HADIS CARA MEMBERSIHKAN NAJIS

135
HADIS CARA MEMBERSIHKAN NAJIS
Perkiraan waktu baca: 1 menit

SYARAH KITAB ‘UMDAH AL-AHKĀM[1]

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قالَ: جاءَ أَعْرَابِيٌّ، فَبَالَ فِيْ طَائِفَةِ المَسْجِدِ، فَزَجَرَهُ النَّاسُ، فَنَهَاهُمُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم. فَلَمَّا قَضَى بَوْلَهُ أَمَرَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِذَنُوبٍ مِنْ مَاءٍ فَأُهْرِيْقَ عَلَيْهِ

Artinya :

Anas bin Mālik raḍiyallahu’anhu berkata, “Ada orang Arab Badui datang lalu kencing di pojok masjid. Orang-orang pun lalu menghardiknya. Nabi lalu melarang mereka. Ketika ia telah menyelesaikan kencingnya, Nabi pun memerintahkan untuk diambilkan air sebejana lalu disiramkan ke bagian tersebut.”

Daftar Isi:

Takhrij Hadis:

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhāri dalam kitabnya al-Ṣaḥīḥ; kitab al-Wuu, Bab Menuangkan Air untuk Membersihkan Air Kencing di Masjid, nomor 221 dan Muslim dalam kitabnya al-Ṣaḥīḥ; kitab al-ahārah, Bab Wajib Membersihkan Kencing Jika Terdapat di Masjid, nomor 284.

Syarah dan Faedah Yang Terkandung Dalam Hadis Ini:

  1. Masjid wajib dilindungi dari najis dan kotoran, tidak boleh dijadikan tempat buang hajat. Masjid adalah tempat tersuci karena masjid adalah rumah Allah, tempat ibadah yang Allah perintahkan untuk disucikan agar orang yang beribadah di dalamnya merasa tenang.
  1. Najis dapat dihilangkan dengan dibasuh menggunakan air. Jika ada tanah yang terkena najis dan telah disiram dengan air, tidak dipersyaratkan tanah tersebut dipindahkan dari tempatnya. Nabi ṣallallāhu‘alaihiwasallam tidak memerintahkan para sahabat untuk memindahkan tanah masjid setelah najisnya dibasuh. Jika sekiranya memindahkan tanah adalah syarat, tentu Nabi ṣallallāhu‘alaihiwasallam memerintahkannya.[2]
  2. Jika terkumpul dua mafsadat, hendaknya dipilih yang paling ringan dampaknya. Nabi ṣallallāhu‘alaihiwasallam melarang sahabat untuk memutus kencing si Arab Badui karena dapat membahayakan dirinya dan berpeluang mengotori tempat lain. Nabi pun mengarahkan untuh tidak dihardik. Ini karena keindahan akhlak dan pengajaran beliau ṣallallāhu‘alaihiwasallam, serta kelembutan beliau ṣallallāhu‘alaihiwasallam kepada para sahabat. Kemudian itu semua beliau sempurnakan dengan memberi ajaran yang baik dengan mengatakan kepada si Arab Badui setelah ia selesai kencing, “Masjid-masjid ini tidak pantas untuk digunakan kencing dan kotor. Masjid hanya digunakan untuk zikir, salat, dan membaca al-Qur’an.”
Baca juga:  PEREMPUAN HAID TIDAK BOLEH MEMBACA AL-QUR’AN

 

 


Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab Mūjaz al-Kalām ‘ala ‘Umdah al-Ahkām karya Dr. Manṣūr bin Muḥammad Al-Ṣaq’ūb hafiahullāh.

[2] Majmū’ Al-Fatāwā karya Ibn Taimiah (21/74) dan al-Furū’ karya Ibn Mufliḥ (1/318).

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments