
BEBERAPA FAEDAH TERKAIT MUHARAM DAN ASYURA[1]
Keutamaan Bulan Muharam dan Sejarahnya
💎 Awal bulan Muharam tidak diketahui sebagai awal tahun kamariah (tahun hijriah) pada masa Jahiliah maupun masa Islam. Sebelumnya bangsa Arab menetapkan penanggalan berdasarkan peristiwa-peristiwa penting, mereka hanya mengetahui bahwa bulan itu berjumlah 12, tetapi belum ditetapkan mana bulan yang pertama sampai tibanya masa Umar radhiyallahu ‘anhu.
💎 Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu menetapkan penanggalan berdasarkan peristiwa hijrah dan tidak mengaitkannya dengan kelahiran Nabi ﷺ sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Nasrani, karena beliau ingin mengajari manusia bahwa kita adalah umat yang berorientasi pada amal, bukan umat yang hanya terikat pada waktu dan peristiwa.
💎 Diambil pertimbangan terhadap penanggalan hijriah dari firman Allah Ta’ala:
﴿…لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ…﴾
Artinya: “…Masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama…” (QS. Al-Taubah, ayat 108).
Allah azza wajalla menyebutnya sebagai ‘hari pertama’, dan hari itu adalah hari pertama hijrah sebagaimana dikisahkan oleh As-Suhaili dari para sahabat.
💎 Tahun hijriah adalah siklus waktu yang mencakup hari, pekan, bulan, dan abad. Tidak ada dalil yang menyebutkan ucapan selamat khusus untuk menyambut tahun baru. Namun jika tahniah itu berupa doa dan pengingat maka itu baik.
💎 Tidak ada hukum syar’i khusus yang berkaitan dengan awal tahun atau akhir tahun; tidak berupa ucapan, perbuatan, atau keutamaan. Pengaturan kalender hijriah belum dilakukan sebelumnya kecuali pada masa kekhilafahan Umar radhiyallahu anhu.
💎 Setiap individu memiliki tahun khusus yang dimulai sejak kelahirannya, dan itulah umur sejatinya. Adapun tahun yang dimulai dengan bulan Muharam adalah untuk mengatur sistem penanggalan. Engkau akan ditanya tentang tahun hidupmu, bukan tentang tahun (dalam) kalender waktu!
💎 Puasa di bulan Muharam lebih utama daripada puasa di bulan-bulan lainnya, sebagaimana salat malam lebih utama daripada salat sunah di siang hari berdasarkan hadis:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ، بَعْدَ رَمَضَانَ، شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ. وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ، بَعْدَ الْفَرِيضَةِ، صَلَاةُ اللَّيْلِ.
Artinya: “Sebaik-baik puasa setelah Ramadan adalah puasa di bulan Allah, Muharram dan sebaik-baik salat setelah yang wajib adalah salat malam.”[2]
💎 Setiap hari yang disunahkan untuk berpuasa di bulan-bulan lain, maka berpuasa pada hari-hari itu di bulan Muharam lebih utama dari semuanya: seperti puasa Senin dan Kamis, hari-hari putih (tanggal 13, 14, 15), dan puasa Nabi Daud alaihi salam.”
Asyura antara Sunah dan Bidah
💎 Hari ‘Āsyūrā’ adalah hari yang agung dalam Islam. Nabi ﷺ telah berpuasa pada hari itu sebelum hijrah dan sesudahnya. Hal itu sebagai bentuk syukur kepada Allah atas nikmat-Nya menyelamatkan Nabi Musa dari kejaran Fir’aun. Inilah asal keutamaan hari ini dan awal dari keutamaannya dibanding hari-hari lain.
💎 Puasa Asyura keutamaannya setelah keutamaan puasa Arafah. Bentuk puasa Asyura yang terbaik adalah: puasa pada tanggal 9 dan 10 Muharam, kemudian 10 dan 11, lalu puasa pada 9, 10, dan 11, atau hanya tanggal 10 saja.
💎 Tidak ada hadis yang sahih tentang puasa tanggal 11 bersama Asyura. Namun, siapa yang terlewatkan puasa tanggal 9 dan ingin berpuasa tanggal 11 bersama Asyura untuk menyelisihi orang-orang Yahudi, maka itu baik karena termasuk dalam makna menyelisihi mereka.
💎 Orang yang bersungguh-sungguh puasa ‘Āsyūrā’ akan diberi pahala meski salah hari. Seperti orang yang ijtihad dalam arah kiblat dan ternyata salah, tetap mendapat pahala. Ganjaran kebaikan yang datang dari Sang Pencipta tidak sama dengan yang datang dari makhluk, di mana mereka memberikan hanya bagi yang benar saja.
💎 Orang yang terbunuh paling agung pada masa kenabian adalah Hamzah bin Abdul Muththalib radhiyallahu anhu, beliau dibunuh dan dimutilasi jasadnya. Nabi shallallahu alaihi wasallam melihatnya dan menangis serta bersabda:
لَنْ أُصَابَ بِمِثْلِكَ أَبَدًا
Artinya: “Aku tidak akan pernah tertimpa musibah seperti engkau (lagi).”[3]
Namun beliau shallallahu alaihi wasallam tidak menjadikan hari wafatnya Hamzah radhiyallahu anhu sebagai hari duka atau ratapan.
💎 Seandainya apa yang dilakukan oleh orang-orang Syiah pada hari terbunuhnya al-Husain bin Ali radhiyallahu anhuma berupa tangisan dan menampar pipi dibenarkan oleh akal, maka itu berarti boleh bagi umat ini melakukan hal yang sama pada setiap hari sepanjang tahun, karena tidak ada satu haripun luput dari peristiwa terbunuhnya seorang imam (pemimpin) yang membawa perbaikan.
💎 Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu terbunuh secara zalim, dan putranya al-Husain radhiyallahu anhu hidup setelahnya selama 21 tahun. Beliau tidak melakukan tindakan berkabung dengan cara seperti itu untuk ayahnya, lalu mengapa Syiah tidak melakukan hal yang sama terhadap Ali radhiyallahu anhu seperti yang mereka lakukan terhadap al-Husain radhiyallahu anhu, padahal Ali radhiyallahu anhu lebih utama daripada putranya.
Footnote:
[1] Dipilih dan disadur serta diterjemahkan dari kitab Suthūr min al-Naql wa al-‘Aql wa al-Fikr dan kitab Dzakhāir fi Suthūr (Kedua kitab ini adalah kumpulan tweet al-Syaikh al-Muhaddits Abdul Aziz bin Marzuq al-Tharifi –hafizhahullah-).
[2] H.R. Muslim, no. 202.
[3] HR. Hakim dalam al-Mustadrak (no. 4881).