وَعَن جَعْفَر بن مُحَمَّد عَن أَبِيه عَن جَابر رَضِيَ اللَّهُ عَنْه، فَذكر الحَدِيث فِي حجَّة النَّبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ وَفِيه: “فَلَمَّا دنا من الصَّفَا قَالَ: إِن الصَّفَا والمروة من شَعَائِر الله، فابدؤا بِمَا بَدَأَ الله بِهِ” هَكَذَا رَوَاهُ النَّسَائِيّ بِإِسْنَاد صَحِيح بِصِيغَة الْأَمر، وَرَوَاهُ مُسلم وَالنَّسَائِيّ أَيْضا من غير وَجه عَن جَعْفَر بِصِيغَة الْخَبَر ” نبدأ ” و “ أبدأ “، (وَهُوَ صَحِيح)
Dari Ja’far bin Muḥammad, dari bapaknya, dari Jābir raḍiyallāhu ‘anhu, beliau menyebutkan hadis tentang haji Nabi ﷺ hingga pada kisah, ‘Ketika (Rasulullah) mendekat naik ke bukit Ṣafā, beliau membaca firman Allah, “Sesungguhnya Ṣafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Mulailah sesuai dengan apa yang Allah memulai dengannya.” Demikian al-Nasai meriwayatkannya dengan sanad yang sahih dengan konteks kata perintah. Sedangkan Muslim dan al-Nasai juga meriwayatkan dari jalur yang berbeda dari Ja’far dengan konteks kata pengabaran, “kami memulai”, dan “saya memulai”.[1]
Daftar Isi:
Kosa kata hadis:
Ja’far bin Muḥammad bin ‘Āli bin al-Ḥuṣain bin Abī al-Ḥasan ‘Āli bin Abī Ṭālib. Beliau adalah seorang rawi hadis yang ṡiqah, imam dan ulama besar dari bani Hāsyim. Kuniyah beliau adalah Abu Abdillāh al-Qurasyi, al-Hāsyimī, al-‘Alawī, al-Nabawī, al-Madanī. Ibu beliau adalah Ummu Farwah binti al-Qāsim bin Muḥammad bin Abū Bakar al-Taimī. Beliau sangat membenci sikap kaum Rāfiḍah yang mencela Abu Bakar raḍiyallāhu ‘anhu. Beliau lahir pada tahun 80 hijriah dan dan wafat tahun 148 hijriah.[2]
Makna hadis:
Jābir bin Abdillāh raḍiyallāhu ‘anhu meriwayatkan kisah berhaji Nabi ﷺ dalam hadis tersebut. Pada redaksi aslinya, hadis tersebut cukup panjang, penggalan hadis yang menjadi fokus pembahasan dalam bab ‘Wudu’ ini adalah Nabi ﷺ memulai suatu ibadah secara teratur sesuai urutan penyebutannya dalam Al-Qur’an. Wudu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari ibadah salat, sehingga berwudu secara berurutan sebagaimana disebutkan oleh Allah Ta’ālā dalam Al-Qur’an adalah suatu kewajiban.
Faedah dan istinbat dari hadis:
Kewajiban memulai dengan membasuh wajah ketika berwudu sesuai urutan firman Allah Ta’ālā di dalam Al-Qur’an, kemudian anggota wudu lainnya secara berurutan.[3] Imam al-Syafi’i berhujah dengan ayat tersebut tentang wajibnya berurutan dan teratur ketika mencuci anggota wudu.[4]
Footnote:
[1] H.R. Muslim (1218) dan al-Nasai (2961).
[2] Al-Żahabi. Siyar A’lām al-Nubala’. Jilid 8, hlm. 269.
[3] Muḥammad bin Ismā’īl al-Ṣan’ānī. Op. Cit. Jilid 1, hlm. 73.
[4] Al-Baiḥaqi. Ma’rifah al-Sunan wa al-Aṡar. 1412 H. Dār Qutaibah, Beirut. Jilid 1, hlm. 313.