SYARAH KITAB ‘UMDAH AL-AḤKĀM[1]
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ – رضي الله عنه – قَالَ: كُنْتُ رَجُلاً مَذَّاءً، فَاسْتَحْيَيْتُ أَنْ أَسْأَلَ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – لِمَكَانِ ابْنَتِهِ مِنِّي، فَأَمَرْتُ الْمِقْدَادَ بْنَ الأَسْوَدِ فَسَأَلَهُ، فَقَالَ: يَغْسِلُ ذَكَرَهُ، وَيَتَوَضَّأُ
وَلِلْبُخَارِيِّ: اغْسِلْ ذَكَرَكَ وَتَوَضَّأْ. وَلِمُسْلِمٍ: تَوَضَّأْ وَانْضَحْ فَرْجَكَ
Artinya:
‘Ālī bin Abī Ṭālib raḍiyallāhu ‘anhu, dia berkata, “Dahulu aku adalah seorang yang sering keluar mazi, aku pun malu bertanya kepada Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam karena kedudukan anak wanita beliau. Aku pun memerintahkan al-Miqdād bin al-Aswad. Ia pun bertanya kepada beliau. Beliau pun menjawab, ‘Hendaknya ia mencuci kemaluannya’.”[2]
Di dalam riwayat Bukhārī, “Cucilah kemaluanmu dan berwudulah!”[3] Dalam riwayat Muslim, “Berwudulah dan cucilah kemaluanmu!”[4]
Daftar Isi:
Takhrij Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhārī dalam kitabnya, al-Ṣaḥīḥ; kitab al-Gusl, bab “Mencuci Mazi dan Berwudu Karenanya”, no. 269, dan Muslim dalam kitabnya, al-Ṣaḥīḥ, kitab al-Ḥaiḍ, bab “Mazi”, no. 303.
Syarah dan Faedah yang Terkandung dalam Hadis Ini:
- Mazi adalah air berwarna putih bening kental yang keluar ketika foreplay, saat membayangkan hubungan badan, atau muncul keinginan melakukannya. Terkadang keluar tanpa dirasakan.
- Mazi adalah najis, membatalkan wudu. Oleh karena itu, wajib berwudu jika keluar mazi kemudian mencuci tempat keluarnya najis tersebut, bagian pakaian yang dikenai, dan seluruh bagian kelamin karena mungkin terkena mazi. Mencuci seluruh zakar juga memastikan sisa-sisa mazi terangkat.
- Tata cara mencucinya ialah dengan memercikkan air pada area pakaian yang terkena. Tidak diharuskan membasuhnya. Imam Aḥmad berkata, “Saya berharap itu cukup dengan diperciki air namun jika dicuci, itu lebih saya”[5]
Sahl bin Ḥunaif raḍiyallāhu ‘anhu berkata, “Dahulu saya mendapati banyak mazi dan saya sering sekali mandi. Saya pun bertanya kepada Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam perihal tersebut. Beliau pun menjawab, ‘Cukup bagimu berwudu’. Saya pun bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana dengan pakaian yang terkena mazi tersebut’? Beliau pun bersabda, ‘Cukup kamu ciduk air dengan telapak tanganmu lalu percikkanlah dengan air itu ke pakaianmu hingga kamu melihat air itu mengenainya’.”[6]
Footnote:
[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab “Mūjaz al-Kalām ‘ala ‘Umdah al-Aḥkām” karya Dr. Manṣūr bin Muhammad al-Ṣaq’ūb hafiẓahullāh.
[2] H.R. Muslim (303).
[3] H.R. Bukhari (269).
[4] H.R. Muslim (303).
[5] Lihat: Masā`il al-Imām Aḥmad wa Isḥāq bin Rāhūyah (2/391).
[6] (H.R. Aḥmad No. 10973, Abu Dāwud No. 210, Tirmiżi No. 115, Ibnu Majah No. 506. Imam Tirmiżi berkata, “Hadis ini hasan sahih.”
Cara membasuh kemaluan saat membersihkan diri dari air madzi itu bagaimana ya?