BAIT KEDELAPAN DAN KESEMBILAN: HADIS MUSNAD DAN MUTTAṢIL

127
BAIT KEDELAPAN KESEMBILAN HADIS MUSNAD MUTTAṢIL
Perkiraan waktu baca: 1 menit

SYARAH MUDAH MATAN AL-BAIQŪNI[1]
Imam al-Baiqūni:

والُمُسْنَدُ الُمتَّصِلُ الإسنادِ مِنْ *** رَاوِيهِ حَتَّى المُصْطَفَى وَلَمْ يَبِنْ

Artinya:
“Dan (hadis) musnad adalah (hadis) yang bersambung isnadnya dari rawinya hingga kepada al-Muṣṭafa (Rasulullah) dan tidak terputus.”

Daftar Isi:

SYARAH

Definisi:

Hadis musnad[2] (المُسْنَد) adalah hadis marfuk[3] yang sanadnya bersambung. Istilah musnad –di luar konteks ini–juga terkadang bermakna lain yaitu setiap kitab yang di dalamnya terhimpun periwayatan-periwayatan setiap sahabat satu per satu seperti Musnad Imam Aḥmad bin Ḥanbal. Akan tetapi, istilah musnad dalam pembahasan ini adalah sebagaimana definisi yang pertama.

Kata يَبِن (dengan huruf ya berharakat  fatah dan huruf ba yang berharakat kasrah) bermakna “terputus dan terpisah.”[4]

Imam al-Baiqūni:

وَمَا[5] بِسَمْعِ كُلِّ رَاوٍ يَتَّصِلْ *** إسْنَادُهُ لِلْمُصْطَفَى فَالْمُتَّصِلْ

Artinya:
“Dan yang dalam penyimakan setiap rawi, bersambung isnadnya hingga kepada al-Muṣṭafa maka (disebut) muttaṣil.”

SYARAH

Syekh ‘Abd al-Sattār memberikan tambahan (koreksi) terhadap penulis manẓūmah Baiqūniyyah dengan berkata,

وَمَا بِسَمْعِ كُلِّ رَاوٍ يَتَّصِلْ *** إسْنَادُهُ لِلْمُنْتَهَى فَالْمُتَّصِلْ

Artinya:
“Dan yang dalam penyimakan setiap rawi, bersambung isnadnya hingga ujungnya[6] maka (disebut) muttaṣil.

Definisi:

Hadis muttaṣil adalah hadis yang isnadnya bersambung entah yang berkata adalah Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wasallam atau selain beliau. Makna ittiṣāl (kebersambungan sanad) telah dijelaskan sebelumnya.[7]

 


Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab “Al-Ta’liqāt al-Aariyyah ‘ala al-Manzhumah al-Baiquniyyah” karya Syekh Ali bin Hasan al-Halabi al-Atsari rahimahullāh.

[2] Lihat: al-Tadrīb (1/147) dan al-Bā’iṡ (1/144).

[3] Definisi hadis marfuk, lihat: https://markazsunnah.com/bait-ketujuh-hadis-marfu-dan-maqtu.

[4] Lihat: Al-Shihāh karya al-Jauhari (5/2082).

[5] Dalam naskah lain: ما, tanpa huruf wau.

Baca juga:  TAHAPAN PENULISAN HADIS

[6] Maksudnya: ujung isnadnya, entah marfuk kepada Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wasallam atau mauqūf kpeada sahabat atau (maqṭū’) kepada tabiin.

[7] Lihat: https://markazsunnah.com/syarat-syarat-hadis-sahih-syarat-pertama-dan-kedua/.

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments