HADIS KEDUA PULUH LIMA: DI ANTARA SIFAT SURGA DAN PENGHUNINYA

1165
HADIS KEDUA PULUH LIMA DI ANTARA SIFAT SURGA DAN PENGHUNINYA
Perkiraan waktu baca: 3 menit

HADIS KEDUA PULUH LIMA: DI ANTARA SIFAT SURGA DAN PENGHUNINYA

REDAKSI HADIS:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَالَ اللَّهُ: أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ، فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ: ﴿فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ﴾ [السجدة: 17]. متفق عليه.

Dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah ṣalallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allah ta’ālā berfirman, ‘Aku menyediakan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh (pahala) yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, juga tidak pernah terlintas dalam hati seorang manusia pun’. Coba simak firman-Nya, ‘Maka tiada seorangpun yang dapat mengetahui pahala yang disembunyikan untuk mereka yang berupa apa-apa yang menyenangkan mata’.” (Q.S. al-Sajadah:17). (H.R. Bukhari dan Muslim)

Daftar Isi:

TAKHRIJ HADIS:

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitabnya, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, (no. 3244)  dan Muslim dalam kitabnya, Ṣaḥīḥ Muslim, (no. 2824).

BIOGRAFI SAHABAT PERAWI HADIS:

Silakan baca biografi perawi hadis melalui link berikut: https://markazsunnah.com/perawi-islam-abu-hurairah/ dan https://markazsunnah.com/perisai-bagi-abu-hurairah-radhiyallahu-anhu/ .

SYARAH HADIS:

Hadis ini menunjukkan balasan yang mulia dan keindahan tempat kembali yang telah disiapkan oleh Allah untuk hamba-hamba-Nya yang saleh sebagai rahmat atasnya, balasan atas amalan-amalan yang mereka lakukan, dan kenikmatan ini tidak ada yang mengetahui keindahan dan timbangannya kecuali Allah ta’ālā.

Ibnu al-Qayyim raḥimahullāh berkata, “Cobalah renungkan bagaimana Allah membalas salat malam yang mereka lakukan secara sembunyi dengan balasan yang Ia sembunyikan bagi mereka, yakni yang tidak diketahui oleh semua jiwa. Juga bagaimana Allah membalas rasa gelisah, takut dan gundah gulana mereka di atas tempat tidur saat bangun untuk melakukan salat malam dengan kesenangan jiwa di dalam surga.”(1)

Baca juga:  PERANG ANTARA KAUM MUSLIMIN DAN KAUM YAHUDI

Adapun sifat surga, kenikmatan dan sifat penghuninya telah banyak disebutkan dalam ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi ṣalallāhu ‘alaihi wa sallam.

Firman Allah subḥānahu wa ta’ālā,

وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Dan di dalam surga itu terdapat apa yang diinginkan oleh hati dan segala yang indah (dipandang) mata. Dan kamu kekal di dalamnya.” (Q.S. al-Zukhruf : 71)

Dan firman Allah ta’ala,

وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata, ‘Inilah rezeki yang diberikan kepada kami dahulu’. Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa. Dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. al-Baqarah : 25)

Dari Abu Hurairah raḍiyalāhu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَوَّلُ زُمْرَةٍ تَلِجُ الجَنَّةَ صُورَتُهُمْ عَلَى صُورَةِ القَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ، لاَ يَبْصُقُونَ فِيهَا، وَلاَ يَمْتَخِطُونَ، وَلاَ يَتَغَوَّطُونَ، آنِيَتُهُمْ فِيهَا الذَّهَبُ، أَمْشَاطُهُمْ مِنَ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ، وَمَجَامِرُهُمُ الأَلُوَّةُ، وَرَشْحُهُمُ المِسْكُ، وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ، يُرَى مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ مِنَ الحُسْنِ، لاَ اخْتِلاَفَ بَيْنَهُمْ وَلاَ تَبَاغُضَ، قُلُوبُهُمْ قَلْبٌ وَاحِدٌ، يُسَبِّحُونَ اللَّهَ بُكْرَةً وَعَشِيًّا

‘Rombongan yang pertama kali masuk surga, bentuk mereka seperti bentuk rembulan di malam purnama, mereka tidak berludah, tidak beringus dan tidak buang air. Bejana-bejana mereka dari emas, sisir-sisir mereka dari emas dan perak, kayu wewangian mereka gaharu, keringat mereka beraroma misk, dan bagi setiap mereka dua orang istri, yang nampak sumsum betis mereka di balik daging karena kecantikan. Tidak ada perselisihan di antara mereka, tidak ada permusuhan, hati-hati mereka hati yang satu, mereka bertasbih kepada Allah setiap pagi dan petang’.”(2)

Baca juga:  JANGAN MARAH

Sebaik-baik apa yang didapatkan di surga adalah melihat wajah Allah subḥānahu wa ta’ālā.  Dari Jarir raḍiyallāhu’anhu, beliau berkata, “Kami sedang duduk bersama Rasulullah ṣalallāhu ‘alaihi wa sallam saat beliau melihat bulan di malam badar, beliau ṣalallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ، كَمَا تَرَوْنَ هَذَا القَمَرَ، لاَ تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ، فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لاَ تُغْلَبُوا عَلَى صَلاَةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا فَافْعَلُوا» ثُمَّ قَرَأَ: ﴿وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الغُرُوبِ﴾ [ق: 39]

‘Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian seperti kalian melihat bulan ini, tidak membahayakan kalian saat melihatnya. Jika kalian mampu untuk tidak meninggalkan salat sebelum terbit dan terbenamnya matahari maka lakukanlah’. Kemudian beliau allallāhu ‘alaihi wa sallam membaca ayat (artinya), ‘Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya’.” (Q.S. Qāf: 39)

Sesungguhnya kebahagian surga tidaklah bisa terlukiskan, juga tidak bisa diimajinasikan, dan kebahagiaan itu layak untuk didapatkan oleh mereka yang beramal dan berlomba-lomba dalam mendapatkannya, begitulah keadaan para salaf saleh pada umat ini. Namun kemudian datang kaum yang memutarbalikkan keadaan sehingga kemudian jadilah persaingan mereka untuk dunia dan dalam mengumpulkan kehancuran mereka sendiri.

Al-Ḥasan al-Baṣrī berkata, “Jika engkau melihat manusia berada dalam sebuah kebaikan, saingilah mereka. Namun jika engkau melihatnya berada pada sebuah kebinasaan, janganlah engkau menyaingi mereka dengan pilihan mereka.”(3)

Oleh karena itu, setiap muslim seharusnya mengharapkan apa yang ada di sisi Allah dari kebaikan yang kekal, berusaha di setiap hayatnya untuk melakukan amalan saleh, dan mencapai sifat dari penghuni surga yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan apa yang dijelaskan oleh Rasulullah ṣalallāhu ‘alaihi wa sallam dari keimanan kepada Allah ta’ālā dan pada setiap hal yang wajib untuk diimani. Begitupula terus meningkatkan ketakwaan dan istikamah di dalam keataan kepada-Nya, berusaha menjalankan ibadah-ibadah sunah, berakhlak yang mulia seperti ihsan, pemaaf, menahan amarah, menjauhkan diri dari perbuatan yang sia-sia, menjauhi majelis gibah, menjaga kemaluannya dari apa yang diharamkan Allah, dan selainnya, wallāhu a’lam.

Ya Allah, wahai yang Maha Pemurah, dan Maha Penyayang, kami memohon kepada-Mu agar Engkau memberikan kami  kekekalan dalam surga-Mu. Engkau memberikan kami keridaan-Mu. Berikanlah kami kenikmatan melihat wajah-Mu yang mulia, ampunilah kami, kedua orang tua kami, dan semua kaum muslimin.

Baca juga:  HUKUM BERBOHONG SAAT BERCANDA

 


Footnote:

(1) Hādi al-Arwāh (hal. 174).

(2) H.R. Bukhari (no. 3245) dan Muslim (no. 2834).

(3) Hilyah al-Auliyā’ (2/157).

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments