عن عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود رضي الله عنه قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: «الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا»، قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «بِرُّ الْوَالِدَيْنِ»، قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ» قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
1/5970. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata, “Saya bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Amalan apakah yang paling dicintai Allah?’ Beliau bersabda, ‘Salat tepat pada waktunya.’ Dia bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Dia bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Berjuang di jalan Allah.'” Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata, “Nabi shallallahu alaihi wasallam telah menyampaikan semuanya kepadaku, sekiranya aku menambah (pertanyaanku), niscaya beliau pun akan menambahkan (jawabannya) kepadaku.”
Faedah dan Kesimpulan:
- Disyariatkan bertanya tentang amalan yang paling dicintai oleh Allah azza wajalla;
- Pentingnya mengetahui fikih prioritas;
- Amalan salih di sisi Allah subhanahu wa ta’ala bertingkat-tingkat kedudukannya;
- Seorang muslim hendaknya memiliki himmah ‘aliyah (obsesi yang tinggi) dalam urusan akhirat sebagaimana yang ditanyakan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu di mana beliau tidak sekadar bertanya amalan yang dicintai oleh Allah azza wajalla namun beliau bertanya tentang amalan yang paling dicintai;
- Keutamaan salat pada waktunya;
- Hak Allah azza wajalla didahulukan dari hak manusia;
- Keutamaan berbakti pada orang tua di mana haknya disebutkan setelah hak Allah azza wajalla;
- Keutamaan jihad fi sabilillah setelah berbakti kepada orang tua selama jihadnya hukumnya sunah atau fardu kifayah;
- Bolehnya bertanya lebih dari satu pertanyaan dalam satu majelis;
- Adab seorang penuntut ilmu kepada gurunya, sebagaimana yang dicontohkan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, di mana walaupun dia semangat untuk terus bertanya namun karena khawatir akan merepotkan gurunya (Rasulullah shallallahu alaihi wasallam) maka niat tersebut beliau urungkan.