SIRAH NABI ﷺ PERIODE MADINAH

56
Perkiraan waktu baca: 3 menit

SIRAH NABI ALLALLĀHU ‘ALAIHI WA SALLAM PERIODE MADINAH[1]

Daftar Isi:

Izin Untuk Berhijrah

Rasulullah ﷺ mengizinkan para sahabatnya raḍiyallāhu ‘anhum untuk berhijrah ke kota Madinah. Mereka pun keluar secara berkelompok dengan sembunyi-sembunyi. Disebutkan bahwa yang pertama kali berangkat adalah Abu Salamah bin Abdil Asad Al Makhzûmi, dan ada yang menyebutkan Mush’ab bin ‘Umair. Mereka mendatangi rumah-rumah kaum Anshar, dan kaum Anshar pun melindungi seraya menolong mereka, sehingga tersebarlah Islam di kota Madinah.

Kemudian Rasulullah ﷺ pun diizinkan untuk berhijrah, beliau keluar dari kota Makkah pada hari Senin bulan Rabiulawal, saat itu umur beliau 53 tahun. Beliau ﷺ berangkat ditemani Abu Bakar Ash Shiddiq raḍiyallāhu ‘anhu dan mantan budaknya yang bernama ‘Amir bin Fuhairah, penunjuk jalannya adalah Abdullah bin Uraiqith Al-Laitsi. Beliau ﷺ bersama Abu Bakar masuk ke dalam gua Tsaur dan tinggal di dalamnya selama 3 hari, kemudian beliau berdua berjalan melewati pesisir.

Tibanya Beliau Di Kota Madinah

Ketika beliau ﷺ dan orang-orang yang bersamanya tiba di kota Madinah – tepatnya pada hari Senin, 12 Rabiulawal – beliau singgah di daerah Quba’ yang terletak di bagian atas kota Madinah di tempat pemukiman Bani ‘Amr bin ‘Auf, dan beliau ﷺ pun tinggal bersama mereka selama 14 hari.

Masjid Pertama Dalam Islam

Beliau ﷺ mendirikan masjid Quba’, Ibnu Umar raḍiyallāhu ‘anhuma berkata,

كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَأتِي مَسْجِدَ قُبَاءٍ كُلَّ سَبْتٍ مَاشِيًا وَرَاكِبًا

Artinya: “Rasulullah ﷺ biasa mendatangi masjid Quba’ setiap Sabtu, kadang jalan kaki dan berkendaraan”[2]

Rasulullah ﷺ juga bersabda,

صَلاةٌ في مَسجِدِ قُباءٍ كعُمرةٍ.

Baca juga:  PEPERANGAN DAN PASUKAN UTUSAN NABI ﷺ (BAGIAN KE-1)

Artinya: “Salat di masjid Quba’ seperti (pahala) umrah”[3]

Pembangunan Masjid Nabawi

Kemudian Nabi ﷺ berangkat dengan mengendarai untanya, orang-orang pun meminta Nabi ﷺ untuk singgah di rumah mereka sambil memegang tali kekang untanya. Nabi ﷺ bersabda,

خَلُّوا سَبِيلَهَا فَإِنَّهَا مَأْمُورَةٌ

Artinya: “Biarkanlah ia jalan dengan sendirinya karena sesungguhnya ia telah diperintah”[4]. Lalu unta itu pun duduk di lokasi Masjid Nabawi saat ini, lokasi tersebut merupakan tempat penjemuran kurma milik Sahl dan Suhail dua anak dari kalangan Bani Najjar. Beliau pun tinggal di rumah Abu Ayyub Al Anshari raḍiyallāhu ‘anhu. Kemudian Nabi ﷺ membangun masjidnya di lokasi penjemuran tersebut dengan tangannya (yang mulia) bersama para sahabatnya raḍiyallāhu ‘anhum dengan menggunakan pelepah kurma dan batu bata. Kemudian beliau membangun rumahnya dan rumah istri-istrinya di samping masjid. Rumah yang paling dekat dengan pintu masjid adalah rumah Aisyah raḍiyallāhu ‘anhā. Tujuh bulan setelahnya beliau pun pindah dari rumah Abu Ayyub raḍiyallāhu ‘anhu ke rumah tersebut.

Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshar

Setelah Nabi ﷺ membangun masjid, beliau pun mempersaudarakan antara kaum Muhajirin yang berjumlah 90 orang dengan kaum Anshar agar saling membantu, dan saling mewariskan ketika meninggal dunia, sampai peristiwa perang Badar tiba.

Orang-orang Yahudi

Ketika Nabi ﷺ tiba di kota Madinah, orang-orang Yahudi melihat dan mengetahui bahwa beliau benar-benar utusan Allah ﷻ, dan beliau adalah orang yang tertulis di dalam kitab Taurat yang ada pada mereka. Akan tetapi tidak ada yang masuk Islam dari mereka kecuali sedikit, di antaranya adalah orang yang paling alim dari mereka yaitu Abdullah bin Salam raḍiyallāhu ‘anhu. Dan Nabi ﷺ melakukan perdamaian dengan beberapa kabilah Yahudi, di antaranya Bani Qainuqa’, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah.

Baca juga:  SYAMĀ’IL NABI ṢALLALLĀHU ‘ALAIHI WA SALLAM (BAGIAN KEEMPAT)

Peralihan Kiblat

Setelah diwajibkannya salat pada peristiwa mi’raj, Nabi ﷺ salat menghadap Baitul Maqdis, dan beliau sangat berharap agar kiblat itu dialihkan ke arah Ka’bah, maka beliau pun selalu melihat ke langit menginginkan agar harapannya dikabulkan. Kemudian Allah ﷻ menurunkan kepada beliau ayat al-Qur’an,

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا

Artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat wajahmu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu (sukai). [QS. Al Baqarah: 144].

Tahun ke 2 hijriah, akhirnya kiblat dialihkan ke arah Ka’bah.

Izin Untuk Berjihad

Ketika Nabi ﷺ telah menetap di kota Madinah dan mendapatkan perlindungan dari kaum Anshar, Allah ﷻ menurunkan firmanNya, yang artinya,

أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ

Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”. [QS. Al Hajj: 39-40].

Maka Allah ﷻ mengizinkan kaum Mu’minin untuk berperang melawan kaum Musyrikin. Di antara peperangan yang pertama kali beliau ﷺ ikuti adalah perang Abwa’, Buwath, ‘Usyairah, dan beberapa satuan pasukan perang yang beliau utus tanpa beliau ikuti.


Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab al-Mukhtaar al-Mufīd li Sirah al-Nabi al-Muṣṭafā allallāhu alaihi wa sallam wa Syamāilihi karya Haiṡam bin Muḥammad Sarhan (Mantan Pengajar Ma’had Masjid Nabawi dan pengasuh situs: alsarhaan.com.

[2] HR. Al-Bukhari (no. 1193), dan Muslim (no. 1399).

Baca juga:  SIRAH NABI SALLALLĀHU ‘ALAIHI WA SALLAM SEBELUM DIUTUS

[3] HR. Tirmidzi (no. 324) dan Ibnu Majah (no. 1411).

[4] Al-Sirah al-Nabawiyyah karya Ibnu Hisyam (2/100).

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments