PERMISALAN TENTANG IMAN DAN AL-QUR’AN

443
PERMISALAN TENTANG IMAN DAN AL QURAN 1
PERMISALAN TENTANG IMAN DAN AL QURAN 1
Perkiraan waktu baca: 3 menit

الم. ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ. الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ. وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ. أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Alif laam miim, Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang telah mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. al-Baqarah: 1-5)

عَنْ أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: المُؤْمِنُ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ: كَالأُتْرُجَّةِ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ، وَالمُؤْمِنُ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ: كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلاَ رِيحَ لَهَا، وَمَثَلُ المُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ: كَالرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ، وَمَثَلُ المُنَافِقِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ: كَالحَنْظَلَةِ، طَعْمُهَا مُرٌّ وَرِيحُهَا مُرٌّ

Dari Abu Musa al-Asy’ary radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Permisalan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an ibarat buah utrujjah, rasa dan aromanya enak. Orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an ibarat buah kurma, rasanya enak tapi tidak beraroma. Orang munafik yang membaca Al-Qur’an ibarat buah raihanah, aromanya enak tapi rasanya pahit. Orang munafik yang tidak membaca Al-Quran ibarat buah hanzalah, rasa dan baunya pahit.”[1]

⁕⁕⁕

Al-Qur’an adalah mukjizat termulia umat Islam, dengannya Allah Subhanahu wa Ta’ala memuliakan kaum mukminin dan menghinakan kaum kuffar Quraisy. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Baca juga:  AGAR BAHTERA TAK KARAM

إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ.

“Sesungguhnya Allah memuliakan suatu kaum dengan Al-Qur’an, dan Dia menghinakan kaum lainnya dengan Al-Qur’an pula.”[2]

Al-Mulla al-Qari rahimahullah menjelaskan bahwa iman dan pengagungan seseorang kepada mukjizat yang mulia ini, serta amal yang ia lakukan berdasarkan tuntunan ayat-ayat-Nya Yang Maha Benar, akan mengangkatnya kepada derajat tertinggi di dunia dengan kehidupan yang indah dan menganugerahkannya dengan karunia bersanding bersama orang-orang yang diberi kenikmatan di akhirat kelak. Sebaliknya, mereka yang tidak beriman kepada Al-Qur’an maka ia akan dihinakan dalam kehidupan dunia dan akhirat.[3] Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ.

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, ‘Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?’ Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.”[4]

Iman yang benar kepada Al-Qur’an akan nampak pada manfaat yang diambil seseorang darinya. Hal ini karena Al-Qur’an adalah ilmu yang Allah telah turunkan kepada seluruh alam, maka apabila terdapat iman yang benar di dalam hati seseorang, ilmu akan bertengger di dalamnya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

Baca juga:  GUNUNG DOSA

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”[5]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan permisalan yang indah tentang jenis manusia dan interaksinya kepada Al-Qur’an dengan bebuahan. Dalam permisalan tersebut, Rasulullah memisalkan iman dengan rasa buah karena iman adalah hal yang senantiasa menyertai seseorang kemana pun ia pergi. Iman juga dapat diperoleh dengan karunia Allah meski tanpa membaca Al-Qur’an, demikian halnya rasa yang terkandung dalam buah, sedangkan aromanya boleh jadi hilang namun rasanya tetap ada.

Orang mukmin yang membaca Al-Qur’an ibarat buah utrujjah atau sejenis jeruk yang memiliki segudang manfaat. Kulitnya dapat dijadikan obat, buahnya dijadikan olahan minyak nabati, warnanya yang menyegarkan penglihatan, aromanya yang enak menambah selera makan. Kulit terdalamnya berwarna putih ibarat hati seorang mukmin yang bening tak berdosa, dan berbagai manfaat lainnya. Sedangkan orang mukmin yang tak membaca Al-Qur’an ibarat buah kurma, yang rasanya nikmat karena iman yang ia miliki namun tak memiliki aroma yang sedap karena tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai sahabat hidupnya yang ia baca dan hafalkan ayat-ayatnya.

Adapun orang munafik yang membaca Al-Qur’an, ibarat buah raihanah yang sedap aromanya namun rasanya pahit. Bacaannya hanya sebatas lantunan suara yang tak menembus hati pemiliknya karena kemunafikan yang ia kandung, sebagaimana aroma raihanah yang hanya melewati rongga hidung namun tak melewati kerongkongan. Sedangkan orang munafik yang tak membaca Al-Qur’an, ibarat buah hanzalah yang tidak berbau dan rasanya pahit, mereka seburuk-buruk manusia, karena tidak beriman ataupun mengambil manfaat dari Al-Qur’an.   

Baca juga:  PERMISALAN TENTANG MEMILIH KAWAN

Footnote:

[1] H.R. Bukhari nomor 5427.

[2] H.R. Muslim nomor 817.

[3] Mirqatul Mafatih, 4/1457.

[4] Q.S. al-Baqarah ayat 26.

[5] Q.S. al-Anfal ayat 2.

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments