RASULULLAH SEAKAN ENGKAU MELIHATNYA

52
RASULULLAH SEAKAN ENGKAU MELIHATNYA
Perkiraan waktu baca: 2 menit

RASULULLAH SEAKAN ENGKAU MELIHATNYA[1]

  1. Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling tampan wajahnya dan paling mulia akhlaknya, tidak terlalu tinggi menjulang dan tidak terlalu pendek. (Muttafaqun ‘Alaihi)
  2. Rasulullah ﷺ berkulit putih dan memiliki wajah yang rupawan. (HR. Muslim)
  3. Rasulullah ﷺ bertubuh sedang (tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek), lebar antara kedua pundaknya, berjenggot tebal, wajahnya agak kemerahan, rambutnya mencapai daun telinganya. Aku pernah melihatnya mengenakan pakaian merah, dan tidak pernah aku melihat orang yang lebih tampan darinya. (HR. Bukhari)
  4. Rasulullah ﷺ memiliki kepala, tangan, dan kaki yang besar, wajah yang tampan. Aku tidak pernah melihat sebelum atau sesudahnya seseorang yang seperti beliau. (HR. Bukhari)
  5. Wajah beliau ﷺ seperti matahari dan bulan, berbentuk bundar. (HR. Muslim)
  6. Rasulullah ﷺ ketika senang, wajahnya akan bersinar, sampai seakan wajahnya seperti potongan bulan, dan kami mengetahui itu. (Muttafaqun ‘Alaihi).
  7. Rasulullah ﷺ tidak tertawa kecuali hanya tersenyum, dan ketika engkau melihatnya, engkau akan berkata seakan matanya bercelak, padahal beliau tidak bercelak. (HR. Tirmidzi, dengan sanad hasan).
  8. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ tertawa lepas hingga terlihat langit-langit mulutnya yang paling dalam, tertawa beliau hanyalah tersenyum. (HR. Bukhari)
  9. Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku melihat Rasulullah ﷺ pada malam yang terang bulan, lalu aku melihat Rasulullah ﷺ dan melihat bulan. Beliau ﷺ mengenakan pakaian berwarna merah, dan bagiku beliau lebih indah dibandingkan bulan.” (HR. Tirmidzi, beliau mengatakan bahwa hadis ini hasan garib, dan hadits ini juga disahihkan oleh Hakim dan disetujui oleh Dzahabi)
  10. Sungguh indah orang yang berkata dalam menggambarkan Rasulullah ﷺ,
Baca juga:  INFO KAJIAN HADIS | Pembahasan Kitab Al-Adab Al-Mufrad ~ Bab 200 “Saling Menghina, Maka Kesalahan Pada yang Memulai”

وَأَبْيَضَ يُسْتَسْقَى الغَمَامُ بِوَجْهِهِ، ثِمَالُ اليَتَامَى عِصْمَةٌ لِلْأَرَامِلِ

Artinya: “Beliau yang putih dengan wajahnya dijadikan perantara meminta hujan dari sebab awan; pemberi makan para yatim dan pelindung para janda.”

Syair ini diucapkan oleh Abu Thalib dan dilantunkan oleh Ibnu Umar dan lainnya, ketika kaum Muslimin mengalami kekeringan, Rasulullah ﷺ berdoa kepada Allah, “Ya Allah, berikanlah hujan kepada kami.” Lalu turunlah hujan. (HR. Bukhari)

Maksud dari syair ini bahwa Rasulullah ﷺ yang dikenal dengan kulit putihnya, diminta oleh orang-orang untuk memohon kepada Allah dengan wajah mulianya dan doanya agar hujan turun kepada mereka ketika beliau masih hidup.

Namun, setelah wafatnya, Khalifah Umar memohon kepada Al-‘Abbas agar berdoa untuk turunnya hujan, dan mereka tidak bertawassul melalui Rasulullah ﷺ.

Seorang lelaki dari suku Kinanah melantunkan syair berikut:

لَكَ الْحَمْدُ وَالْحَمْدُ مِمَّنْ شَكَرْ *** سُقِينَا بِوَجْهِ النَّبِيِّ الْمَطَرْ

دَعَا اللَّهَ خَالِقَهُ دَعْوَةً *** إِلَيهِ وَأَشْخَصَ مِنْهُ الْبَصَرْ

فَلَمْ يَكُ إلاَّ كَإلْقَا الرِّدَاءِ *** وَأَسْرَعَ حَتَّى رَأَيْنَا الدُّرَرْ

وَكَانَ كَمَا قَالَ لَهُ عَمُّهُ *** أَبُو طَالِبٍ أَبْيَضُ ذُو غُرَرْ

بِهِ اللَّهُ يَسْقِي صَوْبَ الْغَمَامِ *** وَهَذَا الْعِيَانُ لِذَاكَ الْخَبَرْ

فَمَنْ يَشْكُرِ اللَّهَ يَلْقَ الْمَزِيدَ *** ومَنْ يَكْفُرِ اللَّهَ يَلْقَ الْغِيَرْ

Artinya:

“Segala puji bagi-Mu, dan pujian dari orang yang bersyukur, kami diberi hujan berkat wajah Nabi.

Beliau berdoa kepada Allah, Sang Pencipta, dengan doa yang ditujukan kepada-Nya, sambil menatap ke arah-Nya.

Tak lama setelah itu, seperti melemparkan kain, hujan turun dengan cepat hingga kami melihat tetesan-tetesan permata.

Dan beliau adalah seperti apa yang dikatakan oleh pamannya,
Abu Thalib, seorang yang berwajah putih dan penuh cahaya.

Dengan beliau, Allah menurunkan hujan dari awan, dan inilah kenyataan dari kabar yang telah disampaikan.

Maka siapa yang bersyukur kepada Allah akan mendapatkan tambahan nikmat, dan siapa yang kufur kepada-Nya akan menemui perubahan (keburukan).”

Syair ini dikutip dari kitab Manal at-Thalib karya Ibnu al-Atsir, halaman 106.

Baca juga:  Info Kajian Kitab Al-Lu'lu' wal Marjan Pembahasan Bab: “Larangan Berburu, Mencabut Pohon, dan Mengambil Barang di Makkah” (Bagian ke-2)

 

 


Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab Quthuf min Asy-Syama’il Al-Muhammadiyyah Wal-Akhlaq An-Nabawiyyah wal-Adab Al-Islamiyyah karya Muhammad bin Jamil Zainu (Pengajar di Darul Hadits Al-Khairiyyah, Makkah Al-Mukarramah), cetakan kelima belas; telah ditambah dan direvisi.

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments