Daftar Isi:
HADIS PERTAMA:
Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Ṣaḥīḥ-nya (no. 881),
وحَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى، أَخْبَرَنَا خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، عَنْ سُهَيْلٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمُ الْجُمُعَةَ فَلْيُصَلِّ بَعْدَهَا أَرْبَعًا
“Telah menceritakan kepada kami Yaḥya bin Yaḥya, telah mengabarkan kepada kami Khālid bin Abdullāh, dari Suhail, dari bapaknya, dari Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda, ‘Jika salah seorang dari kalian telah menunaikan salat Jumat, maka hendaklah ia salat empat rakaat setelahnya’.” (H.R. Muslim, no. 881)
Imam Muslim meriwayatkan lagi,
وحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَعَمْرٌو النَّاقِدُ، قَالَا: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ إِدْرِيسَ، عَنْ سُهَيْلٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا صَلَّيْتُمْ بَعْدَ الْجُمُعَةِ فَصَلُّوا أَرْبَعًا
زَادَ عَمْرٌو فِي رِوَايَتِهِ: قَالَ ابْنُ إِدْرِيسَ: قَالَ سُهَيْلٌ: فَإِنْ عَجِلَ بِكَ شَيْءٌ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ فِي الْمَسْجِدِ، وَرَكْعَتَيْنِ إِذَا رَجَعْتَ
Telah menceritakan kepada kami Abū Bakar bin Abū Syaibah dan Amrū al-Nāqid, keduanya berkata, “Telah menceritakan kepada kami, Abdullāh bin Idrīs, dari Suhail, dari bapaknya, dari Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata, ‘Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda’, ‘Jika kalian ingin salat (sunah) setelah menunaikan salat Jumat, maka salatlah empat rakaat’.”
Amrū menambahkan di dalam riwayatnya, Ibnu Idris berkata, “Suhail berkata, ‘Jika kamu terburu-buru (karena suatu keperluan), maka salatlah dua rakaat di masjid dan dua rakaat di rumah’.”
Dalam riwayat berikutnya, Imam Muslim mengatakan,
وحَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، ح وحَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ، وَأَبُو كُرَيْبٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ سُفْيَانَ، كِلَاهُمَا عَنْ سُهَيْلٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُصَلِّيًا بَعْدَ الْجُمُعَةِ فَلْيُصَلِّ أَرْبَعًا
“Telah menceritakan kepadaku, Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami, Jarir -dalam jalur lain- Imam Muslim telah menceritakan kepada kami, Amrū al-Nāqid dan Abu Kuraib keduanya berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami, Waki’, dari Sufyan, keduanya dari Suhail, dari bapaknya, dari Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata, ‘Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda’, ‘Barangsiapa di antara kalian yang ingin menunaikan salat setelah salat Jumat, maka hendaklah ia salat empat rakaat’.”
FIKIH DAN FAEDAH HADIS:
- Perintah melaksanakan salat sunah setelah Jumat sebanyak empat rakaat.
- Suhail bin Abū Ṣālih menganjurkan bagi yang tidak sempat mengerjakan salat sunah empat rakaat di masjid, dia mengerjakan dua rakaat di masjid lalu dua rakaat berikutnya nanti setelah pulang ke rumah. Dalam sunan Abu Daud (no. 1131) disebutkan bahwa anjuran ini datang dari bapak beliau, Abū Ṣālih Dzakwan al-Samman.
HADIS KEDUA:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي قَبْلَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ وَبَعْدَهَا رَكْعَتَيْنِ، وَبَعْدَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ، فِي بَيْتِهِ، وَبَعْدَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ، وَكَانَ لَا يُصَلِّي بَعْدَ الْجُمُعَةِ حَتَّى يَنْصَرِفَ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ
Dari Abdullah bin Umar raḍiyallāhu ‘anhuma, bahwa Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam biasa melaksanakan dua rakaat sebelum Zuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat setelah Magrib di rumahnya, dan dua rakaat sesudah Isya. Beliau tidak mengerjakan salat setelah Jumat hingga beliau pulang, lalu salat dua rakaat. (H.R. Bukhari, no. 937 dan Muslim, no. 729 dan 882. Lafaz hadis ini sesuai redaksi hadis periwayatan Bukhari)
HADIS KETIGA:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْجُمُعَةِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ
Dari Abdullah bin Umar raḍiyallāhu ‘anhumā berkata, “Aku pernah salat bersama Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam dua rakaat sebelum salat Zuhur, dua rakaat sesudah salat Zuhur, dua rakaat sesudah salat Jumat, dua raka’at sesudah shalat Maghrib dan dua rakaat sesudah salat Isya.” (H.R. Bukhari, no. 1165 dan Muslim, no. 729 dan 882. Lafaz hadis ini sesuai redaksi hadis periwayatan Bukhari)
HADIS KEEMPAT:
عَنْ ابن عمر رضي الله عنهما: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي بَعْدَ الْجُمُعَةِ رَكْعَتَيْنِ
Dari Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhumā, bahwa Nabi ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam biasanya salat dua rakaat setelah salat Jumat. (H.R. Bukhari, no. 1165 dan Muslim, no. 882. Hadis ini sesuai redaksi periwayatan Muslim)
HADIS KELIMA:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما، أَنَّهُ وَصَفَ تَطَوُّعَ صَلَاةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: فَكَانَ لَا يُصَلِّي بَعْدَ الْجُمُعَةِ حَتَّى يَنْصَرِفَ، فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ فِي بَيْتِهِ
Dari Abdullah bin Umar raḍiyallāhu ‘anhumā bahwa ia menyifati salat taṭawwu’ Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam, ia berkata, “Biasanya beliau tidak salat setelah salat Jumat hingga beliau pulang, kemudian beliau baru salat dua rakaat di rumahnya.” (H.R. Bukhari, no. 937 dan Muslim, no. 882. Hadis ini sesuai redaksi periwayatan Muslim)
FIKIH DAN FAEDAH KEEMPAT HADIS:
- Penjelasan salat-salat sunah rawatib yang rutin dikerjakan oleh Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam.
- Perhatian Abdullāh bin ‘Umar raḍiyallāhu ‘anhumā dalam mempelajari, mengikuti dan menyifatkan salat sunah Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam.
- Salat sunah rawatib ini ada yang dikerjakan sebelum salat wajib dan ada yang dikerjakan setelah salat wajib.
- Salat sunah setelah Magrib dan setelah salat Jumat lebih ditekankan dikerjakan di rumah.
- Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam mengerjakan salat sunah setelah Jumat sebanyak dua rakaat di rumah.
HADIS KEENAM:
عَنْ نَافِعٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بن عمر رضي الله عنهما، أَنَّهُ كَانَ إِذَا صَلَّى الْجُمُعَةَ انْصَرَفَ، فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ فِي بَيْتِهِ، ثُمَّ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ ذَلِكَ
Dari Nāfi’, dari Abdullāh bin ‘Umar raḍiyallāhu ‘anhumā, bahwasanya bila ia telah menunaikan salat Jumat, ia lalu pulang dan salat dua rakaat di rumahnya. Kemudian ia (Ibnu Umar) berkata, “Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam biasa melakukan amalan tersebut.” (H.R. Muslim, no. 882)
HADIS KETUJUH:
عَنْ نَافِعٍ قَالَ: كَانَ ابْنُ عُمَرَ يُطِيلُ الصَّلَاةَ قَبْلَ الْجُمُعَةِ، وَيُصَلِّي بَعْدَهَا رَكْعَتَيْنِ فِي بَيْتِهِ، وَيُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ
Dari Nāfi’, dia berkata, “Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhumā biasa memanjangkan salatnya sebelum (salat) Jumat, dan salat (sunah) setelahnya dua rakaat di rumahnya, dia mengatakan bahwa Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam juga melakukan yang demikian itu (dua rakaat setelah Jumat di rumahnya).” (H.R. Abu Daud, no. 1128, Tirmidzi, no. 522, Nasai, no. 1429 dan Ibnu Majah, no. 1130. Lafaz hadis ini sesuai redaksi periwayatan Abu Daud).
FIKIH DAN FAEDAH HADIS-6 DAN HADIS-7:
- Perhatian Nāfi’ dalam menukil sunah yang dicontohkan dan diajarkan oleh Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhumā dari Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam.
- Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhumā melaksanakan salat sunah setelah Jumat sebanyak dua rakaat di rumahnya.
- Keutamaan sujud dalam salat, terkadang pelaksanaan salat yang lengkap diwakilkan dengan ungkapan sujud.
- Konsistensi Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhumā dalam mengikuti sunah Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam.
- Sepatutnya seorang alim senantiasa menjelaskan dan mengarahkan muridnya untuk mengikuti contoh sunah dari Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam.
- Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhumā memperpanjang salat sunah sebelum salat Jumat, salat yang dimaksudkan di sini adalah salat sunah menanti kehadiran imam untuk berkhotbah dan bukan salat sunah rawatib sebelum Jumat.(1)
HADIS KEDELAPAN:
عَنْ عَطَاءٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ: كَانَ إِذَا كَانَ بِمَكَّةَ فَصَلَّى الْجُمُعَةَ تَقَدَّمَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ تَقَدَّمَ فَصَلَّى أَرْبَعًا، وَإِذَا كَانَ بِالْمَدِينَةِ صَلَّى الْجُمُعَةَ ثُمَّ رَجَعَ إِلَى بَيْتِهِ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، وَلَمْ يُصَلِّ فِي الْمَسْجِدِ، فَقِيلَ لَهُ فَقَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُ ذَلِكَ
Dari Aṭā` bin Abī Rabāh, dari Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhumā, dia berkata, “Apabila di Makkah, dia (Ibnu Umar) mengerjakan salat Jumat, lalu maju kemudian dia mengerjakan salat (sunah) dua rakaat, sesudah itu beliau maju kembali dan mengerjakan salat empat rakaat, apabila di Madinah, dia salat Jumat kemudian pulang ke rumahnya lalu salat dua rakaat, dan tidak salat di masjid, lalu di beritahukan kepadanya, maka dia menjawab, ‘Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam juga melakukan hal itu’.” (H.R. Abu Daud, no. 1130)
FIKIH DAN FAEDAH HADIS:
- Penjelasan tentang sifat salat sunah Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhumā setelah Jumat di Makkah dan Madinah.
- Abdullah bin Umar raḍiyallāhu ‘anhumā melaksanakan salat sunah setelah Jumat di masjid Makkah sebanyak enam rakaat dan ketika di Madinah beliau melaksanakannya di rumah sebanyak dua rakaat.
- Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhumā senantiasa menisbatkan perbuatan yang beliau lakukan kepada Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam dan hal ini menunjukkan keteguhan beliau dalam menghidupkan sunah.
- Imam al-‘Irāqi berkata, “Tampaknya hal yang marfuk (penisbatannya sampai kepada Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam) hanyalah bagian akhir dari riwayat di atas yaitu apa yang dilakukan oleh Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhumā ketika di Madinah dan tidak termasuk apa yang beliau lakukan di Makkah. Kesimpulan ini diambil karena tidak ada riwayat yang valid menunjukkan bahwa Nabi ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah salat Jumat di Makkah…”(2)
- Imam al-‘Irāqi juga telah menyebutkan beberapa hikmah mengapa Ibnu Umar ketika selesai salat Jumat di Makkah tidak langsung pulang ke kediamannya untuk salat sunah sebagaimana ketika di Madinah? Di antaranya, boleh jadi Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhumā ingin melaksanakan tawaf setelah salat sunah dan hal itu tentu saja berat beliau lakukan kalau harus pulang dulu ke kediamannya untuk melaksanakan salat Jumat. Boleh jadi pula Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhumā memandang salat sunah di masjid haram Makkah dilipatgandakan pahalanya berbeda dengan tempat lain karena itu beliau memilih melaksanakan salat sunah setelah Jumat di masjid. Kemungkinan lainnya, Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhumā memiliki hajat di masjid haram seperti pertemuan dengan seseorang atau lainnya sehingga beliau salat sunah setelah Jumat di masjid dan tidak balik ke kediamannya, wallāhu a’lam.(3)
PENDAPAT ULAMA TENTANG JUMLAH RAKAAT SALAT SUNAH RAWATIB SETELAH JUMAT:
Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah rakaat salat sunah setelah Jumat. Paling tidak ada empat pendapat yang paling terkenal.
Pendapat Pertama, salat sunah setelah Jumat jumlahnya empat rakaat. Ini adalah pendapat sebagian kaum salaf seperti Abdullāh bin Mas’ūd raḍiyallāhu ‘anhu, Sufyān al-Tsaurī, Abdullāh bin Mubārak(4), al-Hasan bin Hay(5), juga pendapat mazhab Hanafi(6), mazhab Syafii(7), serta pendapat yang dipilih oleh Ibnu al-Munżir(8) dan al-Ṣan’ānī(9).
Dalil yang dikemukakan oleh pendapat pertama adalah hadis pertama di atas, dimana riwayat-riwayat hadis tersebut menyebutkan perintah Nabi Muhammad ṣallalāhu alayhi wa sallam bagi yang selesai salat Jumat untuk melaksanakan salat sunah sebanyak empat. Perintah ini menunjukkan bahwa empat rakaat lebih afdal dari pada dua rakaat(10).
Pendapat Kedua, boleh memilih antara dua rakaat atau empat rakaat. Pendapat ini dikatakan oleh Imam Ahmad(11) dan dipilih oleh Ibnu Bāz(12) dan al-Albānī(13).
Dalil yang digunakan adalah penggabungan antara hadis pertama yang menunjukkan perintah untuk salat empat rakaat dan hadis-hadis lain yang dikabarkan oleh Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhumā bahwa Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam melaksanakan salat sunah setelah Jumat sebanyak dua rakaat. Perbedaan hadis pertama dan hadis-hadis lainnya yang semuanya sahih menunjukkan bahwa kedua-keduanya disunahkan baik itu empat rakaat ataupun dua rakaat.
Pendapat Ketiga, salat sunat setelah Jumat jumlahnya enam rakaat. Pendapat ini disebutkan oleh Alī bin Abī Ṭālib(14) raḍiyallāhu ‘anhu dan riwayat dari Imam Ahmad(15).
Dalil yang digunakan adalah hadis kedelapan di atas dan juga penggabungan antara hadis yang memerintahkan salat sunah sesudah Jumat sebanyak empat rakaat dan apa yang dicontohkan oleh Nabi ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam melaksanakannya sebanyak dua rakaat.
Pendapat Keempat, apabila salat di masjid maka dikerjakan sebanyak empat rakaat dan apabila di rumah dikerjakan sebanyak dua rakaat. Pendapat ini dikemukakan oleh Isḥāq bin Raḥuyah(16), dipilih oleh Ibnu Taimiyah(17), dan Ibnu al-Qayyim(18) serta difatwakan oleh Komisi Tetap Fatwa dan Riset Kerajaan Saudi Arabia(19).
Dalil yang digunakan adalah hadis-hadis Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhumā yang menunjukkan bahwa salat sunat setelah Jumat dikerjakaan di rumah sebanyak dua rakaat. Oleh karena itu, perintah mengerjakan salat sunah setelah Jumat sebanyak empat rakaat yang disebutkan dalam hadis Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu dibawa kepada makna ketika dilaksanakan di rumah.
Wallāhu a’lā wa a’lam wa huwa waliyyu al-taufīq.
Footnote:
(1) Lihat: Al-Manhal al-‘Ażbu al-Maurūd Syarḥu Sunan Abi Daud (6/299), al-Baḥru al-Muhīṭ al-Tsajjāj Syarḥu Ṣaḥīḥ Muslim bin al-Hajjāj (17/393) dan tulisan sebelumnya dengan link berikut: https://markazsunnah.com/hadis-hadis-salat-sunah-sebelum-jumat/#KETIGA_APAKAH_ADA_SALAT_SUNAH_RAWATIB_SEBELUM_SALAT_JUMAT
(2) Ṭarhu al-Taṡrīb fī Syarḥi al-Taqrīb (3/39).
(3) Lihat: Ṭarhu al-Taṡrīb fī Syarḥi al-Taqrīb (3/39).
(4) Lihat: Sunan al-Tirmidzi (2/401).
(5) Lihat: al-Tamhīd karya Ibnu Abdilbār (14/172).
(6) Lihat: al-‘Ināyah Syarḥu al-Hidāyah karya Akmaluddīn al-Babarti (2/395) dan Durar al-Hukkām Syarḥu Gurar al-Ahkām (1/115).
(7) Menurut mazhab Syafii disunahkan salat sunah setelah Jumat sebanyak empat rakaat, dua rakaat di antaranya hukumnya muakadah, lihat: al-Majmū’ karya al-Nawawī (4/9 dan 592) dan Nihāyah al-Muhtaj karya al-Ramli (2/111).
(8) Lihat: Al-Iqnā’ (1/107).
(9) Lihat: Subul al-Salām (2/53).
(10) Lihat: Subul-al-Salām (2/53).
(11) Lihat: Fatḥu al-Bārī karya Ibnu Rajab al-Hambali (8/322) dan Al-Inṣāf fī Ma’rifah al-Rajih min al-Khilāf karya al-Mardawi (2/405).
(12) Lihat: Majmū’ Fatāwa Ibn Bāz (12/387).
(13) Lihat: Tamām al-Minnah (hal. 341).
(14) Lihat: Sunan al-Tirmidzi (2/401).
(15) Lihat: Fatḥu al-Bārī karya Ibnu Rajab (8/323).
(16) Lihat: Sunan al-Tirmidzī (2/401) dan Fathu al-Bari karya Ibnu Rajab (8/323).
(17) Lihat: Al-Mustadrak alā Majmū’ al-Fatāwa (3/129).
(18) Lihat: Zād al-Ma’ād (1/440).
(19) Lihat: Fatawa al-Lajnah al-Dā’imah, vol. II (6/131).