وَعَن عَائِشَة رَضِيَ اللَّهُ عَنْها قَالَت: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَشْرٌ مِن الفِطْرَةِ: قَصُّ الشَّارِبِ، وإِعْفَاءُ اللِّحْيَةِ، والسِّواكُ، واسْتِنْشاقُ المَاءِ، وَقَصُّ الْأَظْفَارِ، وَغَسْلُ البَراجِمِ، ونَتْفُ الْإِبْطِ، وَحَلْقُ العَانَةِ، وانْتِقاصُ المَاءِ. قَالَ مُصعبٌ: ونَسِيتُ العَاشِرَةَ، إِلَّا أَن تَكونُ المَضْمَضَةَ، قَالَ وَكِيعٌ: انْتِقَاصُ الـمَاءِ يَعْنِي: الِاسْتِنْجَاء. رَوَاهُ مُسْلِمٌ، وَذَكَرَ لَهُ النَّسَائِيُّ وَالدَّارَقُطْنِيّ عِلّةً مُؤثِّرَةً. وَمصْعَبٌ: هُوَ ابنُ شيبَةَ مُتَكَلَّمٌ فِيهِ، قَالَ النَّسَائِيُّ: مُنْكَرُ الحَدِيْثِ
Dari Aisyah radhiyallahu anha, dia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Sepuluh bagian dari fitrah: mengunting kumis, memanjangkan janggut, bersiwak, istinsyaq (memasukkan air melalui hidung ketika berwudu), menggunting kuku, membersihkan persendian jari tangan, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, bersuci dengan air (istinja)’.” Mush’ab berkata, “Saya lupa yang kesepuluh, mungkin adalah berkumur-kumur (ketika wudu).” Waki’ berkata, “Istiqaasul maa adalah beristinja.” Hadis ini diriwayatkan Muslim,[1] al-Nasai dan al-Daraquthni menyebutkan bahwa hadis ini memiliki cacat yang cukup berpengaruh. Mush’ab dalam sanad ini adalah Mush’ab bin Syaibah, ke-tsiqah-annya diperselisihkan ulama. Al-Nasai menilai beliau, “Mungkarul hadis.”
Daftar Isi:
Kosa kata hadis:
- Al-fitrah memiliki beberapa makna, antara lain: as-sunnah, yaitu sunnah para Nabi di mana kita diperintahkan untuk berteladan kepada mereka, sebagaimana perintah dalam firman Allah Ta’ala,
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ فَبِهُدٰىهُمُ اقْتَدِهْ
“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” (Surah al-An’am: 90)
Orang yang pertama kali diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk melaksanakan sepuluh hal tersebut adalah Nabi Ibrahim alaihissalam, menurut penjelasan Ibnu Abbas terhadap firman Allah Ta’ala,
۞ وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ۗ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia’. Ibrahim berkata, ‘(Dan saya mohon juga) dari keturunanku’. Allah berfirman, ‘Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim’.” (Surah al-Baqarah: 124)
Ketika Nabi Ibrahim alaihissalam melaksanakan semua perintah tersebut dengan sempurna maka Allah Ta’ala menjadikan beliau imam yang diikuti dan suri teladan bagi semua manusia.
- Menggunting kumis adalah salah satu makna dari memendekkan kumis, karena lafal yang lain “أَحْفُوا الشَوَارِبَ” dapat bermakna mencukur habis kumis.
- I’faaul lihyah (إِعْفَاءُ اللِّحْيَةِ) adalah memanjangkan janggut dan membiarkannya tumbuh. Dimakruhkan mengguntingnya sebagaimana yang dilakukan orang-orang di luar Islam. Sebagaimana penampilan masyarakat Kisra(Majusi), mereka menggunting janggut dan memanjangkan kumis.
- Bersiwak adalah sunah para nabi alaihimussalam, mengantar kepada kebaikan.
Makna hadis:
Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu anha, menjelaskan sepuluh hal yang beliau pelajari dari Rasulullah ﷺ. Kesepuluh perilaku mulia tersebut adalah sunah para Nabi dan Rasul alaihimussalam, barang siapa mengamalkannya maka dia telah menegakkan amalan yang agung dari al-din al-hanif.
Faedah dan istinbat dari hadis:
- Fitrah atau sunnah para nabi alaimussalam mengantar kepada kebaikan dan menjauhkan dari semua keburukan.
- Sepuluh perilaku tersebut adalah perilaku mulia, dicintai dan diperintahkan Allah Ta’ala. Pada dasarnya, setiap insan yang hanif cenderung kepada perilaku mulia tersebut dan mereka yang tabiatnya menyimpang akan berlaku sebaliknya.
- Disyariatkan untuk menjaga dan mempraktikkan semua amalan tersebut secara rutin. Secara khusus ditekankan dalam bab ini adalah bersiwak.
- Semua sunah fitrah tersebut mengandung maslahat duniawi dan ukhrawi, jika diteliti lebih mendalam hal tersebut pasti akan terungkap.
- Adapun perilaku sebagian pemuda atau pemudi yang memanjangkan kuku mereka dan kaum pemuda yang memanjangkan kumisnya adalah tidak dibenarkan oleh syariat. Hal ini karena Islam selalu mengajak kepada perilaku yang mulia dan semua yang dilarang di dalamnya pasti adalah hal yang buruk dan tercela.[2]
- Memperbaiki penampilan dan menjaga kebersihan badan secara umum dan khusus serta senantiasa menjaga kesucian adalah sesuatu yang disyariatkan karena menjadi bentuk upaya tidak tasyabbuh kepada orang di luar Islam.[3]
- Dianjurkan untuk menggunakan kata kiasan untuk mengungkapkan sesuatu yang tabu atau malu diucapkan secara terang-terangan. Kata kiasan tersebut dapat digunakan untuk memahamkan dan menyampaikan maksud dengan jelas. Demikianlah tuntunan dalam Al-Qur’an dan al-Hadits.[4]
Footnote:
[1] H.R. Muslim (261).
[2] Abdullah bin Shalih Al-Bassam. Op. Cit. Jilid. 1, hlm. 59-60.
[3] Ibnu Hajar. Fathul Baari Syarhu Shahihil Bukhari. Jilid. 10, hlm. 339.
[4] Abul Fadhl Zainuddin Al-Iraaqi. Op. Cit. Jilid 2, hlm. 76.