Daftar Isi:
Redaksi hadis:
وَعَنِ ابْن عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: تَوَضَّأَ النَّبِيُّ ﷺ مَرَّةً مَرَّةً
Dari Ibnu ‘Abbās raḍiyallāhu ‘anhumā berkata, “Nabi ﷺ berwudu (membasuh anggota wudu) masing-masing sebanyak satu kali.”[1]
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ تَوَضَّأَ مرَّتَيْنِ مرَّتَيْنِ. رَوَاهُمَا البُخَارِيُّ
Dari Abdullah bin Zaid raḍiyallāhu ‘anhumā, bahwasanya Nabi ﷺ berwudu (membasuh anggota wudu) masing-masing sebanyak dua kali-dua kali.[2]
Kosa kata hadis:
- Hadis dari Abdullāh bin Zayd bin ‘Āshim al-Māzini raḍiyallāhu ‘anhu ini adalah ringkasan dari hadis masyhur tentang sifat wudu Nabi Muhammad ﷺ.
- Pengulangan kata “مرَّتَيْنِ مرَّتَيْنِ” atau marrataini-marrataini (dua kali-dua kali) adalah sebagai bentuk penekanan dalam bahasa.[3]
Makna hadis:
Ibnu Abbas raḍiyallāhu ‘anhumā meriwayatkan bahwa dalam beberapa kesempatan Nabi ﷺ berwudu hanya dengan sekali cucian saja, beliau membasuh setiap anggota wudunya hanya sekali saja, berkumur sekali, ber-istinsyāq sekali, sebagaimana pada waktu yang lain beliau berwudu sebanyak dua kali cucian, yaitu beliau membasuh setiap anggota wudunya sebanyak dua kali, berkumur dua kali dan ber-istinsyāq sebanyak dua kali.
Faedah dan istinbat dari hadis:
- Hadis Ibnu Abbas raḍiyallāhu ‘anhumā menjadi landasan atau dalil bagi ulama yang menyatakan bahwa bilangan yang wajib ketika membasuh anggota wudu hanya satu kali saja, lebih dari satu kali tujuannya untuk mendapatkan fadilat dan bukan sebuah kewajiban.[4]
- Membasuh anggota wudu sebanyak dua atau tiga kali adalah boleh, seseorang dapat memilih membasuh anggota wudu sebanyak dua atau tiga kali. Ini adalah pendapat semua ulama dan tidak ada perbedaan di antara mereka terkait hal ini.[5]
- Membasuh anggota wudu sebanyak dua kali (bilangan genap) bukan perkara yang makruh dalam berwudu karena Nabi Muhammad ﷺ pernah mencontohkannya.[6]
Footnote:
[1] H.R. al-Bukhārī (157).
[2] H.R. al-Bukhārī (158).
[3] Badruddin al-Aini. Syarah Sunan Abi Daud. Jilid 1, hlm. 324.
[4] Ibnu Baṭṭāl. Op. Cit. Jilid 1, hlm. 249.
[5] Ibnu Baṭṭāl. Op. Cit. Jilid 1, hlm. 249.
[6] Ibnu Daqīq al-Īd. Syarah al-Ilmam. Jilid 4, hlm. 43.