MAKAN DENGAN LIDAH

465
MAKAN DENGAN LIDAH
MAKAN DENGAN LIDAH
Perkiraan waktu baca: 2 menit

وَيَجْعَلُونَ لِلَّهِ مَا يَكْرَهُونَ وَتَصِفُ أَلْسِنَتُهُمُ الْكَذِبَ أَنَّ لَهُمُ الْحُسْنَى لَا جَرَمَ أَنَّ لَهُمُ النَّارَ وَأَنَّهُمْ مُفْرَطُونَ

“Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya, dan lidah mereka mengucapkan kebohongan, bahwa sesungguhnya segala yang baik-baik untuk mereka. Tidaklah diragukan bahwa nerakalah bagi mereka, dan sesungguhnya mereka akan segera dimasukkan ke dalamnya.” (QS. An-Nahl: 62)

كَانَ لِعُمَرَ بْنِ سَعْدٍ إِلَى أَبِيهِ حَاجَةٌ، فَقَدَّمَ بَيْنَ يَدَيْ حَاجَتِهِ كَلامًا مِمَّا يُحَدِّثُ النَّاسُ يُوصِلُونَ لَمْ يَكُنْ يَسْمَعُهُ، فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ: يَا بُنَيَّ قَدْ فَرَغْتَ مِنْ كَلامِكَ ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: مَا كُنْتَ مِنْ حَاجَتِكَ أَبْعَدَ، وَلا كُنْتُ فِيكَ أَزْهَدَ مِنِّي مُنْذُ سَمِعْتُ كَلامَكَ هَذَا، سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: سَيَكُونُ قَوْمٌ يَأْكُلُونَ بِأَلْسِنَتِهِمْ كَمَا تَأْكُلُ الْبَقَرَ مِنَ الأَرْضِ

Suatu ketika ‘Umar bin Sa’ad mempunyai keperluan dengan ayahnya, Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu. Ia kemudian menyampaikannya kepada sang ayah dengan mengucapkan syair yang berisi pujian serta sanjungan yang biasa dilakukan orang untuk mendapatkan keinginannya. Sa’ad bin Abi Waqqash sendiri belum pernah mendengarkan syair-syair tersebut. Karena itu, setelah anaknya selesai berbicara, Sa’ad bertanya, “Anakku, apakah kamu sudah selesai berbicara?” ‘Umar menjawab, “Ya, sudah.” Sa’ad pun berkata, “Engkau tidak terlalu jauh dari apa yang engkau perlukan, dan aku sendiri tidak lebih zuhud kepadamu sejak aku mendengar apa yang engkau ucapkan tadi. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Akan datang suatu kaum yang mencari makan dengan lidah mereka sebagaimana seekor sapi makan dari tanah.’”[1]

⁕⁕⁕

Tak seorang pun dari makhluk Allah yang mengetahui kapankah terjadinya hari kiamat, bahkan manusia termulia sekalipun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga tidak mengetahuinya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

Baca juga:  URGENSI KEIKHLASAN

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا. فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا. إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا. إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرُ مَنْ يَخْشَاهَا. كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا

“(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kiamat, kapankah terjadinya? Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan waktunya? Kepada Tuhanmulah dikembalikan ketentuan waktunya. Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepada hari kiamat. Pada hari mereka melihat hari kiamat itu, mereka merasa seakan-akan mereka tidak tinggal di dunia melainkan sebentar saja di waktu sore atau pagi hari.”[2]

Benar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tak mengetahui waktu terjadinya kiamat. Namun, bukan berarti kita tidak percaya terhadap berita yang beliau kabarkan tentang tanda-tanda dekatnya hari tersebut.

Akhir zaman adalah masa fitnah dan bencana yang sangat dahsyat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan banyak berita dan tanda-tandanya. Orang-orang yang baik akan berkurang dan orang yang jahat terus menyebar dan beranak pinak, apa yang haram dihalalkan, sedang yang halal diperdebatkan, pelacuran merebak, minuman keras ditenggak, amanah disia-siakan, kesaksian palsu jadi lumrah, kebenaran dibatilkan, dan kebatilan dibenarkan, hingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ، إِلَّا عَلَى شِرَارِ النَّاسِ

“Hari kiamat tidak akan terjadi kecuali kepada orang-orang yang jahat/buruk.”[3]

Salah satu ciri orang yang buruk tersebut adalah kemunculan suatu kaum yang mencari makan dengan lidah mereka sebagaimana seekor sapi makan dari tanah. Hal ini adalah salah satu tanda dekatnya hari kiamat berdasarkan riwayat yang disebutkan oleh al-Baidhawi rahimahullah dalam Tuhfatul Abrar (3/234).

Al-Thibi rahimahullah menjelaskan bahwa hadis di atas menyebutkan permisalan yang sering disaksikan oleh manusia tentang keadaan seekor sapi agar makna yang hendak disampaikan lebih kuat dan tersimpan dalam memori seseorang. Mengapa seekor sapi? Karena seluruh hewan ternak makan dari rerumputan dengan menggunakan gigi mereka, sedangkan sapi adalah satu-satunya hewan ternak yang makan dengan lidah mereka. Karenanya, terdapat dua makna yang disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam perihal kaum yang mencari makan dengan lidah mereka.

Baca juga:  DZIKRULLAH, PILIHAN HIDUP ATAU MATI

Pertama, seseorang yang tidak mengetahui adanya jalan kebaikan dalam mencari rezeki Allah subhanahu wa ta’ala sehingga ia hanya mencarinya dengan jalan berdusta, kesaksian palsu, menjilat, dan yang semisalnya, sebagaimana seekor sapi tidak mengetahui bagaimana cara makan kecuali dengan lidah yang biasa mereka pergunakan.

Kedua, seseorang yang tidak bisa membedakan mana rezeki yang halal atau haram, baik atau buruk, sebagaimana seekor sapi tidak dapat membedakan antara rumput atau duri, manis atau pahit, semuanya dilahap sekaligus dengan lidahnya.[4] Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ

“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram.”[5]

 


Footnote:

[1] HR. Ahmad 1517, disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam Shahih Jami’ Shagir nomor 3670.

[2] QS. al-Nazi’at ayat 42-46.

[3] HR. Muslim nomor 2949.

[4] Syarah al-Misykat 10/3106.

[5] QS. al-Maidah ayat 42.

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments