BAB SIWAK

285
BAB SIWAK
Perkiraan waktu baca: 2 menit

SYARA KITAB ‘UMDAH AL-AKĀM[1]

عن أبي هُريرة -رضي الله عنه-، أنَّ رسولَ الله -صلى الله عليه وسلم- قال: لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِيْ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ

عن حُذيفة بْن اليَمان -رضي الله عنه- قال: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَشُوْصُ فَاهُ بالسِّواكِ

يَشُوْصُ مَعْنَاهُ: يَغْسِلُ، يُقَالُ: شَاصَهُ يَشُوْصُهُ، وَمَاصَهُ يَمُوْصُهُ: إِذَا غَسَلَهُ

Artinya :

Dari Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalau sekiranya tidak memberatkan bagi umatku, tentu akan kuperintahkan mereka bersiwak sebelum setiap salat.”

Ḥużaifah bin al-Yamān raḍiyallāhu ‘anhumā meriwayatkan bahwa Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam jika bangun di malam hari, beliau menggosok mulutnya dengan siwak.

Kalimat يشوص فاه  berarti mencuci/membersihkan mulut. Kalimat شاصه يشوصه dan ماصه يموصه berarti mencucinya.

Daftar Isi:

Takhrij Hadis:

Hadis Abū Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu diriwayatkan oleh Imam Bukhārī dalam kitabnya, al-Ṣaḥīḥ; Kitab al-Jumu’ah, Bab “Bersiwak di Hari Jumat”, no. 887, dan Imam Muslim dalam kitabnya, al-Ṣaḥīḥ; Kitab al-Ṭahārah, Bab “Siwak”, no. 252.

Hadis Ḥużaifah bin al-Yamān raḍiyallāhu ‘anhumā diriwayatkan oleh Imam Bukhārī dalam kitabnya, al-Ṣaḥīḥ, Kitab al-Wuḍū’, Bab “Siwak”, no. 245, dan Imam Muslim dalam kitabnya, al-Ṣaḥīḥ, Kitab al-Ṭahārah, Bab “Siwak”, no. 255.

Syarah dan Faedah yang Terkandung dalam Hadis Ini

  1. Siwak atau miswāk ialah alat yang terbuat dari ranting kayu, digunakan untuk menyikat gigi. Menurut peristilahan ulama ialah penggunaan ranting kayu atau benda semisalnya pada gigi untuk menghilangkan warna kuning dan lain-lain dari gigi[2].
  1. Perintah bersiwak. Bersiwak hukumnya sunah di setiap waktu karena ia adalah kesucian bagi mulut dan mengundang rida Tuhan. Kedua manfaat siwak ini dituntut setiap waktu.
  2. Bersiwak ditekankan pada waktu-waktu sebagai berikut:
    • Sesaat sebelum mengerjakan salat.
    • Ketika berwudu. Ini berdasarkan riwayat, “… Tentu aku perintahkan mereka bersiwak sebelum berwudu.”
    • Sebelum membaca Al-Qur’an.
    • Ketika aroma mulut berubah disebabkan oleh banyak hal, seperti: tidak makan dan minum, memakan makanan yang beraroma kuat, banyak diam, atau banyak bicara[3].
    • Sesudah bangun tidur. Di antara sunah Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah beliau menggunakan siwak setelah bangun dari tidur malam, beliau menggosok giginya untuk mengerjakan salat dan membaca Al-Qur’an.
Baca juga:  HADIS KE-41 AL-ARBA’IN: HAWA NAFSU HARUS TUNDUK PADA SYARIAT

 

 


Footnote:

[1] Diterjemahkan dan disadur dari kitab “Mūjaz al-Kalām ‘ala ‘Umdah al-Akām” karya Dr. Manṣūr bin Muḥammad al-Ṣaq’ūb hafiahullāh.

[2] Lihat: al-Muṭli’ ‘alā Abwāb al-Muqni’ karya Ibnu Abī al-Fatḥ al-Ba’li hal. 14. Lihat pula: al-Nihāyah fī Garīb al-Ḥadīṡ karya Ibnu al-Aṡīr, vol. 2, hal. 425.

[3] Lihat: al-Minhaj Syarḥu Ṣaḥīḥ Muslim bin al-Hajjāj karya Imam al-Nawawī (3/142-143).

Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments