ORANG YANG JUNUB TIDAK BOLEH MEMBACA AL-QUR’ANPerkiraan waktu baca: 1 menit

203
ORANG YANG JUNUB TIDAK BOLEH MEMBACA AL QURAN
ORANG YANG JUNUB TIDAK BOLEH MEMBACA AL QURAN

Hukum Terkait dengan Hadas Besar

 عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ سَلمَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ يَخْرُجُ مِنَ الخَلَاءِ فَيُقْرِئُنَا الْقُرْآنَ، وَيَأْكُلُ مَعَنَا اللَّحْمَ وَلَمْ يَكُنْ يَحْجُبُهُ – أَوْ قَالَ: يَحْجِزُهُ – عَنِ الْقُرْآنِ شَيْءٌ لَيْسَ الْجَنَابَةَ. رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ – وَهَذَا لَفظه -، وَابْنُ مَاجَه، وَالنَّسَائِيُّ، وَالتِّرْمِذِيُّ وَلَفْظُهُ: كَانَ رَسُول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقْرِئُنَا الْقُرْآنَ [عَلَى كُلِّ حَالٍ] مَا لَمْ يَكُنْ جُنُباً. وَقَالَ: ((حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ)) ، وَرَوَاهُ ابْنُ حِبَّان، وَالحَاكِمُ – وَصَحَّحَهُ -، وَذَكَرَ الخَطَّابِيُّ أَنَّ أَحْمَدَ كَانَ يُوْهِنُ حَدِيْثَ عَلِيٍّ هَذَا، وَيُضَعِّفُ أَمْرَ عَبْدِ اللهِ بْنِ سَلمَةَ، وَقَالَ شُعْبَةُ بْنُ الحَجَّاج: مَا أُحَدِّثُ بِحَدِيْثٍ أَحْسَنَ مِنْهُ

Dari ‘Abdullāh bin Salamah, dari ‘Ali bin Abi Ṭālib raḍiyallahu’anhu bahwa Rasulullah  ﷺ pernah keluar dari buang hajat (jamban) kemudian mengajarkankan kami al-Qur’an, beliau makan (daging) bersama kami, dan tidak ada sesuatu pun yang menghalangi beliau – atau (dia berkata) merintangi – dari al-Qur’an kecuali janabah. Hadis riwayat Aḥmad, Abu Dawūd – ini lafalnya –, Ibn Majah, al-Nasāi, Tirmiżi, dan lafalnya, “Rasulullah ﷺ membacakan kami al-Qur’an (dalam setiap keadaan) selama beliau (tidak dalam kondisi) janabah.” Kemudian dia berkata, “Hadis hasan sahih.”

Kosakata hadis:

  1. (فَيُقْرِئُنَا الْقُرْآنَ) dari kata (الْإِقْرَاءِ) artinya mengajarkan atau taklim, langsung setelah buang hajat (hadas kecil) tanpa berwudu terlebih dahulu.[1]
  2. Hadis tersebut diriwayatkan oleh para penulis kitab al-Sunan, disahihkan sanadnya oleh Tirmiżi dan Ibn Ḥibbān, namun sebagian ulama melemahkan salah seorang rawinya. Derajatnya hasan dan dapat dijadikan hujah menjadi kesimpulan Ibnu Hajar raḥimahullāh.[2]
Baca juga:  SIFAT MALU DALAM TINJAUAN HADIS

Makna hadis:

Ali bin Abi Ṭālib raḍiyallahu’anhu menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ senantiasa mengajarkan al-Qur’an kepada para sahabatnya. Pernah suatu ketika Rasulullah ﷺ selesai buang hajat (jamban) kemudian mengajarkan para sahabatnya al-Qur’an dan makan (daging) bersama mereka karena umumnya tidak ada sesuatu pun yang menghalangi beliau dari berinteraksi al-Qur’an kecuali janabah.

Faedah dan istinbat dari hadis:

  1. Hadis ini mengandung faedah fikih bahwa orang yang junub tidak boleh membaca al-Qur’an. Diriwayatkan dari Ibn al-Musayyib dan Ikrimah mereka membolehkannya. Akan tetapi,, pendapat jumhur ulama memandang haram hukumnya membaca al-Qur’an oleh orang yang junub.[3]
  2. Hadis ini menunjukkan bolehnya orang yang berhadas kecil membaca al-Qur’an.[4]
  3. Meskipun dalam hadis tersebut terdapat lafal “Rasulullah ﷺ membacakan kami al-Qur’an (dalam setiap keadaan), selama beliau (tidak dalam kondisi) janabah” namun dikhususkan beberapa kondisi yang Nabi ﷺ tidak membaca al-Qur’an pada saat tersebut seperti: ketika buang hajat dan sedang berhubungan suami-istri, dan maksud dalam setiap keadaan adalah kondisi secara umum.[5]


Footnote:

[1] Badr al-Dīn al-‘Aini. Syarh Sunan Abi Dawūd. Jilid 1, hlm. 510.

[2] Ibn Ḥajar. Fatḥ al-Bāri Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhāri. Jilid 1, hlm. 408.

[3] Al-Khaṭṭābi. Ma’ālim al-Sunan. Jilid 1, hlm. 77.

[4] Badr al-Dīn al-‘Aini. Syarh Sunan Abi Dawūd. Jilid 1, hlm. 510.

[5] Al-Mubārakfūri. Tuḥfah al-Ahwāżi bi Syarḥ Jāmi’ al-Tirmiżi. Jilid 1, hlm. 386.

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments