BALASAN BAGI ORANG YANG MEMUJI ALLAH SAAT DITIMPA MUSIBAH

463
BALASAN BAGI ORANG YANG MEMUJI ALLAH SAAT DITIMPA MUSIBAH
Perkiraan waktu baca: 3 menit

40 Hadis Qudsi – Hadis 06–Balasan Bagi Orang yang Memuji Allah Saat Ditimpa Musibah

عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ أَنَّهُ رَاحَ إِلَى مَسْجِدِ دِمَشْقَ وَهَجَّرَ بِالرَّوَاحِ ، فَلَقِيَ شَدَّادَ بْنَ أَوْسٍ ، وَالصُّنَابِحِيُّ مَعَهُ ، فَقُلْتُ : أَيْنَ تُرِيدَانِ يَرْحَمُكُمَا اللهُ ؟ قَالَا : نُرِيدُ هَاهُنَا إِلَى أَخٍ لَنَا مَرِيضٍ نَعُودُهُ ، فَانْطَلَقْتُ مَعَهُمَا حَتَّى دَخَلَا عَلَى ذَلِكَ الرَّجُلِ ، فَقَالَا لَهُ : كَيْفَ أَصْبَحْتَ ؟ قَالَ : أَصْبَحْتُ بِنِعْمَةٍ . فَقَالَ لَهُ شَدَّادٌ : أَبْشِرْ بِكَفَّارَاتِ السَّيِّئَاتِ ، وَحَطِّ الْخَطَايَا ، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ : إِنِّي إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدًا مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنًا ، فَحَمِدَنِي عَلَى مَا ابْتَلَيْتُهُ، فَإِنَّهُ يَقُومُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ مِنَ الْخَطَايَا ، وَيَقُولُ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ : أَنَا قَيَّدْتُ عَبْدِي وَابْتَلَيْتُهُ ، وَأَجْرُوا لَهُ كَمَا كُنْتُمْ تُجْرُونَ لَهُ وَهُوَ صَحِيحٌ 

Daftar Isi:

Terjemah Hadis

Abū al-Asy’aṡ al-Ṣan’ānī pergi menuju Masjid Damaskus pada tengah hari yang terik. Beliau pun mendapati Syaddād bin Aus bersama dengan al-Ṣunābiḥi.

Saya (Abū al-Asy’aṡ al-Ṣan’āni) bertanya, “Kemana kalian hendak pergi? Semoga Allah merahmati kalian.”

Keduanya menjawab, “Kami hendak ke sana, ke tempat saudara kami yang sakit, kami hendak menjenguknya.”

Saya pun ikut bersama mereka berdua sampai kami bertemu dengan orang itu. Lalu mereka berdua berkata kepadanya, “Bagaimana kabarmu?”

Dia menjawab, “Saya dalam berada di dalam nikmat.”

Lalu Syadād berkata kepadanya, “Bergembiralah dengan adanya pelebur keburukan dan penghapus kesalahan. Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Aku jika menguji seorang hamba dari hamba-Ku yang beriman, lalu dia memuji-Ku atas apa yang Aku timpakan kepadanya, sesungguhnya saat dia bangun dari pembaringannya, (catatan) kesalahannya seperti saat dilahirkan dari ibunya.’ Tuhan ‘azza wa jalla berfirman, ‘Aku telah menahan hamba-Ku (dari amal saleh) dan Aku uji dia, maka berilah dia ganjaran sebagaimana kalian memberikan (menuliskan) ganjaran di kala dia dalam keadaan sehat’.”

Baca juga:  MENJENGUK ALLAH?

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (17393) dan Al-Ṭabrānī dalam al-Mu’jam al-Kabīr (7136) dan al-Mu’jam al-Auṣaṭ (4709) dari berbagai macam jalur dari Ismā’īl bin Ayyāsy, beliau meriwayatkan dari Rāsyid bin Dawūd al-Ṣan’āni, beliau meriwayatkan dari Abū Al-Asy’aṡ al-Ṣan’āni, dan seterusnya.[1]

Kandungan Hadis

  1. Hadis ini menunjukkan bahwa pahala kebaikan yang kontinyu akan terus tertulis walaupun tidak dikerjakan karena adanya uzur yang menghalangi.
  2. Penyakit dapat meluruhkan dosa dan kesalahan seorang hamba.
  3. Keutamaan memuji Allah di kala sulit dan ditimpa musibah, seorang hamba meyakini bahwa tidak ada keburukan yang bersifat mutlak. Ada saja kebaikan dan hikmah yang diselipkan oleh Allah di balik kesulitan yang dihadapi seorang hamba. Keutamaan ini juga dikuatkan oleh hadis berikut:

إِذَا مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ قَالَ اللهُ لِمَلَائِكَتِهِ : قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي ! فَيَقُولُونَ : نَعَمْ ، فَيَقُولُ : قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ! فَيَقُولُونَ : نَعَمْ ، فَيَقُولُ : مَاذَا قَالَ عَبْدِي ؟ فَيَقُولُونَ : حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ ، فَيَقُولُ اللهُ : ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَسَمُّوهُ بَيْتَ الْحَمْدِ

“Jika anak seorang hamba meninggal, Allah berfirman kepada para malaikat-Nya, ‘Kalian telah mencabut anak hamba-Ku’. Mereka menjawab, ‘Ya’.  Allah tabāraka wa ta’ālā berfirman, ‘Kalian telah mencabut buah hatinya’. Mereka menjawab, ‘Ya’. Allah tabāraka wa ta’ālā bertanya, ‘Apa yang dikatakan hamba-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Dia memuji-Mu dan mengucapkan istirjā’‘. Allah berkata, ‘Bangunkanlah untuk hamba-Ku satu rumah di surga dan berilah nama dengan baitulamd’.”[2]

  1. Keutamaan menjenguk orang yang sedang sakit.
  2. Hadis ini berisi cara menanyakan kabar dan cara menjawabnya. Hendaknya memperlihatkan keteguhan dan syukur kepada Allah saat seseorang ditanyai tentang kabarnya. Menghindari sifat berkeluh kesah dan mengaduh kepada manusia. Inilah sifat yang diajarkan para nabi sebagaimana yang tercantum di dalam Al-Qur’
  3. Faedah bersabar ialah memperoleh pahala dan ganjaran kebaikan.
  4. Besarnya kasih sayang Allah kepada hamba-Nya tampak jelas dalam hadis ini, dimana Allah menjadikan ketidaknyamanan seorang hamba menjadi penggugur kesalahan yang pernah ia lakukan agar kelak di hari kiamat timbangan keburukannya ringan atau bahkan ‘diputihkan’. Inilah yang menjadikan hamba semakin mencintai Allah dalam setiap keadaan serta berharap pada-Nya. Seorang mukmin meyakini bahwa tuhannya adalah zat yang Maha Penyayang. Rasulullah bersabda,
Baca juga:  KEHILANGAN MATA

إِنَّ اللهَ خَلَقَ الرَّحْمَةَ يَوْمَ خَلَقَهَا مِائَةَ رَحْمَةٍ ، فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعًا وَتِسْعِينَ رَحْمَةً ، وَأَرْسَلَ فِي خَلْقِهِ كُلِّهِمْ رَحْمَةً وَاحِدَةً ، فَلَوْ يَعْلَمُ الْكَافِرُ بِكُلِّ الَّذِي عِنْدَ اللهِ مِنَ الرَّحْمَةِ ، لَمْ يَيْئَسْ مِنَ الْجَنَّةِ ، وَلَوْ يَعْلَمُ الْمُؤْمِنُ بِكُلِّ الَّذِي عِنْدَ اللهِ مِنَ الْعَذَابِ ، لَمْ يَأْمَنْ مِنَ النَّارِ

“Sesungguhnya Allah menciptakan rahmat pada hari Dia menciptakannya sebanyak 100 rahmat. Allah lalu menahan 99 di sisi-Nya, melepaskan 1 rahmat kepada seluruh makhluk-Nya. Jika sekiranya orang kafir mengetahui semua rahmat kasih sayang Allah, ia tidak akan pernah putus asa (untuk mendapatkan) surga. Jika sekiranya seorang mukmin mengetahui semua azab di sisi Allah, niscaya ia tidak merasa aman dari api neraka.”[3]

  1. Menyebutkan perumpamaan untuk mengajarkan atau menyampaikan sebuah informasi.

 


Footnote:

[1] Al-Haiṡami berkata, “Ismā’īl bin ‘Ayyāsy meriwayatkan dari Rāsyid al-Ṣan’āni, ia lemah (jika meriwayatkan) dari selain orang-orang Syām.” Lihat: Majma’ al-Zawā`id (2/303). Rāsyid adalah orang Ṣan’ā` (Sanaa), Yaman. Ibnu Hajar mengatakan, “(Ismā’īl) ṣadūq dalam periwayatannya dari penduduk negerinya (Ḥims/Homs, Suriah, Syām), mukhtaliṭ dalam riwayatnya dari selain penduduk negerinya.” Lihat: Taqrīb al-Tahżīb (477).

[2] H.R. Tirmizi (1021). Imam Tirmizi mengatakan, “Hadis ini hasan gharīb.”

[3] H.R. Bukhari (3265) dan Muslim (2752).

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments