwa Bi’r (sumur) ma’unah, pada peristiwa tersebut terbunuh 70 qari dari kalangan sahabat. Terjadilah perang Bani Nadhir yang dikepung oleh Nabi ﷺ sampai Allah ﷻ membuat hati mereka merasa takut. Nabi pun ﷺ mengusir mereka dari kota Madinah. dan pada peristiwa inilah sebab surat al-Hasyr diturunkan.
Perang Muraisi’
Pada tahun ke 5 Hijriah Nabi ﷺ keluar untuk memerangi Bani Mushthaliq, kemudian beliau ﷺ kembali dalam keadaan menang. Dalam perjalanan perang tersebut disyariatkan tayamum, dan juga terjadi haditsah al-ifki (fitnah dusta) yang dilakukan orang-orang munafik atas Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anha padahal beliau adalah wanita yang suci dan disucikan. Hal tersebut tentunya menjadi beban berat atas beliau dan Rasulullah ﷺ, sampai Allah ﷻ menurunkan pembelaan atas beliau dalam surat al-Nur, dan orang-orang yang menuduh beliau pun akhirnya dihukum cambuk.
Perang Ahzab
Pada bulan syawal tahun ke-5 Hijriah terjadi perang Khandaq (perang Ahzab), kaum Yahudi dan kaum Quraisy bersekutu untuk memerangi Nabi ﷺ dan para sahabatnya. Maka berkumpullah sepuluh ribu pasukan dari kaum Quraisy, Bani Sulaim, Bani Asad, Fizarah, Asyja’, dan yang lainnya, mereka menuju kota Madinah.
Pada saat itu Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu mengusulkan kepada Baginda Nabi ﷺ untuk menggali parit dan membuat benteng yang dapat melindungi mereka dari pasukan sekutu. Maka Rasulullah ﷺ pun keluar bersama 3 ribu pasukannya berlindung di kaki gunung Sal’, menjadikan khandaq (parit) di bagian depan mereka. Kaum muslimin meminta jaminan keamanan kepada Bani Quraizhah, namun kabilah tersebut malah mengkhianati perjanjiannya dan bergabung bersama pasukan sekutu. Kemudian Rasulullah ﷺ mengutus Nu’aim bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu untuk mendatangi mereka dan pasukan sekutu, dan beliau berhasil membuat makar yang dapat merusak hubungan di antara mereka. Akhirnya Allah ﷻ mengirimkan bala tentara-Nya berupa angin kencang yang membuat tenda-tenda pasukan sekutu berterbangan, dan menjadikan api penerangan mereka padam. Angin tersebut berhasil memporak-porandakan pasukan musuh, dan membuat mereka lari ketakutan, sehingga mereka pun terkalahkan dan tidak mendapatkan apa-apa dari tipu daya mereka.
Nabi ﷺ keluar menemui Bani Quraizhah, dan menjadikan Sa’ad bin Mu’adz radhiyallahu ‘anhu sebagai hakim atas mereka.
Dalam perang ini turunlah surat al-Ahzab.
Perjanjian Hudaibiyah
Pada tahun ke 6 Hijriah, Nabi ﷺ keluar bersama 1400 orang sahabatnya hendak menunaikan umrah. Tatkala beliau tiba di Hudaibiyah, kaum Quraisy menghalangi mereka untuk memasuki Kota Mekah. Akhirnya Nabi ﷺ membuat perjanjian dengan mereka untuk melakukan gencatan senjata selama 10 tahun. Hal tersebut merupakan kemenangan yang nyata bagi kaum mukminin, Allah ﷻ berfirman,
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.” [QS. al-Fath: 1].
Di antara perkara yang menjadi kesepakatan dalam perjanjian tersebut adalah bahwa kaum Quraisy mengizinkan kaum mukminin untuk memasuki kota Mekah dan melaksanakan umrah pada tahun berikutnya. Umrah qadha (pengganti) pun dilaksanakan pada Bulan Zulkaidah tahun ke-7 Hijriah.
Perang Khaibar
Setelah 20 hari kepulangan Rasulullah ﷺ dari Hudaibiyah, beliau keluar menuju Khaibar yang terletak di sebelah utara kota Madinah. Beliau mengepung kaum Yahudi selama 20 malam. Kaum muslimin berjuang dalam perang tersebut dengan perjuangan besar. Ketika kaum Yahudi yakin bahwa mereka akan kalah, mereka pun meminta kepada Nabi ﷺ untuk berdamai. Maka Nabi ﷺ menerima permintaan tersebut dengan perjanjian darah mereka tidak akan ditumpahkan, dan mereka keluar meninggalkan Khaibar dengan membawa pakaian saja, kemudian mereka dipekerjakan atas tanah mereka dan mengambil setengah dari hasilnya
Kedatangan Ja’far radhiyallahu ‘anhu
Ketika Nabi ﷺ sedang berada di Khaibar, datanglah Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dalam keadaan telah memeluk agama Islam. Juga Ja’far bin Abi Thalib sepupu Rasulullah ﷺ datang bersama orang-orang yang hijrah ke negeri Habasyah pada waktu itu. Mereka pun menjumpai Rasulullah ﷺ di Khaibar. Datang pula secara bersamaan orang-orang dari kabilah Asy’ari, yaitu Abu Musa dan sahabat-sahabatnya radhiyallahu ‘anhum.
Footnote:
[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab al-Mukhtaṣar al-Mufīd li Sirah al-Nabi al-Muṣṭafā ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam wa Syamā’ilihi karya Haiṡam bin Muḥammad Sarhan (Mantan Pengajar Ma’had Masjid Nabawi dan pengasuh situs: alsarhaan.com.