-
Daftar Isi:
Perawi Hadis Hasan
Secara umum, Hadis Hasan itu perawinya bergelar shaduq, atau yang selevel dengannya, seperti laa ba’sa bihi, atau laisa bihi ba’s, atau yang semisalnya; baik perawi-perawi dalam satu sanad itu shaduq semuanya maupun yang memiliki level shaduq cuma satu dan lainnya tsiqah.
Kesimpulannya, ketika dalam satu sanad ada perawi yang shaduq, atau yang selevel dengannya, maka hadis itu langsung dinilai hasan meskipun perawi-perawi selainnya tsiqah. Tentunya, asalkan di antara perawi-perawinya tidak ada yang dha’if, karena keberadaan perawi dha’if meskipun satu akan membuat hadis itu dinilai sebagai hadis dha’if.
Misalnya hadis,
كُلْ, وَاشْرَبْ, وَالْبَسْ, وَتَصَدَّقْ فِي غَيْرِ سَرَفٍ, وَلَا مَخِيلَةٍ
“Makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah tanpa ada pemborosan dan sikap sombong.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Tirmidziy dan selain mereka dari jalur Hammam bin Yahya al-‘Audziy, dari Qatadah al-Sadusiy, dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, Syu’aib bin Muhammad, dari kakeknya, Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma, dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam.
Hadis ini hasan karena meskipun Hammam dan Qatadah adalah tsiqah, tetapi ‘Amr bin Syu’aib dan ayahnya, Syu’aib bin Muhammad, adalah shaduq.
-
Kehujahan Hadis Hasan
Dari segi kehujahan, hadis hasan sebenarnya sama dengan Hadis Sahih. Ia adalah hujah dan bisa dijadikan dalil, meskipun Hadis Sahih tentunya lebih kuat dan lebih selamat dari segi kesalahan lafalnya. Ada segelintir ulama hadis yang tidak menerima Hadis Hasan ini, namun itu bukan pendapat yang muktamad, karena Ahli Hadis telah berijmak akan kehujahannya.
Al-Hafizh al-‘Iraqiy rahimahullah berkata tentang ini,
وَهُوَ بِأَقْسَامِ الصَّحِيْحِ مُلْحَقُ … حُجِّيَّةً وَإِنْ يَكُنْ لَا يَلْحَقُ
“Ia (Hadis Hasan) disamakan dengan jenis Hadis Sahih dari segi kehujahannya (pengambilannya sebagai dalil)… meskipun -secara derajat kekuatan hadis- Hadis Hasan tidak menyamai Hadis Sahih.”
-
Mayoritas Dalil dari Hadis Hasan
Kebanyakan hadis yang menjadi hujah atau dalil saat ini di semua bidang ilmu adalah Hadis Hasan, baik Hasan li Dzatihi atau Hasan li Gairihi. Imam al-Bagawiy rahimahullah berkata, “Kebanyakan hukum-hukum itu ditetapkan dengan hadis dengan nilai hasan.” (Al-Mashabih: 1/2). Al-Khaththabiy juga berkata, “Hadis hasan ini merupakan pusat kebanyakan hadis.” (Al-Ma’alim: 1/11)
-
Di Antara Buku Hadis yang Banyak Memuat Hadis Hasan
Di antara kitab-kitab hadis yang di dalamnya bertebaran hadis-hadis dengan derajat hasan adalah Jami’ al-Tirmidziy, Sunan Abi Daud, Musnad Ahmad, Sunan al-Darimiy, dan kitab-kitab hadis lainnya. Jami’ al-Tirmidziy adalah buku yang paling banyak memuat hadis hasan, apalagi Imam al-Tirmidziy memang banyak menilai hadis di dalamnya dengan derajat “hasan”.