ZIKIR KETIKA SELESAI DAN KELUAR DARI TEMPAT BUANG HAJAT

128
ZIKIR KETIKA SELESAI DAN KELUAR DARI TEMPAT BUANG HAJAT
Perkiraan waktu baca: 2 menit

Zikir ketika selesai dan keluar dari tempat buang hajat1

وَعَنْ أَبِي بُرْدَةَ قَالَ: حَدَّثَتْنِي عَائِشَةُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَرَجَ مِنَ الغَائِطِ قَالَ: ((غُفْرَانَكَ)). رَوَاهُ أَحْمَدُ، وَأَبُو دَاوُدَ، وَابْنُ مَاجَه، وَابْنُ حِبَّان، وَالنَّسَائِيُّ، وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيْثُ حَسَنٌ غَرِيْبٌ. وَعِنْدَهُ: إِذَا خَرَجَ مِنَ الخَلَاءِ، وَالحَاكِمُ وَصَحَّحَهُ. وَقَالَ أَبُو حَاتِم: هُوَ أَصَحُّ حَدِيْثٍ فِي هَذَا البَابِ

Dari Abū Burdah, dia berkata, “‘Ā’isyah raḍiyallāhu ‘anhā menyebutkan kepadanya bahwa jika Nabi ﷺ keluar dari (tempat) buang hajat, beliau membaca, ‘Gufrānaka (ya, Allah, aku memohon magfirah-Mu (ampunan-Mu))’.” Hadis riwayat Aḥmad, Abū Dāud, Ibnu Mājah, Ibnu Ḥibbān, al-Nasā’ī dan Tirmiżi yang berkata, “Hadis ḥasan garīb.” Dengan lafal, “Jika beliau telah keluar dari al-khalā’ (jamban).” Al-Ḥākim mensahihkannya. Abū Ḥātim berkata, “Hadis tersebut yang paling sahih terkait bab ini.”

Daftar Isi:

Kosa kata hadis:

  1. الغُفْرَانُ adalah masdar seperti kata المَغْفِرَة, posisinya manṣūb (dibaca akhirnya dengan harakat fatḥah) karena orang yang mengucapkan zikir itu seolah berkata, اللَّهُمَّ إِنِّي “أَسْأَلُكَ غُفْرَانَكَ yang berarti, “Ya, Allah, saya memohon ampunan-Mu.”
  2. Zikir ini berlaku umum meskipun seseorang telah selesai buang hajat di padang pasir atau tempat terbuka dan bukan jamban yang tertutup, zikir tersebut tetap dibaca.

Pada lafal yang diriwayatkan Tirmiżi, jelas disebutkan bahwa zikir tersebut dibaca setelah selesai dan keluar dari tempat buang hajat.

  1. Perkataan Abū Ḥātim raḥimahullāh bahwa hadis tersebut adalah hadis yang paling sahih dari semua riwayat yang berkaitan dengan doa ketika keluar dari jamban, maknanya adalah hadis tersebut yang paling tinggi derajat kevalidannya dari yang lain. Semua hadis lain terkait doa ketika selesai buang hajat sanadnya sangat lemah dan tidak dapat dijadikan hujah.3
Baca juga:  TIDAK MEMBAWA BENDA BERTULISKAN LAFAL ALLAH TA’ALA

Makna hadis:

‘Ā’isyah raḍiyallāhu ‘anhā menyebutkan kebiasaan Nabi ﷺ yang senantiasa berzikir kepada Allah bahkan ketika beliau selesai dari buang hajat dan keluar dari tempat tersebut. Pada kondisi tersebut, beliau mengucapkan, “غُفْرَانَكَ” (gufrānaka), artinya, “Ya, Allah, aku memohon magfirah-Mu (ampunan-Mu).” 

Faedah dan istinbat dari hadis:

  1. Sunah bagi seseorang yang keluar dari tempat buang hajat dan selesai darinya membaca zikir, “غُفْرَانَكَ” (gufrānaka), artinya, “Ya, Allah, aku memohon magfirah-Mu (ampunan-Mu).2 
  2. Hikmah membaca zikir tersebut ketika selesai dan keluar dari buang hajat antara lain:

Pertama, istigfar tersebut dikarenakan beliau selama buang hajat terputus dari berzikir kepada Allah Ta’ālā, padahal beliau senantiasa berzikir kepada Allah di setiap waktu dan tempat. Terputusnya zikir pada pada saat buang hajat menjadi suatu bentuk kekurangan dalam pandangan Nabi sehingga beliau merasa berdosa dan menutupinya dengan istigfar.

Kedua, istigfar tersebut bermakna taubat atas tidak sempurnanya kesyukuran terhadap nikmat Allah Ta’ālā yang telah menganugerahkan nikmat berupa makanan kemudian memudahkan metabolisme dalam tubuh hingga memudahkan keluarnya sisa-sisa makanan tersebut, sehingga kesyukuran yang belum sempurna tersebut mesti dibarengi dengan istigfar.4

 


Footnote:

1 Al-Khaṭṭābī. Ma’ālim al-Sunan. Jilid 1, hlm. 22.

2 Ibid

3 Al-Nawawi. Al-Majmū’ Syarḥul Muhażżab. Darul Fikr. Jilid 2, hlm. 75.

4 Al-Khaṭṭābī. Ma’ālim al-Sunan. Jilid 1, hlm. 23.

 

 

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments