HADIS WUDU NABI MUHAMMAD ṢALLALLĀHU ‘ALAIHI WA SALLAM

91
HADIS WUDU NABI MUHAMMAD ṢALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM
Perkiraan waktu baca: 2 menit

SYARAH KITAB ‘UMDAH AL-AKĀM[1]

HADIS WUDU NABI MUHAMMAD ṢALLALLĀHU ‘ALAIHI WA SALLAM

عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى الْمَازِنِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: شَهِدْتُ عَمْرَو بْنَ أَبِي حَسَنٍ سَأَلَ عَبْدَ اللهِ بْنَ زَيْدٍ عَنْ وُضُوءِ النَّبِيِّ -صلى الله عليه وسلم-؟ فَدَعَا بِتَوْرٍ مِنْ مَاءٍ، فَتَوَضَّأَ لَهُمْ وُضُوءَ رَسُولِ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَكْفَأَ عَلَى يَدَيْهِ مِنْ التَّوْرِ، فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثَلاثاً، ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي التَّوْرِ، فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ ثَلاثاً بِثَلاثِ غَرْفَاتٍ، ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاثاً، ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي التَّوْرِ، فَغَسَلَهُمَا مَرَّتَيْنِ إلَى الْمِرْفَقَيْنِ ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي التَّوْرِ، فَمَسَحَ رَأْسَهُ، فَأَقْبَلَ بِهِمَا وَأَدْبَرَ مَرَّةً وَاحِدَةً، ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ

وَفِي رِوَايَةٍ: بَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسِهِ، حَتَّى ذَهَبَ بِهِمَا إلَى قَفَاهُ، ثُمَّ رَدَّهُمَا حَتَّى رَجَعَ إلَى الْمَكَانِ الَّذِي بَدَأَ مِنْهُ.

وَفِي رِوَايَةٍ: أَتَانَا رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْرَجْنَا لَهُ مَاءً فِي تَوْرٍ مِنْ صُفْرٍ

التَّوْرُ: شِبْهُ الطَّسْتِ

Artinya :

‘Amr bin Yaḥya al-Māzinī meriwayatkan dari ayahnya bahwa ia berkata, “Aku menyaksikan ‘Amr bin Abī Ḥasan bertanya kepada Abdullāh bin Zaid tentang wudu Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, maka beliau pun minta bejana (berisi air), lalu berwudu dengan tata cara wudu Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam. Beliau menuangkannya air dari bejana kepada kedua tangannya lalu membasuhnya tiga kali. Kemudian memasukkan tangannya ke dalam bejana lalu berkumur, ber-istinsyāq dan mengeluarkan air sebanyak tiga kali dengan tiga cidukan. Kemudian memasukkan tangannya ke dalam bejana lalu membasuh kedua lengannya sebanyak dua kali. Lalu beliau memasukkan tangannya kembali ke dalam bejana lantas beliau pun mengusap kepalanya dengan mengusap ke depan dan mengusap ke belakang satu kali dengan kedua tangannya. Lalu beliau membasuh kedua kakinya.”

Baca juga:  HUKUM TERKAIT BEKAS JILATAN KUCING

Di dalam sebuah riwayat disebutkan, “Beliau memulai dengan bagian depan kepalanya lalu mengusap dengan kedua tangannya hingga bagian tengkuk lalu mengusap kembali dengan kedua tangannya hingga kembali ke tempat semula.”

Di dalam riwayat lain disebutkan, “Kami menemui Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, lalu kami keluarkan air di dalam sebuah bejana kuningan.”

Daftar Isi:

Takhrij Hadis:

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhārī dalam kitabnya, al- Ṣaḥīḥ, kitab al-Wuḍū’, Bab “Mencuci Kedua Kaki Hingga ke Mata Kaki”, no. 184, dan Imam Muslim dalam kitabnya, al-Ṣaḥīḥ, kitab al-Ṭahārah, Bab “Wudu Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam”, no. 235. Keduanya meriwayatkan dengan lafal, “Beliau membasuh kedua tangannya dua kali dua kali hingga kedua siku.” Juga ada tambahan dalam lafal terakhir, “Beliau mencuci kedua kakinya hingga ke mata kaki.”

Riwayat kedua yang disebutkan dikeluarkan oleh Imam Bukhārī dalam kitabnya, al-Ṣaḥīḥ, kitab alWuḍū’, Bab “Mengusap Seluruh Kepala”, no. 183, dan Imam Muslim dalam kitabnya al-Ṣaḥīḥ, kitab alṬahārah, Bab “Wudu Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam”, no. 235.

Riwayat ketiga yang disebutkan dikeluarkan oleh Imam Bukhārī dalam kitabnya, al-Ṣaḥīḥ, kitab alWuḍū’, Bab “Mandi dan Wudu Menggunakan Bejana Celupan Kain, Gelas, Bejana Kayu dan Bejana Batu”, no. 194.

Syarah dan Faedah Yang Terkandung Di Dalam Hadis Ini:

  1. Hadis ini adalah hadis pokok yang membahas tentang tata cara wudu Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, telah dijelaskan pada hadis sebelumnya.
  2. Sebaiknya (afdalnya) menggabungkan antara berkumur dan ber-istinsyāq dengan satu cidukan air berdasarkan ucapan beliau, “.. tiga kali dengan tiga cidukan.” Inilah petunjuk Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam. Ibnu al-Qayyim berkata, “Nabi menghubungkan antara berkumur dan istinsyāq, beliau mengambil setengah cidukan untuk mulutnya dan setengahnya untuk hidungnya … Tidak disebutkan bahwa ada pemisahan antara kumur-kumur dan istinsyāq dalam sebuah hadis sahih sama sekali.”[2]
  3. Bila ada orang yang memisahkan antara kumur-kumur dan istinsyāq, hal itu dibolehkan karena ia tetap dikatakan berkumur-kumur dan ber-isntinsyāq.
  4. Di dalam hadis tidak disebutkan tetang mengusap kedua telinga. Hal ini disebutkan dalam beberapa hadis seperti hadis Ibnu ‘Abbās dan lain-lain bahwa Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam mengusap telinganya.[3] Kedua telinga adalah bagian dari kepala[4]. Nabi pun senantiasa mengusap keduanya bersamaan dengan mengusap kepala beliau. Ibnu al-Qayyim berkata, “Beliau senantiasa mengusap kedua telinga besera kepalanya, beliau senantiasa mengusap bagian dalam dan luar telinganya.”[5]
Baca juga:  BERAPA LAMA MASA HAID?

 

 


Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab “Mūjaz al-Kalām ‘ala ‘Umdah al-Akām” karya Dr. Manṣūr bin Muḥammad al-Ṣaq’ūb hafiahullāh.

[2] Zād al-Ma’ād (1/185).

[3] Ibnu ‘Abbās meriwayatkan bahwa Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam mengusap kepalanya dan kedua telinganya bagian dalam dan luarnya. (H.R. Abu Dāwud, no. 127 dan Tirmiżī, no. 36 serta Nasā’ī, no. 102.

[4] Lihat Sunan al-Tirmiżī (1/92-93).

[5] Zād al-Ma’ād (1/194).

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments