SYARAH KITAB ‘UMDAH AL-AHKĀM[1]
Daftar Isi:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رضي الله عنهما: أَنَّ النَّبِيَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: أُعْطِيتُ خَمْساً، لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنْ الأَنْبِيَاءِ قَبْلِي: نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ، وَجُعِلَتْ لِي الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا، فَأَيُّمَا رَجُلٌ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلاةُ فَلْيُصَلِّ، وَأُحِلَّتْ لِي الْمَغَانِمُ، وَلَمْ تَحِلَّ لأَحَدٍ قَبْلِي، وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ، وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً، وَبُعِثْتُ إلَى النَّاسِ عَامَّةً.
Artinya :
Jābir bin ‘Abdillāh raḍiyallāhu ’anhu meriwayatkan bahwa Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Saya diberi lima hal yang tidak diberikan kepada satu nabi pun sebelum saya, yaitu: (1) saya ditolong dengan rasa takut (pada hati musuh) dari jarak sebulan perjalanan (menuju ke mereka); (2) bumi dijadikan bagi saya sebagai masjid dan ṭahūr, jadi orang mana pun dari kalangan umatku yang sudah memasuki waktu salat, hendaknya ia salat; (3) ganīmah dihalalkan bagi saya sedangkan itu tidak dihalalkan bagi siapa pun sebelum saya; (4) saya juga diberi syafaat; (5) dahulu seorang nabi diutus kepada kaumnya secara khusus, sedangkan saya diutus untuk seluruh manusia.”
Takhrij Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhāri dalam kitabnya, al-Ṣaḥīḥ; kitab al-Tayammum, no. 335, dan Imam Muslim dalam kitabnya, al- Ṣaḥīḥ; kitab al-Masājid wa Mawāḍi’ al-Ṣalāh, no. 521.
Syarah dan Faedah yang Terkandung dalam Hadis Ini:
Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam menyebutkan lima hal yang dikhususkan bagi beliau dibandingkan dengan nabi-nabi lainnya di dalam hadis ini. Lima hal itu ialah sebagai berikut:
- Musuh merasakan takut kepada beliau sedangkan jarak antara beliau dengan mereka ialah satu bulan perjalanan dikarenakan wibawa beliau.
- Allah menjadikan bagi beliau bumi ini sebagai masjid, yakni tempat untuk sujud. Sujud di bumi tidak harus dikhususkan pada tempat tertentu, justru dibolehkan salat di tempat mana pun kecuali tempat yang jelas terdapat najis. Demikian pula, diperbolehkan tayamum menggunakan semua yang berasal dari unsur bumi (tanah). Semua tanah adalah ṭahūr (suci dan mensucikan).
- Ganīmah dihalalkan bagi beliau. Ganīmah adalah harta rampasan pasca peperangan. Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam menjelaskan hikmah di balik itu. Beliau ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَلَمْ تَحِلَّ الغَنائِمُ لِأحَدٍ مِن قَبْلِنا ذَلِكَ بِأنَّ اللَّهَ رَأَى ضَعْفَنَا وَعَجْزَنَا فَطَيَّبَهَا لَنَا
Artinya:
“Ganīmah tidak dihalalkan bagi siapa pun sebelum kita, itu karena Allah melihat kelemahan dan ketidakberdayaan kita, Allah pun menjadikan ganīmah baik bagi kita.”[2]
- Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam diberi syafaat. Maksudnya adalah syafaat terbesar untuk penyegeraan pengadilan (hari kiamat) dan pembebasan manusia dari keganasan Padang Mahsyar. Nabi juga diberi beberapa jenis syafaat lainnya, namun jenis ini hanya khusus untuk beliau.
- Dahulu nabi itu diutus kepada kaumnya secara khusus, sedangkan nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam diutus kepada seluruh manusia hingga hari kiamat. Keumuman risalah beliau mencakup zaman dan tempat. Risalah untuk seluruh zaman dan seluruh tempat.
Footnote:
[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab “Mūjaz al-Kalām ‘alā ‘Umdah al-Aḥkām” karya Dr. Manṣūr bin Muhammad al-Ṣaq’ūb hafiẓahullāh.
[2] H.R. Bukhārī (3124) dan Muslim (1747). Lafaz ini adalah lafaz Muslim.