Pertanyaan:
Assalamu’alaikum warahamtullahi wabarakatuh. Saya mau tanya, apakah hadis tentang do’a makan ‘allaahumma baarik lanaa fiimaa razaqtanaa wa qinna’adzaabannar’ adalah hadis sahih? Jazakallahu khairan.
Jafar, Gorontalo
Jawaban:
Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuhu. Doa yang Anda tanyakan diriwayatkan oleh Ibn al-Sunni dalam kitab beliau Amal al-Yaum wa al-Lailah dengan sanad dan matan sebagai berikut.
قال ابن السني حدثني فضل بن سليمان ، ثنا هِشامُ بنُ عمّارٍ ، ثنا مُحمّد بن عِيسى بنِ سُميعٍ ، ثنا مُحمّدِ بنِ أبِي الزُّعيزِعةِ ، عن عَمرِو بنِ شُعيبٍ ، عن أبِيهِ ، عن جده عَبدِ اللهِ بنِ عَمرٍو ، رضي الله عنهما ، عنِ النّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ، أنّهُ كان يقُولُ فِي الطّعامِ إِذا قُرِّب إِليهِ : « اللّهُمّ بارِك لنا فِيما رزقتنا ، وقِنا عذاب النّارِ ، بِاسمِ اللهِ »
artinya: Ibn al-Sunni berkata, “Fadhl bin Sulaiman menceritakan kepadaku bahwa Hisyam bin Ammar menceritakan kepada kami bahwa Muhammad bin Isa bin Sumai’ menceritakan kepada kami bahwa Muhammad bin Abi Zu’aiza’ah menceritakan kepada kami dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya Syua’ib dari kakeknya Abdullah bin Amr bin al-‘Ash radhiyallahu anhuma, dari Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah beliau membaca pada saat makanan didekatkan ke beliau, “allahumma baarik lanaa fiimaa razaqtanaa wa qinaa ‘adzaaban naar, bismillah (ya Allah berkahilah apa yang Engkau rezkikan kepada kami dan jauhkanlah dari kami siksa neraka, dengan menyebut nama Allah).”
Dalam rangkaian sanad di atas, terdapat perawi yang bernama Muhammad bin Abu Zu’aizi’ah. Dia telah dilemahkan oleh para ulama hadis. Di antara ulama yang menerangkan kelemahannya:
- Imam Bukhari (wafat 256 H) dalam kitabnya at-Tarikh al-Kabir (1/88) mengatakan tentang perawi ini, “Hadisnya sangat mungkar dan tidak berhak ditulis.”
- Imam Ibn Abi Hatim Ar-Razi (wafat tahun 327 H) dalam kitabnya ‘Ilal al-Hadis berkata, “Aku bertanya kepada ayahku (Imam Abu Hatim-wafat tahun 277 H) tentang hadis ini lalu beliau menjawab, ‘Hadis ini tidak diperhitungkan, di sanadnya terdapat Ibnu Abi Zu’aizi’ah dan tidak boleh menyibukkan diri dengannya karena hadisnya mungkar’.” (Lihat juga al-Jarh wa at-Ta’dil, 7/261)
- Imam Ibnu Hibban al-Busti (wafat 354 H ) dalam kitab beliau al-Majruhin berkata, “Muhammad bin Abi Zu’aizi’ah termasuk orang yang meriwayatkan hadis-hadis mungkar dari perawi-perawi yang terkenal hingga jika riwayat-riwayat tersebut didengarkan oleh para ahli hadis mereka akan tahu bahwa hadis-hadisya terbalik dan tidak boleh berhujjah dengannya.”
- Imam Abu Nu’aim al-Ashfahani (wafat 430 H) dalam kitabnyaa adh-Dhu’afa (1/143) berkata, “Muhammad bin Abi Zu’aizi’ah telah meriwayatkan di wilayah Syam dari Nafi’ dan Ibnu Munkadir hadis-hadis yang mungkar.”
- Al-Hafizh Muhammad bin Thahir al-Maqdisi (wafat 507 H) dalam Dzakhirah al-Huffaz berkata, “Muhammad bin Isa bin Suma’i dan Muhammad bin Abi Zu’aizi’ah adalah dua perawi yang lemah.” Adapun di kitab beliau Ma’rifah at-Tadzkiroh dil Ahadis al-Maudhu’ah, beliau mengatakan, “Ibn Abi Zu’aizi’ah adalah daif, hadisnya mungkar, dajjal (pendusta besar) dan tidak berhak dijadikan hujjah.”
Kesimpulan
Dari penjelasan beberapa ulama al-Jarh wa at-Ta’dil di atas, diketahui bahwa sanad hadis ini lemah karena Muhammad bin Abi Az-Zu’aizi’ah adalah seorang perawi yang kelemahannya tidak ringan, disamping Muhammad bin Isa bin Suma’i yang juga dilemahkan oleh al-Hafizh Ibnu Thahir al-Maqdisi.
Setelah kita mengetahui kelemahan hadis ini, maka sepatutnya kita mencukupkan untuk mengamalkan doa yang berasal dari hadis yang sahih pada saat akan makan yaitu ucapan “Bismillah”, berdasarkan banyak riwayat yang sahih, di antaranya:
- Umar bin Abi Salamah menceritakan, “Aku dahulu sewaktu kecil di bawah bimbingan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, sewaktu aku makan tanganku bergerak ke seluruh sisi dari piring besar yang kami gunakan, lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيك
“Wahai anak kecil, ucapkanlah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah yang dekat darimu.” Umar bin Abi Salamah berkata, “Sejak saat itu, begitulah tata cara ketika aku makan (sesuai dengan perintah Nabi shallallahu alaihi wasallam).” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Aisyah radhiyallahu anha, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرْ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فَإِنْ نَسِيَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فِي أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ
“Apabila salah seorang diantara kalian makan maka ucapkanlah nama Allah Ta’ala, jika lupa membacanya pada permulaan makan maka bacalah (saat teringat), ‘Bismillah awwalahu wa aakhirahu’ (Bismillah awal dan akhirnya).” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah)