Soal:
Tabik ustaz, saya mau bertanya, apa perbedaan antara atsar dan hadis, apakah atsar bisa dijadikan rujukan/dalil sebagaimana hadis?
(Yamin Jafar, Gorontalo)
Jawab:
Dari sisi etimologi, atsar berarti bekas atau jejak, sedangkan hadis artinya sesuatu yang baru. Sementara dari sisi terminologi, menurut ulama hadis, atsar adalah segala apa yang disandarkan kepada sahabat Rasulullah atau tabiin, sedangkan hadis adalah segala apa yang disandarkan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Walaupun demikian, kita mendapati dari sebagian ulama tidak membedakan antara hadis dan atsar dari sisi istilah. Misalnya, Abu Ja’far al-Thahawi, menamakan kitabnya Syarah Ma’ani al-Atsar, yang memuat hadis-hadis Rasulullah.
Sebelum beliau, Muhammad bin Hasan al-Syaibani dalam karyanya al-Atsar, di dalamnya beliau mengangkat hadis Rasulullah dan selainnya.
Namun, telah populer di kalangan ulama hadis muta’akhkhirin bahwa hadis lebih khusus pada apa saja yang disandarkan kepada Rasulullah sedangkan atsar khusus pada apa yang disandarkan kepada selain beliau, baik sahabat maupun tabiin atau orang setelah mereka.
Atsar bisa dijadikan rujukan dalam beberapa kondisi, di antaranya:
- Sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunah Rasulullah.
- Atsar tersebut bersumber dari para sahabat Rasulullah dalam bentuk ijmak.
- Atsar tersebut bersumber dari seorang atau lebih dari sahabat Rasulullah kemudian hal itu populer di kalangan ulama serta tidak ada yang menyelisihinya dari kalangan sahabat lain.
- Atsar tersebut bersumber dari sahabat dalam perkara-perkara gaib yang bukan dalam ranah ijtihad.
Adapun jika atsar itu berupa ijtihad dari sebagian sahabat dan terdapat ijtihad yang berbeda dari sahabat yang lain maka salah satunya tidak menjadi rujukan dalam menggugurkan ijtihad yang lain, namun boleh mengikuti salah satu di antara keduanya dengan mempertimbangkan ijtihad yang paling mendekati dasar-dasar syariat.
Wallahu A’lam