قال عمر رَضِيَ الله عَنْه: صَلاَةُ الْجُمُعَةِ رَكْعَتَانِ، وَصَلاَةُ الْفِطْرِ رَكْعَتَانِ، وَصَلاَةُ الأَضْحَى رَكْعَتَانِ، وَصَلاَةُ السَّفَرِ رَكْعَتَانِ، تَمَامٌ، غَيْرُ قَصْرٍ عَلَى لِسَانِ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم-
Umar raḍiyallāhu ‘anhu berkata, “Salat Jumat dua rakaat, salat Idulfitri dua rakaat, salat Duha dua rakaat, salat saat safar itu dua rakaat, sempurna tanpa diringkas sebagaimana sabda Muhammad shallallahu alaihi wasallam.”
Takhrij Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Nasai dalam kitabnya al-Mujtaba’ (al-Sunan al-Shughra); kitab al-Jumu’ah, bab “Jumlah Rakaat Jumat”, no. 1420, Ibnu Majah dalam kitabnya al-Sunan; kitab Iqamah al-Shalah wa al-Sunnah fiha, bab “Memendekkan Salat pada Saat Safar”, no. 1063, serta imam Ahmad dalam kitabnya al-Musnad; Musnad Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu, no. 257, semuanya dari jalur Zubaid bin Harits bin Abdulkarim al-Yami dari Abdurrahman bin Abu Layla dari sahabat mulia Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu. Imam Nasai ketika meriwayatkan hadis ini beliau mengatakan bahwa Abdurrahman bin Abu Layla tidak mendengar dari Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu.(1) Dengan demikian berarti ada sanad terputus. Akan tetapi, dalam riwayat lain di antaranya pada Sunan Ibn Majah (no. 1064), ada perawi antara Abdurrahman bin Abi Layla dan Umar bin al-Khatthab yaitu Kaab bin ‘Ujrah sehingga sanad hadis ini bersambung dan sahih sebagaimana yang diterangkan oleh Syuaib al-Arnauth dalam tahkik Sunan Ibn Majah (2/ 173) dan tahkik Musnad Imam Ahmad (1/ 367). Syekh al-Albani juga menyatakan hadis ini sahih dalam Irwa’ al-Ghalil (3/ 106) dan beliau memilih pendapat bahwa Abdurrahman bin Abi Layla telah mendengar langsung dari Umar bin al-Khaththab sebagaimana yang ditegaskan dalam periwayatan Yazid bin Harun [Lihat: Musnad Imam Ahmad (1/ 368). Lihat juga penjelasan Syekh Muhammad bin Ali al-Itsyubi tentang kesahihan hadis ini dalam Dzakhirah al-‘Uqba fi Syarhi al-Mujtaba’ (16/ 280)].
Fikih dan Faedah Hadis:
- Salat Jumat terdiri dari dua rakaat. Hal ini merupakan bantahan bagi yang mengatakan bahwa asal dari salat Jumat adalah empat rakaat, sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Ibnu Hibban dalam judul babnya ketika menyebutkan hadis ini, “Kabar (Dalil) Bantahan Tehadap Perkataan yang Mengklaim Salat Jumat Asalnya Empat Rakaat Bukan Dua Rakaat”.(2)
- Salat Jumat yang jumlahnya dua rakaat merupakan ijmak (konsensus) di antara ulama dan tidak ada perselisihan di antara mereka, sebagaimana yang dinukil oleh Ibnu al-Mundzir, Ibnu Hazm, al-Kasani, Ibnu Rusyd, Ibnu Qudamah, al-Nawawi dan Ibnu Juzai.(3)
- Salat Id dan salat Duha juga terdiri dari dua rakaat.
- Salat wajib yang empat rakaat pada saat safar dijadikan dua rakaat. Hal ini merupakan hukum asal bagi musafir dan lebih afdal.
- Seluruh salat yang terdiri dari dua rakaat ini terhitung sempurna di sisi Allah azza wa jalla dan tidak kurang pahalanya.
- Penentuan jumlah rakaat salat adalah persoalan tauqifiyyah (berdasarkan dalil Al-Qur’an dan Sunah) bukan berdasarkan ijtihad para ulama atau logika semata.
- Hikmah dan rahmat Allah subhanahu wa ta‘ala dalam setiap hukum dan syariat-Nya.
Footnote:
(1) Sunan al-Nasai (3/ 111), para ulama berbeda pendapat tentang masalah ini namun kebanyakan ulama hadis berpendapat seperti apa yang disebutkan oleh Imam Nasai bahwa Abdurrahman bin Abi Layla tidak mendengar dari Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu. Lihat: Dzakhirah al-‘Uqba (16/ 279-280).
(2) Sahih Ibnu Hibban (7/ 22)
(3) Lihat: al-Ijma’ (hal. 40), Maratib al-Ijma’ (hal. 33), Badai’ al-Shanai’ (1/ 269), Bidayah al-Mujtahid (1/ 170), al-Mughni (2/ 230), al-Majmu’ (4/ 530) dan al-Qawanin al-Fiqhiyyah (hal. 56).