عن عَمْرو بْن الْعَاصِ رضي الله عنه قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِهَارًا غَيْرَ سِرٍّ يَقُولُ: إِنَّ آلَ أَبِي -قَالَ عَمْرٌو فِي كِتَابِ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ بَيَاضٌ- لَيْسُوا بِأَوْلِيَائِي إِنَّمَا وَلِيِّيَ اللَّهُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِينَ. زَادَ عَنْبَسَةُ بْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ عَنْ بَيَانٍ عَنْ قَيْسٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَلَكِنْ لَهُمْ رَحِمٌ أَبُلُّهَا بِبَلَاهَا يَعْنِي أَصِلُهَا بِصِلَتِهَا
Dari Amru bin al-Ash radhiyallahu anhu dia berkata, “Saya mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam secara jelas dan terang-terangan bersabda, ‘Sesungguhnya keluarga Abu (fulan) -Amru berkata, ‘Di dalam kitab Muhammad bin Jafar tidak disebutkan nama fulan itu’- bukanlah dari para waliku (penolong dan pelindungku). Sesungguhnya waliku adalah Allah dan orang-orang mukmin yang saleh.’” Anbasah bin Abdul Wahid menambahkan, dari Bayan dari Qais dari Amru bin al-Ash dia berkata, “Saya mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam (bersabda), ‘Akan tetapi mereka (keluarga Abu fulan) masih memiliki tali silaturahmi yang aku tetap akan menyambungnya dengan tali silaturrahmi itu.’”
Daftar Isi:
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Shahih-nya, Kitab al-Adab, Bab “Rahim Disambung dengan Tali Ikatannya,” nomor 5990 dan juga diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitab Shahih-nya, Kitab al-Iman, Bab “Loyalitas kepada Kaum Mukminin dan Memutuskan serta Berlepas Diri dari Selain Mereka,” nomor 215.
Biografi Sahabat Perawi Hadis(1)
Nama lengkap beliau: Amru bin al-Ash bin Wail bin Hasyim bin Said bin Sahm al-Qurasyi. Kuniyah-nya: Abu Abdullah dan dikatakan Abu Muhammad. Beliau salah salah seorang tokoh dan pemimpin Quraisy di zaman jahiliah. Amru bin al-Ash masuk Islam sekitar 6 bulan sebelum Fathu Makkah. Beliau meriwayatkan sekitar 40 hadis, di antaranya terdapat tiga hadis dalam periwayatan Bukhari dan Muslim, Bukhari bersendirian meriwayatkan satu hadis dan Muslim meriwayatkan dua hadis. Di antara yang meriwayatkan hadis dari beliau adalah anaknya sendiri, sahabat yang mulia, Abdullah bin Amru bin al-Ash, juga beberapa tabiin mulia seperti Qais bin Abi Hazim, Abu Usman al-Nahdi, dan Urwah bin al-Zubair. Amru bin al-Ash terkenal sejak zaman jahiliah hingga setelah masuk Islam dengan kecerdasannya, kefasihan, dan kemampuan sastranya, juga sangat menonjol kecakapannya dalam memimpin pasukan. Beliau terlibat dalam menumpas kaum murtad di zaman Abu Bakar al-Shiddiq radhiyallahu anhu dan beliaulah penakluk Mesir di zaman Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu. Pada saat terjadinya Perang Shiffin beliau berada di pihak Muawiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu an ash shahabah jami’an. Amru bin al-Ash wafat malam Idulfitri tahun 43 H di Mesir, radhiyallahu anhu.
Faedah dan Kesimpulan
- Di antara sifat khotbah dan cara penyampaian Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah menyampaikan dengan suara yang keras dan jelas.
2. Di antara hikmah tidak disebutkannya nama keluarga tersebut adalah demi menjaga kehormatan dari anggota keluarga atau keturunan mereka yang beriman.
3. Hadis ini adalah salah satu dalil penjelasan tentang akidah al–wala’ wa al–bara’ (loyalitas kepada orang beriman dan berlepas diri dari orang kafir).
4. Penolong yang hakiki bagi orang yang beriman adalah Allah azza wajalla dan sesama saudaranya beriman nan saleh bukan orang kafir walaupun dari karib kerabatnya.
5. Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan makna wa shalih al–mu’minin (dan orang-orang mukmin yang saleh) dalam Q.S. al-Tahrim ayat 4. Di antara tafsiran yang disebutkan adalah:(2)
Pertama, para nabi; Kedua, para sahabat; Ketiga, Kaum mukminin yang terbaik; Keempat, Abu Bakar, Umar, dan Usman radhiyallahu anhum; Kelima, Abu Bakar dan Umar radhiyallahu anhuma; Keenam, Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu; Ketujuh, Abu Bakar al-Shiddiq radhiyallahu anhu. Kedelapan, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu.
6. Asal makna dari kata balla-yabullu adalah membasahi dan menyejukkannya dengan embun. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyamakan silaturahmi dengan sesuatu yang kering lalu diberi embun dan dibasahi karena orang Arab menyifatkan seseorang tercela dan bakhil serta tidak diharapkan kebaikan darinya dengan bertapak tangan yang kering.(2)
7. Ukhuwah imaniah (persaudaraan yang didasari dengan keimanan) lebih tinggi kedudukannya dan lebih erat pertautannya dibandingkan dengan ukhuwah nasabiyah (persaudaraan yang hanya didasari pertalian darah atau kekeluargaan).
8. Pertalian darah dan hubungan kekeluargaan jika tidak diiringi dengan keimanan kepada Allah subhanahu wa ta’ala maka manfaatnya hanya akan dirasakan di dunia dan tidak bermanfaat lagi di akhirat kelak.
9. Keluarga yang termasuk rahim namun tidak beriman tetap memiliki hak silaturrahmi di dunia ini dengan beberapa batasannya.
10. Sifat keadilan yang diajarkan oleh Islam kepada umatnya di mana senantiasa memberikan hak kepada pemiliknya secara proporsional.
Footnote:
(1) Lihat: Al-Isti’ab fi Ma’rifah al-Ashab (3/ 1184), Usdu al-Ghabah (4/ 232), Siyar A’lam al-Nubala (3/ 54) dan al-Ishabah (4/ 537)
(2) Lihat: Zaad al-Masir fi Ilm al-Tafsir (4/ 309) dan Umdah al-Qari (22/ 95)
(2) Lihat: Syarhu Shahih al-Bukhari oleh Ibnu Baththal (9/ 207) dan Fathu al-Bari oleh Ibnu Hajar (10/ 422)