لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, terasa berat olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إ ِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ أُمَّتِي كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا، فَجَعَلَتِ الدَّوَابُّ وَالْفَرَاشُ يَقَعْنَ فِيهِ، فَأَنَا آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ وَأَنْتُمْ تَقَحَّمُونَ فِيهِ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya permisalan antara aku dan umatku ibarat seseorang yang menyalakan api. Ketika api itu menerangi apa yang di sekitarnya, maka hewan melata dan kupu-kupu kemudian masuk ke dalam kobaran api itu. Aku memegang ikat pinggangmu sedang kalian justru menerjang ke dalam kobaran api itu pula tanpa berpikir terlebih dahulu.”
⁕⁕⁕
Diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umat akhir zaman ini adalah karunia terbesar yang Allah turunkan kepada seluruh umat manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Quran) dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
Selain membawa misi tablig risalah Allah, yaitu membacakan ayat-ayat Allah, membersihkan jiwa manusia, dan mengajarkan Al-Qur’an dan Al-Hikmah kepada mereka, yang membutuhkan sifat-sifat istimewa berupa amanah, kejujuran, dan kecerdasan, telah disematkan pula pada diri beliau sifat belas kasih dan penyayang kepada umat manusia. Allah berfirman,
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, terasa berat olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ لاَ يَرْحَمُ لاَ يُرْحَمُ
“Barang siapa yang tidak mengasihi maka ia tidak dikasihi.”
Suatu ketika, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berdakwah di kabilah Ibnu Abdi Ya Lail bin Abdi Kulal dengan harapan besar mereka menerima dakwah beliau, namun kenyataannya beliau malah diusir. Beliau begitu berduka dan gundah karena mereka enggan beriman. Rasulullah berjalan tak menentu arah, hingga tiba di daerah Qarni Ats-Tsa’alib. Tiba-tiba beliau merasa ada awan yang menaunginya, sehingga beliau segera menengadah ke langit. Ternyata Malaikat Jibril ‘alaihissalam menampakkan dirinya dari balik awan dan segera menyapanya seraya berkata,
“Allah telah mendengar tanggapan dan sikap kaummu terhadap seruan dakwahmu. Karena itu Allah mengutus malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan sesuka hatimu.”
Segera malaikat tersebut menyapa beliau dan berkata,
“Wahai Muhammad! Allah telah mendengar tanggapan dan ucapan kaummu kepadamu, sedangkan aku adalah malaikat yang ditugaskan mengurusi gunung. Aku diutus untuk engkau perintahkan apa saja yang engkau suka. Bila engkau mau, niscaya aku akan timpakan dua gunung (gunung Abi Qubais dan gunung Qu’aiqi’an) kepada mereka.”
Mendengarkan penawarannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memenangkan rasa belas kasihnya kemudian bersabda,
بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلاَبِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ، لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
“Akan tetapi aku sangat berharap semoga Allah melahirkan dari mereka orang-orang yang akan beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun.”
Sifat kasih beliau kepada umatnya juga tergurat dengan jelas dalam hadis di atas. Ketika mengomentarinya, Ibnu Batthal Rahimahullah mengatakan bahwa Rasulullah hendak memperingatkan umatnya untuk senantiasa berhati-hati dan merasa takut akan terjatuh dalam dosa dan apa-apa yang diharamkan oleh Allah. Beliau memisalkannya dengan perumpamaan yang mereka ketahui dan saksikan sendiri dalam kehidupan sehari-hari agar lebih mudah dipahami dan lebih berpengaruh terhadap kehidupan mereka. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memisalkan bahwa mengikuti nafsu syahwat yang menggiring kepada neraka Jahannam ibarat hewan kupu-kupu, laron, belalang, dan semisalnya yang masuk ke dalam kobaran api sebab tabiat hewan-hewan tersebut selalu mengikuti ke mana arah nyala api hingga ia mendekati dan masuk ke dalamnya. Mereka yang memperturutkan hawa nafsunya hanya memiliki neraka sebagai tempat kembalinya, wal ‘iyaadzubillah.
Imam An-Nawawy rahimahullah berkata, sebagaimana dinukil oleh Ibnu Hajar, bahwa permisalan ini menunjukkan kegigihan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menyelamatkan umatnya dari azab Allah ‘azza wa jalla sedang mereka demikian gigih pula untuk masuk ke dalam neraka Allah sebagaimana nyamuk masuk ke dalam kobaran api. Sedang Ibnul ‘Arabi rahimahullah berkata bahwa manusia tidak mendatangi neraka melalui dosa dan kemaksiatan atas dasar keinginan mereka untuk binasa namun karena kejahilan mereka yang hendak meraih manfaat dan mengekor kepada syahwatnya seperti kupu-kupu yang masuk ke dalam api bukan karena ia ingin binasa namun karena takjubnya kepada nyala api tersebut.