BAB TENTANG JANABAH

112
BAB TENTANG JANABAH
Perkiraan waktu baca: 1 menit

SYARAH KITAB ‘UMDAH AL-AHKĀM[1]

عن أبي هُريرة رضي الله عنه؛ أنّ النبي ﷺ لَقِيهُ في بعضِ طُرق المدينةِ، وهو جُنُبٌ قال: فانْخَنَسْتُ مِنه، فذهبتُ فاغتسلتُ، ثم جئتُ. فقال: أين كنتَ يا أبا هُريرة؟. قال: كنتُ جُنُبًا فكرهتُ أن أُجالِسكَ، وأنا على غيرِ طهارةٍ. فقال: سُبحان الله! إن المؤمنَ  لا يَنْجُسُ

Artinya:

Abu Hurairah raḍiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Nabi ṣallallāhu‘alaihiwasallam berjumpa dengannya di sebuah jalan di Madinah sementara saat itu Abu Hurairah raḍiyallahu’anhu dalam keadaan junub. Beliau pun bercerita, “Aku pun bersembunyi dari beliau, lalu aku pun pergi lalu mandi. Lalu aku pun mendatangi beliau. Beliau bersabda, ‘Ke manakah engkau tadi wahai Abu Hurairah?’ Aku menjawab, ‘Saya tadi dalam keadaan junub. Saya pun merasa tidak suka bila duduk di sisi engkau sedangkan saya dalam keadaan tidak suci. Beliau lantas bersabda. ‘Subhanallah, sesungguhnya seorang mukmin itu bukan najis.’”

Daftar Isi:

Takhrij Hadis:

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhāri dalam kitabnya al-aī; kitab al-Libās, bab Keringat Orang Junub dan Muslim Tidak Najis, nomor 283 dan Muslim dalam kitabnya al-aī; kitab al-ai, bab Dalil Bahwa Muslim Tidak Najis, nomor 371.

Syarah dan Faedah Yang Terkandung Dalam Hadis Ini:

  1. Janābah dalam Bahasa Arab bermakna jauh. Disebutkan seperti itu karena orang yang sedang janabah menjauhi tempat salat. Dikatakan pula orang tersebut menjauhi orang lain. Dikatakan pula karena air mani menjauhi tempat asalnya saat keluar dan menjauhi tempatnya di dalam jasad. Orang yang terkena janābah disebut sebagai junub baik seorang laki-laki atau wanita maupun jamak.[2]
  2. Seorang mukmin itu bukanlah najis, muslim itu suci baik saat hidup maupun setelah meninggal dunia.
  3. Orang yang junub diperkenankan beranjak mengerjakan kebutuhannya, menghadiri pertemuan, dan berjumpa dengan ulama.
  4. Keringat orang yang junub itu suci demikian pula air mata dan liurnya. Semuanya tetap pada hukum asalnya yaitu suci karena badan orang yang junub tidak menjadi najis disebabkan karena ia junub.[3]
  5. Boleh menunda mandi karena beliau ṣallallāhu‘alaihiwasallam tidak mengingkari Abu Hurairah raḍiyallahu’anhu karena tidak bersegera mandi saat beliau bertanya, “Ke manakah engkau tadi?” Namun yang afdal ialah bersegera mandi agar hadas besar menghilang dari badan.
Baca juga:  HUKUM SESEORANG YANG TIDAK MAMPU BERTAHARAH SECARA SEMPURNA

 

 

 


Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab “Mūjaz al-Kalām ‘ala ‘Umdah al-Ahkām” karya Dr. Manṣūr bin Muhammad Al-Ṣaq’ūb hafizhahullāh.

[2] Lihat: Al-Ṣiḥāḥ karya al-Jauhari (1/103).

[3] Lihat: Fatḥ al-Bāri (1/344).

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments