40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1]
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَالَ: إِنَّ أَبَاهُ أَتَى بِهِ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: إِنِّي نَحَلْتُ ابْنِي هَذَا غُلَامًا كَانَ لِي، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَكُلَّ وَلَدِكَ نَحَلْتَهُ مِثْلَ هَذَا؟» فَقَالَ: لَا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَارْجِعْهُ»
Artinya:
Dari al-Nu’mān bin Basyīr raḍiyallahu’anhuma bahwa bapaknya datang bersamanya menemui Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam lalu berkata, “Aku hadiahkan kepada anakku ini seorang yang dulu budakku.” Beliau ṣallallāhu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah semua anakmu kamu hadiahkan seperti ini?” Dia menjawab, “Tidak.” Beliau bersabda, “Kalau begitu, bawa pulang kembali!”
Daftar Isi:
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhāri dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab al-Hibah wa Faḍliha wa al-Ta’riḍ ‘alaiha Bab Hibah untuk Anak nomor 2586 dan Imam Muslim dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab al-Hibāt Bab Tidak Disukainya Melebihkan Sebagian Anak dengan Pemberian nomor 1623 dan ini adalah lafaz Muslim.
Kosakata
نَحَلْتُ: Saya menghibahkan kepadanya…
Pelajaran
- Wajibnya bersikap adil kepada anak-anak dalam hal pemberian.
- Ketiadaan sikap adil menimbulkanketidaksukaan dan kecemburuan antar anak sehingga berpengaruh buruk dalam pembinaan mereka.
- Orang tua harus menyiapkan lingkungan pembinaan yang dapat membantu menumbuhkembangkan anak dengan cara yang benar.
- Perlakuan adil kepada anak-anak menjadikan mereka terbina di atas prinsip (sikap adil) tersebut sehingga mereka pun tumbuh di atasnya dan mengaplikasikannya ketika dewasa.
- Yang rājiḥ dalam hal pembagian hibah kepada anak-anak adalah dilakukan sesuai porsi warisan, yaitu untuk anak laki-laki semisal bagian dua anak perempuan. Ini adalah pendapat al-Ḥanābilah, yang ditarjihkan oleh Ibn Bāz dan Ibn ‘Uṡaimīn. Pendapat lain menyebutkan agar ia dibagi merata, dan ini adalah pandangan jumhur ulama.
Footnote:
[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab al-Arba’ūn al-Jiyād fi Tarbiyah al-Aulād (Empat Puluh Hadis Pendidikan Anak) karya Syekh ‘Abd al-‘Azīz bin Muḥammad al-Ḥuwaiṭān hafiẓahullāh.
Ahad kemarin ada rencana ke Masjid Jabalulkhoir Simpang5 Purwodadi untuk hadir kajian dan sekaligus temu kangen sama adek perempuanku di sana dan ngasih uang saku & keperluan mandi yang dititipkan Mommy ke aku.
Aku dianter Daddy tapi Daddy bilang buat balik saja tidak jadi.
Meskipun habis hujan, ternyata debu yang terlalu banyak karena ada perbaikan/pelebaran jalan tetap berterbangan sedangkan pada saat itu aku tidak bawa masker, akupun pilek karena beberapa faktor sebab salah satunya dosa.
Maka kami pulang sampai rumah, barang-barangnya adekku; Redika Kurnia Putri masih aku bawa di kamar, aku dikasih 10.000 rupiah sama Daddy, 5000 rupiah sudah dinafkahkan buat sedekah, walhamdu lillah doa terbaikku, karena salah satu cita-citaku yang akan terwujud setelah deadline; masuk Surga lewat pintu yang paling tengah antara pintu ke-4 & ke-5, entahlah yang mana yang akan kupilih nanti.
Aku melihat barang-barang adekku yang pernah nulis cita-cita salah satunya ingin jadi pemimpin yang adil ini ternyata dikasih 150.000 rupiah.
Lalu aku tambah 5000 rupiah uang sisa kemarin yang aku tidak tahu mau buat apa, sedangkan mengingat hp yang kupegang ini adalah hp wakafnya dia adekku yang hafalan Al-Qur’an dia sudah lebih banyak dariku.
Duluaku pernah berselisih dengannya dan perselisihan yang cukup besar adalah ketika idul adha. Teringat kajian tafsirnya Babah sehingga kuucapkan doa Musa ketika berselisih dengan kakaknya dengan kata ganti yang kuubah sesuai dengan kebutuhan dengan taufik dari Allah;
رب اغفر لي ولأختي وأدخلنا في رحمتك وأنت أرحم الراحمين اللهم صل على محمد و على ءال محمد وبارك على محمد و على ءال محمد كما صليت وباركت على إبرهيم وعلى ءال إبرهيم فى العالمين إنك حميد مجيد والحمد لله رب العالمين