SIFAT TELAGA DAN KEZUHUDAN RASULULLAH ﷺPerkiraan waktu baca: 2 menit

4
SIFAT TELAGA DAN KEZUHUDAN

SIFAT TELAGA DAN KEZUHUDAN RASULULLAH [1]

Rasulullah ﷺ bersabda,

حَوْضِي مَسِيرَةُ شَهْرٍ، مَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ، وَرِيحُهُ أَطْيَبُ مِنَ الْمِسْكِ، وَكِيزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ، مَنْ شَرِبَ مِنْهُ، فَلَا يَظْمَأُ أَبَدًا

“Telagaku sejauh perjalanan sebulan, airnya lebih putih dari susu, baunya lebih wangi dari minyak misik, dan kiizaannya (wadah-wadahnya) seperti bintang-bintang di langit. Barang siapa yang meminum darinya, ia tidak akan merasa haus selamanya.” (HR. Bukhari)

Kiizaan adalah bentuk jamak dari kuuz yang berarti wadah seperti teko, tetapi lebih kecil darinya.

Kezuhudan Rasulullah

Pertama: Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

“Dan janganlah kamu memalingkan pandanganmu kepada apa yang telah Kami berikan kepada beberapa kelompok dari mereka (orang-orang kafir) untuk menikmati kehidupan dunia ini, agar Kami menguji mereka dengannya. Padahal rezeki Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Thaha: 131)

Kedua:

عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِي حَدِيثِ إِيلَاءِ رَسُولِ اللهِ ﷺ مِنْ أَزْوَاجِهِ، أَلَّا يَدْخُلَ عَلَيْهِنَّ شَهْرًا، وَاعْتَزَلَ عَنْهُنَّ فِي عَلِيَّةٍ، فَلَمَّا دَخَلَ عَلَيْهِ عُمَرُ فِي تِلْكَ الْعَلِيَّةِ، فَإِذَا لَيْسَ فِيهَا سِوَى صُبْرَةٍ مِنْ قَرَظٍ، وَأُهْبَةٌ مُعَلَّقَةٌ، وَصُبْرَةٌ مِنْ شَعِيرٍ، وَإِذَا هُوَ مُضْطَجِعٌ عَلَىٰ رِمَالِ حَصِيرٍ، قَدْ أَثَّرَ فِي جَنْبِهِ، فَهَمَلَتْ عَيْنَا عُمَرَ، فَقَالَ: مَالَكَ؟ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَنْتَ صَفْوَةُ اللهِ مِنْ خَلْقِهِ، وَكِسْرَى وَقَيْصَرُ فِيمَا فِيهِ، فَجَلَسَ مُحْمَرًّا وَجْهُهُ، فَقَالَ: أَوَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ؟ كَمْ قَالَ: أُولَٰئِكَ قَوْمٌ عُجِّلَتْ لَهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي حَيَاتِهِمُ الدُّنْيَا

“Dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu dalam hadits tentang ‘iilaa’[2] Rasulullah dari istri-istrinya, bahwa beliau tidak masuk ke rumah mereka selama sebulan, dan menjauh dari mereka di sebuah ruang tinggi. Ketika Umar masuk ke ruang tersebut, ia melihat tidak ada apa-apa selain tumpukan[3] dari qarazh[4], dan barang-barang yang tergantung, serta tumpukan gandum. Beliau sedang tidur di atas tikar dari pasir, yang meninggalkan bekas di sisi tubuhnya. Mata Umar pun berlinangan air mata. Lalu ia berkata: ‘Apa yang terjadi padamu?’ Aku (Umar) berkata: ‘Ya Rasulullah, engkau adalah pilihan Allah dari seluruh makhluk-Nya, sementara Kisra dan Kaisar hidup dalam kemewahan.’ Rasulullah pun duduk dengan wajahnya memerah, dan bersabda: ‘Apakah engkau masih ragu, wahai Ibnul Khattab? Mereka adalah kaum yang telah diberi kenikmatan dunia mereka dengan segera.’” (Muttafaq Alaih)

Baca juga:  PUASA NABI ﷺ

Dalam riwayat Muslim:

أَمَا تَرْضَىٰ أَنْ تَكُونَ لَهُمُ الدُّنْيَا، وَلَنَا الْآخِرَةُ؟” فَقُلْتُ: بَلَىٰ يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: “فَاحْمَدِ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ”

“Tidakkah engkau senang jika bagi mereka dunia ini, sementara bagi kita akhirat?” Aku (Umar) menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau pun bersabda: “Jika demikian, bersyukurlah kepada Allah Ta’ala.”

Ketiga: Dari Alqamah, dari Ibnu Mas’ud berkata,

اضْطَجَعَ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَلَىٰ حَصِيرٍ، فَأَثَّرَ الْحَصِيرُ بِجِلْدِهِ، فَجَعَلْتُ أَمْسَحُهُ وَأَقُولُ: بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي؛ أَلَا آذَنْتَنَا فَنَبْسُطَ لَكَ شَيْئًا يَقِيكَ مِنْهُ تَنَامُ عَلَيْهِ؟ قَالَ: مَا لِي وَلِلدُّنْيَا؟ مَا أَنَا وَالدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ، ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

“Rasulullah tidur di atas tikar, yang meninggalkan bekas di kulit beliau. Aku (Alqamah) pun membersihkannya dan berkata: Demi ayah dan ibuku, apakah engkau tidak memberitahukan kami agar kami bentangkan sesuatu agar engkau bisa tidur di atasnya?’ Rasulullah menjawab: ‘Apa urusanku dengan dunia ini? Aku tidak peduli dengan dunia ini, aku seperti seorang pengembara yang berteduh di bawah sebuah pohon, lalu ia pergi meninggalkannya.'” (HR. Tirmidzi dan berkata: Hasan Shahih)

Keempat: Rasulullah ﷺ bersabda,

لَوْ أَنَّ لِي مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا، مَا سَرَّنِي أَنْ تَأْتِيَ عَلَيَّ ثَلَاثٌ لَيَالٍ، وَعِنْدِي مِنْهُ شَيْءٌ، إِلَّا شَيْئًا أُرَصِّدُهُ لِدَيْنٍ

“Sekiranya aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, aku tidak ingin ada tiga malam berlalu tanpa aku menyisakan sedikit darinya, kecuali untuk agamaku.” (HR. Bukhari)

Kelima: Dari Amr bin Harits radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

مَا تَرَكَ رَسُولُ اللهِ ﷺ عِنْدَ مَوْتِهِ دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا، وَلَا عَبْدًا وَلَا أَمَةً، وَلَا شَيْئًا، إِلَّا بَغْلَتَهُ الْبَيْضَاءَ الَّتِي كَانَ يَرْكَبُهَا، وَسِلَاحَهُ، وَأَرْضًا جَعَلَهَا لِابْنِ السَّبِيلِ صَدَقَةً

Baca juga:  KELAHIRAN, NAMA DAN NASAB RASULULLAH

“Rasulullah tidak meninggalkan dinar, dirham, budak, atau hamba perempuan, ataupun apa pun selain keledai putih yang beliau tunggangi, senjata beliau, dan tanah yang beliau wakafkan untuk perjalanan seorang musafir sebagai sedekah.” (HR. Bukhari)

 

 


Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab Quthuf min Asy-Syama’il Al-Muhammadiyyah Wal-Akhlaq An-Nabawiyyah wal-Adab Al-Islamiyyah karya Muhammad bin Jamil Zainu (Pengajar di Darul Hadits Al-Khairiyyah, Makkah Al-Mukarramah), cetakan kelima belas; telah ditambah dan direvisi.

[2] Al-Iilā’ (الإيلاء): sumpah untuk tidak mendekati istri dalam jangka waktu tertentu.

[3] As-Shubrah (الصُّبْرَة): tumpukan makanan atau barang.

[4] Al-Qarazh (القَرَظ): daun pohon as-salam, digunakan untuk menyamak kulit.

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments