WAJIB MANDI KARENA BERSETUBUH

101
WAJIB MANDI KARENA BERSETUBUH
Perkiraan waktu baca: 2 menit

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِي اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْإِثْنَيْنِ إِلَى قُبَاءٍ، حَتَّى إِذا كُنَّا فِي بَنِي سَالِمٍ وَقَفَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى بَابِ عِتْبَانُ فَصَرَخَ بِهِ، فَخَرَجَ يَجُرُّ إزَارَهُ، فَقَالَ النَّبِيُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((أَعْجَلْنَا الرَّجُلَ))، فَقَالَ عِتْبَانُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرَأَيْتَ الرَّجُلَ يُعْجِلُ عَنْ امْرَأَتِهِ وَلَمْ يُمْنِ مَاذَا عَلَيْهِ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((إِنَّمَا المـَاءُ مِنَ المـَاءِ))، وَفِي لَفْظٍ آخَرُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ، فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ، فَخَرَجَ وَرَأْسُهُ يَقْطُرُ، فَقَالَ: ((لَعَلَّنَا أَعْجَلْنَاكَ؟)) قَالَ: نعم يَا رَسُولَ الله، قَالَ: ((إِذَا أُعْجِلْتَ أَوْ أُقْحِطْتَ فَلَا غُسْلَ عَلَيْكَ، وَعَلَيْكَ الوُضُوءُ)). مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ لَكِنْ لَمْ يَذْكُرِ البُخَارِيُّ قَوْلَهُ: ((إِنَّمَا المـَاءُ مِنَ المـَاءِ))، وَلَا قَالَ: ((فَلَا غُسْلَ عَلَيْكَ))

Dari Abū Sa’īd al-Khudrī raḍiyallāhu ‘anhu, dia berkata, “Saya pernah keluar menuju Qubā’ pada hari Senin bersama Rasulullah ﷺ, hingga ketika kami berada di kampung Banī Sālim,  Rasulullah ﷺ berdiri di depan pintu rumah ‘Itbān dan memanggilnya. Dia keluar sambil menyeret sarungnya, lalu Nabi ﷺ bersabda, ‘Apakah kami telah membuat kamu tergesa-gesa’? ‘Itbān pun bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana hukumnya menurut Anda jika seseorang tergesa-gesa dari dari istrinya dan belum mengeluarkan mani’? Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Sesungguhnya air (mandi janabah) disebabkan karena air (mani yang keluar)’. Pada lafal yang lain disebutkan, ‘Rasulullah ﷺ melewati salah seorang laki-laki dari kaum Anṣar, beliau memanggilnya melalui seorang utusan dan dia keluar dengan sisa air yang menetes dari kepalanya. Beliau bersabda, ‘Apakah kami telah membuat kamu tergesa-gesa’? Dia menjawab, ‘Benar, wahai Rasulullah’. Beliau bersabda, ‘Jika kamu dibuat jadi tergesa-gesa atau tertahan, maka kamu tidak wajib mandi janabah, namun kamu harus berwudu’.” Muttafaqun ‘alaihi[1], tetapi al-Bukhārī tidak mencantumkan lafal, “Sesungguhnya air (mandi janabah) disebabkan karena air (mani yang keluar).” Dan tidak pula lafal, “Kamu tidak wajib mandi janabah.”

Baca juga:  SUCIKAH RAMBUT YANG TELAH DICUKUR?

Daftar Isi:

Kosa kata hadis:

  1. ‘Itbān yang disebutkan dalam hadis adalah ‘Itbān bin Mālik al-Anṣārī al-Khazrajī al-Sālimī al-Badrī.

Dahulu beliau adalah imam salat bagi kaumnya, Banī Sālim. Nabi mempersaudarakan beliau dengan ‘Umar bin al-Khaṭṭāb pada masa awal hijrah.

Beliau wafat pada masa khilafah Mu’āwiyah bin Abī Sufyān pada usia yang cukup tua.[2]

  1. أُقْحِطْتَ atau الْإِقْحَاطِ (al-iqḥāṭ) artinya tertahan, maksudnya tertahan karena belum menyelesaikan hajatnya (belum keluar mani).[3]

Makna hadis:

Abū Sa’īd al-Khudrī raḍiyallāhu ‘anhu menceritakan peristiwanya bersama Nabi ﷺ keluar dari Kota Madinah menuju perkampungan Qubā’ yang bertepatan pada hari Senin. Hingga ketika mereka berada di kampung Banī Sālim, Rasulullah ﷺ berdiri di depan pintu rumah ‘Itbān dan memanggilnya. Dia keluar sambil menyeret sarungnya dan sisa air mandi masih menetes dari kepala, sehingga Nabi ﷺ bersabda, “Apakah kami telah membuat kamu tergesa-gesa?”

‘Itbān pun bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana hukumnya menurut Anda jika seseorang tergesa-gesa dari dari istrinya dan belum mengeluarkan mani?” Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya air (mandi janabah) disebabkan karena air (mani yang keluar).”

Faedah dan istinbat dari hadis:

  1. Hadis ini menjelaskan bahwa pada awal syariat Islamseseorang yang bersetubuh dengan istrinya tidak wajib mandi janabah jika tidak mengeluarkan mani.[4]
  2. Hadis Abū Sa’īd al-Khudrī raḍiyallāhu ‘anhu tersebut menurut jumhur sahabat, hukumnya mansukh (telah dihapuskan), sehingga wajib mandi janabah jika telah berjimak.

Dalil yang menasakhkannya adalah ijmak umat muslim hingga saat ini tentang kewajiban mandi janabah karena jimak atau bersetubuh antara suami-istri meskipun tidak mengeluarkan mani.

  1. Bolehnya memahami sesuatu berdasarkan qarāin (indikasi-indikasi) yang ada, karena sahabat tersebut (‘Itbān) terlambat merespon panggilan Nabi ﷺ yang seharusnya merespon dengan cepat, disebabkan dia mandi terlebih dahulu. Kemudian sisa air yang menetes di kepala juga menunjukkan bahwa sebelumnya mandi terlebih dahulu.
  2. Mustahab bagi seorang muslim untuk senantiasa dalam keadaan taharah, karena Nabi ﷺ tidak mengingkari ‘Itbān terlambat mengijabahkan panggilannya karena harus mandi terlebih dahulu.
Baca juga:  MENCUCI TANGAN SEBELUM MEMASUKKANNYA KE BEJANA AIR WUDU

 


Footnote:

[1] H.R. al-Bukhārī (180) dan Muslim (345).

[2] Ibnu Hajar al-Asqalanī. Al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥābah. Jilid 4, hlm. 359.

[3] Al-Nawawī. al-Minhāj. Jilid 4, hlm. 38.

[4] Al-Nawawī. al-Minhāj. Jilid 4, hlm. 38.

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments