HUKUM SALAT JUMAT JIKA BERTEPATAN DENGAN HARI ID

521
HUKUM SALAT JUMAT JIKA BERTEPATAN DENGAN HARI ID
HUKUM SALAT JUMAT JIKA BERTEPATAN DENGAN HARI ID
Perkiraan waktu baca: 5 menit

Daftar Isi:

Hadis Pertama:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: قَدِ اجْتَمَعَ فِي يَوْمِكُمْ هَذَا عِيدَانِ، فَمَنْ شَاءَ أَجْزَأَهُ مِنَ الْجُمُعَةِ، وَإِنَّا مُجَمِّعُونَ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda, “Pada hari ini telah berkumpul bagi kalian dua hari raya, barang siapa yang ingin, salat hari raya ini sudah mencukupi salat Jumatnya, namun kami akan tetap melaksanakan salat Jumat.”

Takhrij Hadis:

Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kitabnya Sunan Abi Daud; Kitab al-Shalah, Bab “Jika Hari Jumat Bertepatan dengan Hari Id”, no. 1073 dan Ibnu Majah dalam kitabnya Sunan Ibn Majah; Kitab Iqamah al-Shalah wa al-Sunnah Fiha, Bab “Ketika Dua Hari Raya Berkumpul pada Satu Hari”, no. 1311 dengan dua sanad; pertama adalah musnad Abu Hurairah radhiyallahu anhu sebagaimana periwayatan Abu Daud dan kedua adalah musnad Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma. Hadis ini dinyatakan sahih oleh al-Albani(1) dan Syuaib al-Arnauth.(2)

Fikih dan Faedah Hadis:

  1. Berkumpulnya hari Id dan hari Jumat telah terjadi pada zaman Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
  2. Hari Jumat termasuk hari raya kaum muslimin yang datang setiap pekan.
  3. Sebagian ulama menjadikan hadis ini dan semisalnya sebagai dalil tentang kewajiban salat Id karena tidak mungkin kewajiban salat Jumat dapat digugurkan kecuali oleh salat yang juga hukumnya wajib.(3)
  4. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tetap melaksanakan salat Jumat di hari raya dan ini menjadi salah satu dalil dalam mazhab Hambali bahwa kewajiban salat Jumat gugur bagi yang sudah melaksanakan salat Id kecuali imam.(4)
  5. Hadis ini menunjukkan salat Jumat sebagai rukhsah dan hukumnya tidak wajib lagi bagi yang telah melaksanakan salat Id. Masalah ini telah diperselisihkan oleh ulama kita, paling tidak ada tiga pendapat yang terkenal:

Pendapat Pertama: Salat Jumat tetap wajib dan kewajibannya tidak gugur. Ini adalah pendapat jumhur ulama, di antaranya mazhab Hanafi, Maliki, Ibnu Hazm al-Zhahiri dan mayoritas fukaha.(5) Dalil yang digunakan oleh mereka di antaranya adalah keumuman dalil yang memerintahkan salat Jumat. Mereka juga mengatakan bahwa salat Jumat hukumnya wajib. Adapun salat Id hukumnya sunah.  Oleh karena itu, tidak mungkin sesuatu yang sunah menggugurkan sesuatu yang wajib.

Pendapat Kedua: Salat Jumat tetap wajib bagi yang tinggal di daerah perkotaan dan gugur kewajibannya bagi yang di luar kota. Ini adalah pendapat khalifah Usman bin Affan radhiyallahu anhu dan Umar bin Abdulaziz rahimahullah, juga pendapat yang dipilih dalam mazhab Syafii.(6) Dalil yang digunakan oleh mereka adalah atsar sahih dari khalifah Usman bin Affan radhiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.(7)

Baca juga:  BERHEMAT MENGGUNAKAN AIR KETIKA BERWUDU

Pendapat Ketiga: Kewajiban salat Jumat gugur bagi yang telah menghadiri salat Id, namun bagi imam tetap melaksanakannya kecuali jika tidak ada jemaah yang hadir. Ini adalah pendapat mazhab Hambali, juga pandangan yang dinisbahkan kepada banyak ulama salaf seperti Umar bin Khaththab, Ali bin Abu Thalib, Said, Ibnu Umar, Ibnu Abbas dan Abdullah bin Zubair, Sya’bi, Nakhai dan Auza’i. Pendapat ini juga dipilih oleh Syekh al-Islam Ibnu Taimiyah dan beberapa ulama kontemporer di antaranya Ibnu Baz dan Ibn Utsaimin.(8)

Dalil yang digunakan oleh pendapat ketiga ini adalah hadis yang pertama dan kedua (atsar Ibnu Zubair) dalam pembahasan artikel ini yang secara gamblang menunjukkan tidak wajibnya salat Jumat bagi yang sudah melaksanakan salat Id. Mereka juga berdalilkan dengan riwayat Iyas bin Abu Ramlah al-Syami,  dia berkata, “Aku pernah melihat Muawiyah bin Abu Sufyan bertanya kepada Zaid bin Arqam, ‘Apakah kamu pernah melakukan dua hari raya bertepatan dalam satu hari ketika bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam’? Jawabnya, ‘Ya’. Mu’awiyah bertanya, ‘Bagaimana beliau mengerjakan salat tersebut’? Zaid bin Arqam menjawab, ‘Beliau mengerjakan salat Id dan memberi keringanan pada waktu salat Jumat, lalu beliau bersabda, ‘Barangsiapa ingin mengerjakan (salat Jumat), maka silakan mengerjakan salat (Jumat).(9)

Hadis Kedua:

عن وَهْب بْن كَيْسَانَ قَالَ: اجْتَمَعَ عِيدَانِ عَلَى عَهْدِ ابْنِ الزُّبَيْرِ فَأَخَّرَ الْخُرُوجَ حَتَّى تَعَالَى النَّهَارُ ثُمَّ خَرَجَ فَخَطَبَ فَأَطَالَ الْخُطْبَةَ ثُمَّ نَزَلَ فَصَلَّى وَلَمْ يُصَلِّ لِلنَّاسِ يَوْمَئِذٍ الْجُمُعَةَ، فَذُكِرَ ذَلِكَ لِابْنِ عَبَّاسٍ فَقَالَ: أَصَابَ السُّنَّةَ

Dari Wahb bin Kaisan dia berkata, “Pada masa Ibnu Zubair radhiyallahu anhuma, pernah terjadi dua hari raya berkumpul (hari raya dan  Jumat) dalam satu hari. Ibnu Zubair mengakhirkan keluar untuk salat Id saat agak siang, lalu ia keluar dan menyampaikan khotbah dengan khotbah yang lama. Kemudian ia turun dan mengerjakan salat. Pada hari itu, ia tidak mengerjakan salat Jumat bersama manusia. Hal tersebut diceritakan kepada Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma lalu beliau berkata, ‘Ibnu Zubair sudah melakukan sesuai dengan sunah’.”

Takhrij Hadis:

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Nasai dalam kitabnya al-Mujtaba atau Sunan al-Nasai; Kitab Shalah al-Idain, Bab “Keringanan Tidak Salat Jumat Bagi yang Sudah Mengerjakan Salat Id”, no. 1592 dan Abu Daud juga meriwayatkan kisah Abdullah bin Zubair dan perkataan Ibnu Abbas ini dalam kitabnya Sunan Abi Daud; Kitab al-Shalah, Bab “Ketika Hari Jumat Bertepatan dengan Hari Id”, no. 1071, namun dari tabiin, Atha’ bin Abi Rabah, kedua riwayat ini dinyatakan sahih oleh al-Albani.(10)

Baca juga:  WUDUNYA ORANG YANG TERUS-MENERUS MENGELUARKAN NAJIS

Fikih dan Faedah Hadis:

  1. Sahabat mulia, Abdullah bin Zubair bin Awwam radhiyallahu anhuma, menjadi khalifah di tahun 64 H hingga tahun 73 H.
  2. Pada saat pemerintahan beliau, pernah terjadi salat Id bertepatan dengan hari Jumat.
  3. Bolehnya menunda pelaksanaan salat Id bukan di awal waktu ketika ada maslahat yang lebih besar.
  4. Abdullah bin Zubair radhiyallahu anhuma termasuk di antara yang berpendapat bolehnya mendahulukan khotbah sebelum salat Id, namun pendapat ini tidak kuat dan menyelisihi jumhur ulama.(11)
  5. Abdullah bin Zubair radhiyallahu anhuma termasuk yang berpendapat bolehnya tidak salat Jumat bagi yang sudah melaksanakan salat Id dan ketika beliau dikonfirmasi terkait masalah ini, beliau menyebutkan bahwa hal seperti itu juga telah dilakukan oleh Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu.(12)
  6. Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma setuju dengan perbuatan Abdullah bin Zubair radhiyallahu anhuma yang mencukupkan diri dengan salat Id dan tidak lagi melaksanakan salat Jumat serta beliau mengatakan bahwa itu sesuai sunah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.(13)
  7. Perlunya merujuk kepada para ulama ketika melihat suatu pengamalan yang kelihatannya baru, agar tidak tergesa-gesa memvonisnya sebagai sesuatu yang bid’ah atau keliru padahal boleh jadi amalan itu merupakan bagian dari sunah yang belum kita ketahui.

 

Hadis Ketiga:

قال أَبُو عُبَيْدٍ مَوْلَى ابْنِ أَزْهَرَ: …ثُمَّ شَهِدْتُ الْعِيدَ مَعَ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ فَكَانَ ذَلِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَصَلَّى قَبْلَ الْخُطْبَةِ ثُمَّ خَطَبَ، فَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ هَذَا يَوْمٌ قَدْ اجْتَمَعَ لَكُمْ فِيهِ عِيدَانِ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْتَظِرَ الْجُمُعَةَ مِنْ أَهْلِ الْعَوَالِي فَلْيَنْتَظِرْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَرْجِعَ فَقَدْ أَذِنْتُ

Dari Abu Ubaid maula Ibnu Azhar berkata, “…Setelah itu aku juga pernah salat Id bersama Usman bin Affan radhiyallahu anhu, waktu itu bertepatan dengan hari Jumat, kemudian dia mengerjakan salat Id sebelum berkhotbah kemudian berkhotbah, katanya, ‘Wahai sekalian manusia, sesungguhnya pada hari ini telah berkumpul dua hari raya kalian, maka siapa di antara kalian dari penduduk luar kota yang hendak menunggu di sini (hingga tiba waktu Jumat), silakan menunggu, namun jika menginginkan pulang sekarang, maka aku telah mengizinkannya pulang’.”

Baca juga:  JIKA TIDAK MAMPU MEMBEDAKAN HAID DAN ISTIHADAH

Takhrij Hadis:

Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitabnya Shahih al-Bukhari; Kitab al-Adhahi, Bab “Daging Udhiyah yang Dimakan dan yang Berbekal Dengannya”, no. 5571.

Fikih dan Faedah Hadis:

  1. Keutamaan tabiin, Abu Ubaid maula Ibn Azhar, yang memiliki nama lengkap Saad bin Ubaid al-Zuhri al-Madani, di mana beliau telah meriwayatkan pengalaman beliau melaksanakan salat Id bersama dengan khalifah Usman bin Affan radhiyallahu anhu dan sebelumnya bersama khalifah Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu serta khalifah setelahnya, Ali bin Abu Thalib radhiyallahu anhu.(14)
  2. Salat Jumat bertepatan dengan hari Id juga telah terjadi pada zaman pemerintahan Usman bin Affan radhiyallahu anhu.
  3. Salat Id dilaksanakan sebelum khotbah.
  4. Seruan pada saat berkhotbah dengan kalimat “yaa ayyuhan naas”.
  5. Hadis ini dijadikan dalil oleh ulama mazhab Syafii bahwa rukhsah meninggalkan salat Jumat bagi yang sudah salat Id terkhusus bagi mereka yang tinggal di luar kota sebagaimana telah diterangkan dalam faedah hadis pertama.

Wallahu a’laa wa a’lam.


Footnote:

(1) Lihat: Shahih al-Jami’ al-Shaghir (2/ 805).

(2) Lihat: Tahkik beliau terhadap Sunan Abi Daud (2/ 299) dan Sunan Ibn Majah (2/ 344).

(3) Lihat: al-Raudhah al-Nadiyyah (1/ 380).

(4) Lihat: Dzakhirah al-‘Uqba (17/ 237).

(5) Lihat: Al-Durr al-Mukhtar (2/ 166), Mukhtahshar Ikhtilaf al-Ulama karya al-Thahawi (1/ 346), Syarhu Mukhtashar Khalil (2/ 92), al-Dzakhirah karya al-Qarafi (2/ 355), al-Mughni (2/ 265), al-Awsath (4/ 334), al-Muhalla (3/ 303) dan al-Tamhid (10/ 277).

(6) Lihat: al-Majmu’ (4/ 491) dan Mughni al-Muhtaj (1/ 278).

(7) Lihat pembahasan hadis ketiga dari tulisan ini.

(8) Lihat: Kasysyaf al-Qina’ (2/ 40), al-Mughni (2/ 265), al-Fatawa al-Kubra (5/ 356), Majmu’ al-Fatawa (24/ 211), Fatawa Nur ala al-Darb (13/ 354) dan Majmu’ Fatawa wa Rasail al-Utsaimin (16/ 171).

(9) H.R. Abu Daud (no. 1070), Nasai (3/ 194), Ibnu Majah (1310) dan disahihkan oleh Albani dalam Sahih Abu Daud (no. 1070).

(10) Lihat: al-Ajwibah al-Nafi’ah an al-ilah Lajnah Masjid al-Jami’ah (hal. 88).

(11) Lihat: Dzakhirah al-‘Uqba fi Syarhi al-Mujtaba (13/ 239).

(12) Diriwayatkan oleh Hakim dalam al-Mustadrak (1/ 435).

(13) Lihat: Dzakhirah al-‘Uqba fi Syarhi al-Mujtaba (13/ 239).

(14) Lihat riwayat ini secara lengkap dalam Shahih Bukhari (no. 5571).

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments