SYARAH KITAB ‘UMDAH AL-AHKĀM[1]
HADIS MEMBELAKANGI KIBLAT PADA SAAT BUANG HAJAT
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رضي الله عنهما قَالَ: رَقِيْتُ يَوْماً عَلَى بَيْتِ حَفْصَةَ، فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَقْضِي حَاجَتَهُ مُسْتَقْبِلَ الشَّامَ، مُسْتَدْبِرَ الْكَعْبَةَ. وَفِي رِوَايَةٍ: مُسْتَقْبِلاً بَيْتَ الْمَقْدِسِ
Artinya :
‘Abdullāh bin ‘Umar bin al-Khaṭṭāb raḍiyallāhu ‘anhumā mengatakan, “Suatu hari aku memanjat rumah Ḥafṣah, lalu aku pun melihat Nabi ﷺ sedang membuang hajat. Beliau menghadap ke arah al-Syām, membelakangi Ka’bah.” Di dalam riwayat lain, “Menghadap Baitul Maqdis.”
Daftar Isi:
Takhrij Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhārī dalam kitabnya, al-Ṣahīh; kitab al-Wuḍū’, Bab “Barang Siapa yang Buang Hajat di Bangunan Tertutup”, no. 145, dan Imam Muslim dalam kitabnya, al- Ṣahīh; kitab al-Ṭahārah, Bab “Bersuci”, no. 266.
Syarah dan Faedah yang Terkandung dalam Hadis Ini
- Suatu ketika Ibnu ‘Umar memiliki urusan yang menjadikan beliau harus menaiki bagian atas rumah Ḥafṣah. Saat beliau menoleh, beliau melihat Rasulullah ﷺ sedang buang hajat sambil membelakangi Ka’bah.
- Berdasarkan hadis ini, jumhur ulama mengambil kesimpulan yaitu diperbolehkannya menghadap dan membelakangi Ka’bah bagi orang yang buang hajat di dalam bangunan.
- Pendapat lain di kalangan ulama mengatakan bahwa pengharaman berlaku di dalam bangunan sama seperti di luarnya. Adapun hadis ini, masih memilki banyak tafsiran seperti adanya uzur yang menjadikan Nabi berlaku demikian, apalagi beliau sengaja melakukannya secara sembunyi-sembunyi dan beliau melarang seluruh umat untuk menghadap atau membelakangi kiblat. Mungkin juga kejadian ini terjadi sebelum adanya larangan. Dalil yang multitafsir seperti ini tidak bisa dijadikan pegangan.
- Meskipun terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait hukum buang hajat dengan menghadap kiblat, baik di tempat terbuka maupun tempat tertutup, hendaknya kita menghindari menghadap kiblat dan membelakanginya ketika di dalam bangunan. Jika ada orang yang hendak membangun rumah, hendaknya memperhatikan arah toilet dan kiblat. Bila ada yang mendapati arah toilet searah dengan kiblat, hendaknya menyerong saat menggunakannya sebagai bentuk pengagungan terhadap Ka’bah. Wallāhu a’lam.
Footnote:
[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab “Mūjaz al-Kalām ‘ala ‘Umdah al-Aḥkām” karya Dr. Manṣūr bin Muhammad al-Ṣaq’ūb hafiẓahullāh.