Daftar Isi:
KITAB AL-MUWAṬṬA’ KARYA IMAM MĀLIK
Al-Muwaṭṭa’ adalah salah satu kitab yang tersusun berdasarkan bab-bab fikih akan tetapi ia berbeda dari kitab-kitab al-Sunan lainnya dari segi terdapatnya hadis-hadis yang marfuk, maukuf dan maqṭū’(1).
Imam Mālik memiliki nama lengkap yaitu Mālik bin Anas bin Mālik bin Abī Amir bin ‘Amr bin Hāriṡ, Abū Abdillāh al-Madanī, Syekh al-Islām dan Imam Dār al-Hijrah.
Dalam kitab al-Muwaṭṭa’ terdapat sebagian besar riwayat yang derajatnya sahih dan sebagian kecil yang derajatnya lemah, juga terdapat periwayatan jenis “balagāt” (hadis yang diriwayatkan oleh seorang muhaddiṡ dari seseorang yang belum mendengar riwayat darinya, kemudian menggunakan lafaz “balaganī” atau “telah sampai kepadaku” dari si fulan, dan seterusnya). Jenis balagāt ini tidak ditetapkan hukum derajat riwayatnya hingga jelas sanadnya.
Imam Syāfi’ī pernah berkata,
مَا أَعْلَمُ شَيْئًا بَعْدَ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى أَصَحُّ مِنْ مُوَطَّأِ مَالِك
“Sungguh aku tidak mengetahui sebuah buku yang paling sahih setelah Al-Qur’an selain Muwaṭṭa‘ Imam Mālik.”
Akan tetapi, ucapan beliau ini keluar sebelum adanya kitab al-Ṣaḥīḥain (Ṣaḥīḥ Bukhārī dan Ṣaḥīḥ Muslim) karena umat telah bersepakat bahwa buku yang paling sahih setelah Al-Qur’an adalah kitab sahih karya Imam Bukhārī dan Imam Muslim.
Di dalam kitab Muwaṭṭa’ terdapat perkataan-perkataan dan pandangan-pandangan hukum Imam Mālik yang ia pegang teguh. Semoga kasih sayang Allah yang luas senantiasa terlimpahkan kepada beliau dan mendapatkan balasan terbaik atas sumbangsihnya untuk kaum muslimin.
KITAB AL-MUSNAD KARYA IMAM AḤMAD
Kitab al-Musnad adalah kitab yang dihimpun oleh pengarangnya yang disusun berdasarkan sanad-sanad sahabat. Pengarangnya menyebutkan hadis-hadis dimana riwayat-riwayatnya berasal dari sahabat tertentu yang diambil dari musnad sahabat tersebut. Hadis yang lain kemudian diletakkan pada musnad sahabat selanjutnya, dan seterusnya, tanpa melihat tema dari setiap hadisnya.
Kitab Musnad yang paling populer, terlengkap, dan memiliki manfaat yang paling besar ialah Musnad karya Imam Aḥmad bin Muḥammad bin Hanbal.
Disebutkan bahwa dalam kitab beliau itu terdapat kurang lebih empat puluh ribu hadis. Pendapat lain menyebutkan bahwa jumlahnya sekitar tiga puluh ribuan hadis. Tampaknya, pendapat kedua ini yang lebih mendekati pendapat yang benar.
Pendapat kedua dipilih karena naskah musnad Imam Ahmad telah beredar luas dan dicetak, dan menghimpun 27.688 hadis, wallāhu a’lam biṣṣawāb.
Dalam kitab ini, terdapat hadis-hadis yang derajatnya sahih, hasan, lemah, bahkan ada beberapa yang palsu, tetapi jumlahnya sangatlah sedikit. Hal ini menyelisihi apa yang disangkakan oleh sebagian orang yang mengatakan tidak ada sama sekali hadis palsu di dalamnya. Oleh karenanya, kitab ini merupakan salah satu dari kitab-kitab hadis yang harus atau perlu dikaji oleh penuntut ilmu.
Imam Aḥmad menyusun kitab Musnad-nya dengan mendahulukan musnad-musnad dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, diawali dengan Abū Bakar al-Ṣiddīq, kemudian ‘Umar, lalu Uṡmān, Ālī dan sahabat yang lain dari sepuluh sahabat tersebut, semoga Allah meridai mereka semua.
Setelah itu, Imam Aḥmad kemudian menyebutkan hadis-hadis ‘Abdurraḥmān bin Abī Bakar, kemudian tiga hadis untuk tiga sahabat lain, kemudian musnad-musnad ahli bait. Ia menyebutkan hadis-hadis mereka, dan seterusnya. Inilah yang dilakukan oleh beliau hingga sampai kepada hadis Syaddād bin al-Hād, semoga Allah meridai mereka semua(2).
Semoga Allah memberikan balasan terbaik untuk penulis (Imam Aḥmad) atas sumbangsihnya bagi kaum muslimin. Āmīn yā rabb al-‘ālamīn.
Walḥamdulillāhi rabbil-‘ālamīn.
Footnote:
(1) Lihat: Uṣūl al-Takhrīj, hal. 199, dengan sedikit perubahan.
(2) Lihat: Uṣūl al-Takhrīj, hal. 43.
