HADIS KE-36: MENGHARGAI ANAK DALAM PROSES BELAJARNYA DAN TIDAK BERLEBIHAN DALAM MENGHUKUMNYA

76
hadis ke
Perkiraan waktu baca: 2 menit

40 HADIS PENDIDIKAN ANAK[1]

عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِيِّ رضي الله عنه قَالَ: كَانَتْ لِي جَارِيَةٌ تَرْعَى غَنَمًا لِي قِبَلَ أُحُدٍ وَالْجَوَّانِيَّةِ، فَاطَّلَعْتُ ذَاتَ يَوْمٍ فَإِذَا الذِّيبُ قَدْ ذَهَبَ بِشَاةٍ مِنْ غَنَمِهَا، وَأَنَا رَجُلٌ مِنْ بَنِي آدَمَ آسَفُ كَمَا يَأْسَفُونَ لَكِنِّي ‌صَكَكْتُهَا صَكَّةً، فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَعَظَّمَ ذَلِكَ عَلَيَّ. قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَفَلَا أُعْتِقُهَا؟ قَالَ: «ائْتِنِي بِهَا» فَأَتَيْتُهُ بِهَا فَقَالَ لَهَا: «أَيْنَ اللهُ؟» قَالَتْ: فِي السَّمَاءِ. قَالَ: «مَنْ أَنَا؟» قَالَتْ: أَنْتَ رَسُولُ اللهِ. قَالَ: «أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ»

Artinya:

Dari Mu’āwiyah bin al-Hakam al-Sulami raḍiyallahu’anhu, ia berkata, “Aku memiliki seorang budak perempuan yang menggembalakan kambing-kambingku di sekitar Gunung Uhud dan al-Jawwaniyyah. Suatu hari aku memeriksanya, ternyata seekor serigala telah membawa seekor kambing dari ternaknya. Aku, sebagai manusia biasa, merasa marah sebagaimana manusia pada umumnya, maka aku menamparnya dengan keras. Kemudian aku datang kepada Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wasallam dan beliau menganggap perbuatanku itu sebagai sesuatu (kesalahan) yang besar. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, bolehkah aku memerdekakannya?’ Beliau menjawab, ‘Bawalah dia ke sini!’ Maka aku membawanya kepada beliau. Beliau bertanya kepadanya, ‘Di mana Allah?’ Ia menjawab, ‘Di langit.’ Beliau bertanya lagi, ‘Siapa aku?’ Ia menjawab, ‘Engkau adalah Rasulullah.’ Beliau pun bersabda, ‘Merdekakanlah dia, karena sesungguhnya dia seorang mukminah.’”

Daftar Isi:

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam al-Ṣaḥīḥ dalam Kitab al-Masājid wa Mawāḍi’ al-Ṣalah, Bab Larangan Berbicara dalam Salat dan Penghapusan Hukum akan Kebolehannya Sebelum Itu nomor 537.

Syekh Muḥammad bin Ṣāliḥ al-Utsaimin raḥimahullāh berkata, “Makna ‘Allah berada di langit’ adalah bahwa Allah berada di langit, yaitu di atasnya. Maka, kata ‘في’ (di) dalam konteks ini bermakna ‘على’ (di atas), sebagaimana dalam firman-Nya:

Baca juga:  HADIS KE-19: KESUNGGUHAN DALAM MENGAJARKAN ANAK MENULIS

﴿قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ

Artinya: “Katakanlah: Berjalanlah di muka bumi” (Q.S. al-Rum: 42)

yang berarti ‘di atasnya’. Juga bisa dimaknai bahwa kata ‘في’ (di) menunjukkan keterangan tempat, sedangkan kata السماء dalam konteks ini bermakna ‘ketinggian’. Sehingga maknanya adalah bahwa ‘Allah berada di ketinggian.’ Kata السماء pernah datang dengan makna ‘ketinggian’ dalam firman-Nya:

﴿أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً﴾

Artinya: “Dia menurunkan air dari langit” (Q.S. al-Ra’d: 17).

Pelajaran

  1. Memberikan penghargaan kepada anak atas pembelajarannya merupakan metode pendidikan yang efektif.
  2. Pentingnya penggunaan metode penghargaan positif dalam mendidik.
  3. Menilai peserta didik secara menyeluruh dan tidak terbatas pada satu aspek saja. Menilai pembelajaran dari semua sisi adalah upaya untuk mencapai keadilan dalam penilaian terhadap peserta didik, yang dalam dunia pendidikan disebut sebagai “penilaian alternatif”.
  4. Penting untuk memahami inti dari pembelajaran peserta didik dan tidak terjebak pada rincian dan cabang tanpa memahami pokok utama.
  5. Jangan berlebihan dalam memberikan hukuman agar tidak menimbulkan dampak negatif.
  6. Pendidik harus menghindari memukul saat marah.
  7. Kesalahan dalam pendidikan adalah membesar-besarkan hal negatif dan melupakan hal-hal positif.
  8. Kebijaksanaan seorang pendidik adalah dengan mencari sisi kebaikan pada peserta didik.
  9. Betapa besar kesalahan memukul anak kecil tanpa alasan yang jelas.
  10. Penggunaan metode hukuman dalam pendidikan adalah untuk memperbaiki, bukan untuk membalas dendam.
  11. Penetapan sifat ketinggian bagi Allah taala, bahwa Allah berada di atas langit-Nya, di atas Arsy-Nya, terpisah dari makhluk-Nya. Bukan berarti Allah berada di dalam langit sehingga langit-lah yang membatasi atau mengungkung-Nya, karena ini tidak pernah dikatakan oleh seorang pun dari para ulama salaf dan imam-imam mereka, demikian kata Ibn Taimiyah.
Baca juga:  HADIS KE-15: ANAK-ANAK MENGHADIRI SALAT ID DAN MENYAKSIKAN MOMENTUM KEBAIKAN

Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab al-Arba’ūn al-Jiyād fi Tarbiyah al-Aulād (Empat Puluh Hadis Pendidikan Anak) karya Syekh ‘Abd al-‘Azīz bin Muḥammad al-Ḥuwaiṭān hafiẓahullāh.

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments