HADIS KETIGA: MEMULIAKAN AHLI AL-QUR’ANPerkiraan waktu baca: 2 menit

1546
HADIS KETIGA MEMULIAKAN AHLI ALQURAN
HADIS KETIGA MEMULIAKAN AHLI ALQURAN

40 HADIS PENGAGUNGAN AL-QUR’AN(1)

REDAKSI HADIS:

عَنْ أَبِيْ مُوْسَى الْأَشْعَرِيِّ رضي الله عنه، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللَّهِ إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ، وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِي فِيهِ وَالْجَافِي عَنْهُ، وَإِكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ.

Artinya: Dari Abu Musa al-Asy’ari raḍiyallahu’anhu ia berkata bahwa Rasulullah ṣallallāhu‘alaihiwasallam bersabda, “Termasuk dari pengagungan Allah adalah dimuliakannya seorang muslim yang telah beruban, para hāmil (pemikul) al-Qur’an yang tidak guluw (bersikap berlebihan di dalamnya) dan tidak pula jafā’ (bersikap jauh darinya), dan penguasa yang adil.”

TAKHRIJ HADIS:

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dalam kitabnya al-Sunan, kitab al-Adab, bab Memosisikan Manusia Sesuai dengan Kedudukannya, no. 4843. Hadis ini dinyatakan sebagai hadis hasan oleh al-Albāni dalam Ṣaḥīḥ al-Adab al-Mufrad, hal. 143 dan Ṣaḥīḥ al-Targīb wa al-Tarhīb (1/151), juga dinyatakan sanadnya hasan oleh Syu’aib al-Arnāūṭ dalam tahkiknya terhadap Sunan Abu Dawūd (7/212).

BIOGRAFI SAHABAT PERAWI HADIS:

Abu Mūsā al-Asy’arī raḍiyallāhu‘anhu, nama asli beliau adalah Abdullāh bin Qais bin Sulaim bin Haḍḍar bin Harb. Rasulullah ṣallallāhu‘alaihiwasallam pernah bersabda kepada beliau, “Engkau telah diberi salah satu seruling keluarga Daud ‘alaihi al-salām.” Abu Mūsa memiliki perawakan kurus dan pendek, jenggot beliau juga tidak terlalu lebat. Beliau meninggalkan negerinya, Yaman, menuju ke Makkah ketika mendengar adanya seseorang yang mendakwahkan tauhid di sisi Kabah. Selama di Makkah, beliau duduk di majelis Rasulullah ṣallallāhu‘alaihiwasallam dan talaqqi berkaitan dengan akidah, adab, serta ilmu syariat lainnya. Abu Mūsa pulang ke negerinya dengan membawa kalimat tauhid. Menjelang beliau wafat, semangat dan kesungguhan beliau dalam ibadah bertambah. Ketika ditanya apa penyebabnya, beliau menjawab bahwa kuda ketika sudah hampir mencapai finisnya dia akan mengeluarkan seluruh kekuatan dan kemampuannya, waktu yang tersisa dari ajalnya lebih sedikit dari itu. Beliau wafat di Kufah dan ada juga yang mengatakan di Madinah, pada masa pemerintahan Muawiyah raḍiyallāhu‘anhu tahun 50 H, 51 H, 52 H, atau 53 H dalam usia 63 tahun, raḍiyallāhu‘anhu(2).

Baca juga:  HADIS KETUJUH: TERMASUK PENGAGUNGAN TERHADAP AL-QUR’AN ADALAH SENANTIASA MENGKHATAMKAN DAN MEMAHAMINYA

KOSA KATA DAN SYARAH HADIS:

مِنْ إِجْلَالِ اللَّه : di antara pengagungan dan pemuliaan

حَامِل الْقُرْآنِ: pemikul al-Qur’an. Dinamakan seperti itu karena dia memikul beban yang sangat berat dan banyak, lebih dari beban-beban lain yang biasa dipikul umumnya orang. Maksud dari pemikul al-Qur’an di sini adalah pembaca al-Qur’an, penghafalnya, dan ahli tafsirnya.(3)

الْغَالِي: bentuk subjek dari kata ghuluw yang berarti ekstrem dan melampaui batas. Maksud dalam hadis ini bahaya sikap ghuluw dalam membaca al-Qur’an, memahaminya, dan senantiasa mengikuti ayat-ayat musytabihāt.

الْجَافِي: bentuk subjek dari kata jafā’ yang berarti memutuskan hubungan dan meninggalkan kebaikan.  Maksud dalam hadis ini bahaya meninggalkan al-Qur’an, di antara bentuknya tidak membacanya, tidak memahami maknanya, dan tidak mengamalkannya.

FAEDAH DAN PELAJARAN HADIS:

  1. Di antara bentuk pengagungan terhadap al-Qur’an adalah selalu bersikap pertengahan, tidak berlebihan, dan tidak pula meninggalkannya.
  2. Di antara bentuk pengagungan kepada Allah subḥānahuwata’ala dengan mengagungkan perkataan-Nya, dan bentuk mengagungkan perkataan-Nya adalah memuliakan para pemikulnya.
  3. Sikap ghuluw dan jafā’ merusak keagungan al-Qur’an dan para ahlinya.
  4. Muliakanlah Al-Quran dan angkatlah ia ke kedudukan yang selayaknya.
  5. Berusahalah untuk selalu pertengahan dan adil ketika membaca al-Qur’an dan dalam mengamalkannya.
  6. Jangan pernah meninggalkan al-Qur’an dan jangan meninggalkan dalam membacanya karena itu adalah bentuk al-jafā’ (acuh tak acuh) terhadap Al-Quran.
  7. Hadis ini juga menunjukkan kewajiban memuliakan orang yang sudah beruban (berumur) dan para pemimpin yang adil.

 

 


Footnote:

(1) Diterjemahkan dan disadur dari buku al-Arba’ūn Ḥadīṡan fī Ta’ẓīm al-Qur’ān al-Karīm, diterbitkan oleh al-Lajnah al-‘Ilmiyyah bi Masyrū’ Ta’ẓīm al-Qur’ān al-Karīm di Jeddah, Arab Saudi.

(2) Lihat biografi lengkap beliau di: al-Isti’āb fī Ma’rifah al-Asḥāb karya Ibnu ‘Abd al-Bar (3/979) dan (4/1762), Usd al-Gābah karya Ibn al-Aṡīr (3/364) dan al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥābah karya Ibn Ḥajar al-‘Asqalāni (4/181).

Baca juga:  HADIS KETUJUH BELAS: AL-QUR’AN ADALAH WASIAT NABI ṢALLALLĀHU‘ALAIHIWASALLAM

(3) Lihat: ‘Aun al-Ma’būd Syarhu Sunan Abi Dāwūd (13/ 132), karya Syaraf al-Ḥaq al-Aẓīm Ābādi.

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments